Rabu, 20 Februari 2008

[psikologi_transformatif] Re: Dasar-dasar Komunikasi yang Empatik

Itu daur ulang, mas. Artikel lawas. Dulu namanya "Kitab Angin
Hening". Kemarin aku delete segala referensi terhadap hal2 yang
kusut2 itu. So, yang ini dijamin bersih dari segala kekusutan. Dan
ternyata masih bisa dipakai juga. Masih ada yang mengakui merasa
terbantu juga dengan pembahasan di artikel itu.

Leo

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "goenardjoadi"
<goenardjoadi@...> wrote:
>
> ya ini benar....
>
> tapi kalau sudah kusut, lewat mana?
>
> bagaimana menanggalkan ego? lewat mana? bagaimana mengasahnya?
lewat
> pintu mana? itu masalah orang,
>
> pertanyaannya : untuk apa???????
>
> salam,
> goen
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, leonardo rimba
> <leonardo_rimba@> wrote:
> >
> > DASAR-DASAR KOMUNIKASI YANG EMPATIK
> >
> >
> > Dear Friends, Komunikasi yang Empatik (Empathetic
> > Communication) bisa juga dinamakan sebagai "Mind
> > Reading" atau membaca pikiran. Biasanya istilah itu
> > diartikan sebagai membaca pikiran orang lain, walaupun
> > sebenarnya yang kita baca adalah pikiran kita sendiri.
> > Kita membaca pikiran orang lain melalui pikiran kita
> > sendiri. We read other people's minds through our own
> > minds.
> >
> > Tidak ada yang kita baca selain pikiran kita sendiri
> > di dunia ini. Segala sesuatu yang kita lihat, kita
> > rasakan, kita dengar, kita baca, kita pahami…
> > segalanya itu melalui pikiran kita sendiri. Tidak ada
> > sesuatupun yang datang begitu saja tanpa melalui
> > saringan di kepala kita yang kita kenal sebagai
> > jaringan otak. Dan counterpart-nya di alam nir ruang
> > dan waktu yang kita sebut sebagai "pikiran" atau
> > "mind".
> >
> > We read other people's minds through our own minds.
> >
> > Pertanyaannya adalah: bagaimana kita bisa membaca
> > pikiran orang lain melalui pikiran kita sendiri?
> >
> > Jawabannya mudah saja: Kita harus mulai dari awal
> > kembali, membayangkan ketika pertama kali kita
> > mengenal apa yang dinamakan kesadaran itu. Apakah yang
> > pertama kita sadari itu? Bukankah pertama kali kita
> > sadar bahwa diri kita adalah diri kita setelah
> > beberapa saat (bulan, tahun…) setelah kita terlahir di
> > dunia dalam kehidupan kali ini? Bukankah pertama kali
> > yang kita sadari bukanlah diri kita sendiri tetapi
> > orang lain? Ibu kita, ayah kita, lingkungan kita?
> >
> > Sebagai seorang bayi kita tidak menyadari diri kita
> > sebagai kita, tetapi diri kita sebagai orang lain,
> > terutama sebagai ibu kita. Atau, lebih tepat, kita
> > sebagai bagian dari ibu kita. Tidak ada yang namanya
> > "ego" itu selain kebutuhan-kebutuhan fisikal yang
> > dirasakan oleh kita sebagai seorang bayi. Selanjutnya,
> > segalanya adalah ibu kita, dan kita sebagai bagian
> > dari ibu. Dan apapun yang dirasakan oleh ibu kita akan
> > kita rasakan: emosi-emosinya, kegalauannya,
> > kegembiraannya.
> >
> > Setelah itu kita akan merasakan apa yang dirasakan
> > oleh orang-orang dekat yang ada di sekitar kita: ayah,
> > saudara-saudari, lingkungan sekitar, … walaupun saat
> > itu kita masih seorang bayi yang belum bisa
> > berkomunikasi dengan kata-kata. Kita sadar bahwa kita
> > sadar, tetapi kesadaran kita adalah kesadaran orang
> > lain. Kesadaran yang ada di manusia-manusia dewasa
> > yang berada di sekitar kita.
> >
> > Setelah berlalunya waktu, sedikit demi sedikit
> > lingkungan akan mengajarkan bahwa kita beda, bahwa
> > kita adalah seorang entitas yang berdiri sendiri.
> > Sebagai manusia modern, inilah sosialisasi yang kita
> > alami, walaupun kita juga menyadari bahwa banyak
> > manusia yang budayanya primitif tetap mengalami
> > identitas komunal sepanjang hidupnya.
> >
> > Sebagai manusia modern kita akhirnya dibiasakan untuk
> > berpikir bagi diri kita sendiri, untuk menyatakan
> > kebutuhan kita, untuk mengartikulasikan kepentingan
> > kita. Dan lahirlah "ego". Ego adalah kita, diri kita
> > vis a vis orang-orang lain. Tetapi ego adalah
> > perkembangan lanjutan dari diri kita yang asli ketika
> > lahir di dunia ini. Kita lahir tanpa ego, dan ego itu
> > adalah bentukan budaya, dan ego itu adalah
> > superficial.
> >
> > Setelah kita dewasa, kita akan terbiasa untuk berpikir
> > dalam konteks kita vs. mereka. Diri kita vs. diri
> > orang-orang lain. Yang kita lihat dan kita rasakan
> > hanyalah diri kita sendiri karena kita disosialisasi
> > seperti itu. Tidak ada lagi yang namanya merasakan
> > melalui orang-orang lain itu karena kita tahu bahwa
> > setelah tahap bayi berlalu, kita harus menghadapi
> > orang-orang lain sebagai orang lain, sebagai the
> > others. The others are not me, and I have to state my
> > own interests as opposed to those of the others'.
> >
> > Kepentingan saya sebagai seorang entitas tersendiri
> > dinyatakan sebagai terpisah dari kepentingan
> > orang-orang lain: baik orang dekat, orang jauh,
> > lingkungan dekat, lingkungan jauh, masyarakat, maupun
> > dunia luas. Empati masih ada, karena kita masih bisa
> > merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang lain
> > itu, kalau kita mau. Tetapi, itu "tidak normal". Tidak
> > normal dalam tanda kutip. Yang dianggap normal itu
> > adalah dipertahankannya mode saya vs. orang lain itu.
> >
> > Saya selalu mengatakan bahwa Komunikasi yang Empatik
> > adalah bakat alam dari tiap orang. Artinya itu apa?
> > Artinya adalah bahwa Komunikasi yang Empatik adalah
> > sesuatu yang telah dimiliki oleh tiap orang sebagai
> > mode awal dari interaksi kita sebagai manusia ketika
> > terlahir ke dunia. Komunikasi yang Empatik telah kita
> > lakukan dengan fasih ketika kita masih bayi dan belum
> > bisa berkata-kata. Komunikasi yang Empatik telah
> > mendarah-daging di diri kita ketika segala konsep
> > tentang kepentingan diri sendiri belum ditanamkan ke
> > diri kita oleh lingkungan budaya dimana kita
> > dibesarkan. Lalu apa susahnya?
> >
> > Susahnya adalah untuk menguraikan benang kusut antara
> > "saya" dan "mereka" itu. Antara impressi-impressi yang
> > masuk ke dalam pikiran saya. Impressi-impressi itu
> > tetap sebagai impressi, dan selalu ada di pikiran
> > atau "mind" milik saya, tetapi saya merasa kesulitan
> > untuk membedakan apakah impressi itu mengenai saya
> > atau mengenai orang lain. Yang menghalangi tentu saja
> > ego saya. Dan ego itu tidak lain adalah konsep diri
> > saya yang ditanamkan oleh budaya dimana saya
> > dibesarkan. Saya dan Anda dibesarkan dengan pengertian
> > bahwa ego harus dipertahankan demi kewarasan pikiran.
> > Kalau tidak demikian, maka akan bisa terombang-ambing
> > antara kepentingan saya sendiri dan kepentingan orang
> > lain yang saya lihat sebagai saya juga.
> >
> > Memang benar akan ada kemungkinan seperti itu,
> > terutama bagi mereka yang lemah mentalnya. Tetapi
> > disini saya akan berbicara tentang hal-hal yang umum
> > dan berlaku bagi semua orang, dan bukan tentang
> > psikologi klinis yang menyelidiki tentang hal
> > schizophrenia, paranoia, dan sebagainya. Ada orang
> > yang lemah mentalnya dan tidak bisa melakukan
> > komunikasi yang empatik tanpa jatuh ke dalam kategori
> > tidak waras. Dan ada orang yang sehat jasmani dan
> > rohani dan mampu untuk melakukan komunikasi yang
> > empatik sebagaimana komunikasi umumnya. Apa adanya dan
> > tanpa dipaksakan.
> >
> > Secara gamblang, Komunikasi yang Empatik adalah
> > mengkomunikasikan apa yang kita baca dari pikiran kita
> > sendiri tentang apa yang dirasakan oleh orang lain,
> > apa aspirasinya, apa ketakutannya, apa kepentingannya.
> > Dan itu bisa kita lakukan apabila kita mau kembali
> > menelaah situasi yang terjadi ketika kita masih bayi
> > sebelum konsep ego ditanamkan oleh lingkungan kita.
> >
> > Kita akan bisa melihat orang lain seperti kita melihat
> > diri kita sendiri. Kita akan bisa merasakan orang lain
> > seperti kita merasakan diri kita sendiri.
> >
> > Tetapi ada bedanya dibandingkan dengan ketika kita
> > masih bayi ketika kita belum bisa menerangkan apa
> > sebenarnya yang kita lihat dan rasakan tentang
> > orang-orang lain itu. Sekarang, kita akan bisa
> > membedakan bahwa sesuatu yang kita lihat itu adalah
> > mengenai orang lain. The others. Dan bukan kita
> > sebagai diri kita yang merupakan entitas terpisah dari
> > orang-orang lain itu. Ketika kita masih bayi, hal itu
> > tidak bisa kita lakukan.
> >
> > You could give it a try even now! Try to think and
> > feel as if you were somebody else: your close friend,
> > your mate, your brother, sister, neighbor, anybody.
> > Ucapkanlah, tuliskanlah… cobalah untuk diperiksa
> > dengan orangnya apakah benar demikian. Dan Anda telah
> > melakukan Komunikasi yang Empatik!
> >
> > Di bahagian atas telah saya tuliskan bahwa tahap
> > pertama dalam penguasaan Komunikasi yang Empatik
> > adalah dengan mencoba membayangkan diri kita sendiri
> > sebagai orang lain. Seolah-olah kita adalah orang lain
> > itu. As if we were the other person with whom we are
> > having an empathetic communication Caranya memang
> > mudah, dan bahkan tahap-tahap selanjutnya juga sama
> > mudahnya.
> >
> > Tahap berikutnya dijalankan dengan melakukan Osmosis.
> > Osmosis adalah istilah ilmu alam yang berarti
> > menyamakan isi dari sesuatu yang kosong dengan sesuatu
> > yang berisi. Kalau saya merupakan satu kertas kosong,
> > dan di sebelah saya ada satu kertas berisi tulisan,
> > maka isi dari kertas bertulisan itu bisa berpindah ke
> > kertas kosong yang merupakan diri saya.
> >
> > Maksud dari istilah itu adalah penyerapan pengetahuan
> > dari seseorang tanpa melalui cara-cara umum; tanpa
> > perlu diajari secara formal, walaupun tetap harus ada
> > komunikasi intensif. Bagaimana cara melakukan Osmosis
> > bukanlah sesuatu yang aneh bagi kita manusia-manusia
> > normal. Bukankah kita sudah melakukan Osmosis itu
> > sepanjang hidup kita?
> >
> > Bukankah kita sudah menyerap segala nilai-nilai budaya
> > dari masyarakat kita tanpa kita merasa mempelajarinya
> > secara sungguh-sungguh: nilai-nilai budaya dari orang
> > tua kita, dari teman sepergaulan kita, dari teman
> > sekolah kita, dari segalanya yang kita temui sepanjang
> > hidup kita? Dan kita telah melakukannya sejak kita
> > sadar bahwa kita sadar. Sejak kita sadar bahwa kita
> > memiliki kesadaran sebagai seorang entitas.
> >
> > Tidak ada cara lain bagi kita dalam mempelajari
> > sesuatu secara MENDALAM selain melakukan Osmosis. Bisa
> > saja kita melanjutkan sekolah dan mempelajari segala
> > teknik itu, tetapi yang terutama kita lakukan adalah
> > Osmosis. Osmosis dari dosen-dosen kita, dari pengajar
> > kita, dari penulis yang kita kagumi...
> >
> > Segala teknik yang dipelajari itu cuma pengisi waktu
> > saja, cuma sebagai bukti empirik bahwa ada metode yang
> > diajarkan dan dipelajari. Tetapi untuk bisa dan
> > memahami mau tidak mau kita harus melakukan Osmosis.
> >
> > Setelah Osmosis itu Anda jalankan, dengan mudah Anda
> > akan bisa mengembangkan teknik Anda sendiri, bahkan
> > pengertian Anda sendiri.
> >
> > Mungkin apa yang saya tulis kali ini terasa
> > mengejutkan bagi sebagian rekan-rekan. Mungkin juga
> > ada sebagian rekan yang telah bisa meraba secara
> > intuitif bahwa pada akhirnya saya akan menuliskan hal
> > ini juga, apapun konsekwensinya.
> >
> > Apapun konsekwensinya, saya harus menuliskan terus
> > terang bahwa Komunikasi yang Empatik adalah bakat alam
> > dari tiap orang yang bisa dipelajari sendiri asalkan
> > mau membuka hati dan pikiran terhadap fenomena alamiah
> > yang telah kita alami dalam perkembangan hidup kita
> > sendiri sebagai manusia.
> >
> > Pertama, seperti disebutkan sebelumnya, kita bisa
> > memulai Komunikasi yang Empatik dengan cara
> > membayangkan diri kita seolah-olah kita adalah orang
> > lain itu: teman, pasangan hidup, atasan, bawahan,
> > kolega bisnis, teman kuliah, dsb.... Dan kedua, dengan
> > mulai melakukan Osmosis dari orang-orang yang Anda
> > anggap telah mahir melakukan Komunikasi yang Empatik.
> >
> > Segala percakapan dengan menggunakan bahasa sehari-
> > hari ini adalah Komunikasi yang Empatik dengan aliran-
> > aliran Osmosis dari alam bawah sadar orang yang satu
> > ke bawah sadar orang yang satunya lagi. Dan bergerak
> > kembali dengan input, output, dan feedback yang tidak
> > berkesudahan. Hasil akhirnya adalah pemenuhan isi dari
> > seseorang yang tidak memiliki dengan isi dari orang
> > lainnya yang memiliki. Osmosis selalu berlaku dua
> > arah, dan tidak pernah hanya berlaku searah.
> >
> > Nah, bukankah Osmosis ini adalah sesuatu yang natural
> > atau alamiah bagi Anda? Anda telah melakukannya
> > sepanjang hidup Anda. Waktu Anda kuliah, Anda bisa
> > menangkap maksud hati seorang dosen hanya dengan
> > mengamatinya. Waktu Anda masih pacaran, Anda bisa tahu
> > bahwa pacar Anda serius atau tidak dalam berhubungan
> > dengan Anda. Waktu Anda telah menikah seperti
> > sekarang, Anda bahkan bisa tahu kalau pasangan Anda
> > hanya mempertahankan formalitas belaka karena segala
> > desir romantik telah habis terpakai.
> >
> > Jadi, Komunikasi yang Empatik juga mengandalkan
> > Osmosis yang tidak berkesudahan ini antara Anda dan
> > orang-orang lainnya dengan mana Anda melakukan
> > komunikasi. Kalau Anda merasa bahwa perlu melakukan
> > Osmosis dari saya, that's fine too. Aturlah waktu
> > untuk bertemu dengan saya atau saling berkirim e-mail
> > dan SMS! Bisa juga melalui chatting atau bahkan cukup
> > dengan HANYA membaca tulisan-tulisan saya.
> >
> > Cuma sesederhana itu. Cuma... Tetapi tentu saja masih
> > banyak lagi pernak-perniknya. Sekali bertemu saja
> > tidak cukup, sekali membaca saja juga tidak cukup;
> > Anda perlu bertemu atau membaca berulang-ulang untuk
> > bisa menangkap ESSENSI dari apa yang dikomunikasikan
> > itu. Osmosis memang memerlukan interaksi berkali-kali.
> > Tidak cukup sekali bertemu atau berinteraksi, tetapi
> > perlu waktu berulang-ulang sampai Osmosis itu
> > tuntas. (Leo)
> >
> >
> > +++++++++++++
> >
> > [Leo seorang praktisi Psikologi Transpersonal; no HP:
> > 0818-183-615. Untuk bergabung dengan Milis SI, click:
> > <http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia/join>.
> > NOTE: Except mine, all names used in the YM / email
> > conversations are PSEUDONYMS.]
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Send instant messages to your online friends
> http://uk.messenger.yahoo.com
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Your school could

win a $25K donation.

Y! Messenger

Send pics quick

Share photos while

you IM friends.

Do-It-Yourselfers

Find Y! Groups

on Lawn & garden,

homes and autos.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar