Minggu, 17 Februari 2008

[psikologi_transformatif] Re: ibnu taymiah

Ibnu Taymiyah Berbohong Atas Nama Sahabat dalam Mengutamakan Abu
Bakar & Umar atas Imam Ali as. (4)
Ditulis pada Desember 5, 2007 oleh Zainal Abidin
Akar argumentasi mereka yang mengutamakan Khalifah Abu Bakar dan Umar
atas Imam Ali as. adalah adanya beberapa riwayat yang dinukil dari
Ibnu Umar dan juga penukilan ucapan atas nama Imam Mulia Ali ibn Abi
Thalib as. serta beberapa riwayat atas nama nabi Suci Muhammad saw.
Dan kerenanya tidak sedikit mereka yang tertipu dengan gemerlapnya
status semu penukila itu!

Penukilan yang tidak akurat itu telah dijadikan Pedoman Kudus
sementara orang yang tidak mungkin bias dan atau boleh diperdebatkan
keotentikannya dan tidak akan pudar tinggak keakutananya.

Dari sini, kami memandang perlu utmuk menyemprnakan kajian dalam
msalah ini dengan membahasnya di sini.

Kita akan awali dengan meneliti hadis Ibnu Umar, setelahnya kita akan
lanjutkan dengan hadis atas nama Imam Ali as.dan sabda Nabi saw.

Hadis Ibnu Umar

Adapun tentang hadis Ibnu Umar yang mengatakan bahwa para sahabat
mengutamakan Abu Bakar, kemudian Umar kemudian Utsman, dan setelahnya
para sahabat Nabi saw. itu sama-sama dalam nilai dan keutamannya,
adalah sebagai berikut ini.

Diriwayatkan dengan sanad bersambung kepada Ibnu Umar, ia berkata:

ßõäøóÇ äõÎóíøöÑõ Èóíúäó ÇáäøóÇÓö Ýöí Òóãóäö ÇáäøóÈöíøö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó. ÝóäõÎóíøöÑõ ÃóÈóÇ ÈóßúÑò Ëõãøó
ÚõãóÑó Èúäó ÇáúÎóØøóÇÈö Ëõãøó ÚõËúãóÇäó Èúäó ÚóÝøóÇäò ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõãú. (ÑæÇå ÇáÈÎÇÑí)

"Kami membanding-bandingkan yang terbaik di antara manusia di zaman
Rasulullah saw. maka kami menganggap yang terbaik adalah Abu Bakar,
kemudian Umar, kemudian Utsman bin Affan." (HR. Bukhari)

Dalam redaksi lain diriwayatkan:

ßõäøóÇ äóÞõæúáõ æóÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó Íóíøñ ÃóÝúÖóáõ ÃõãøóÉö ÇáäøóÈöíøö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö
æóÓóáøóãó ÈóÚúÏóåõ ÃóÈõæú ÈóßúÑò Ëõãøó ÚõãóÑõ Ëõãøó ÚõËúãóÇäõ ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõãú ÃóÌúãóÚöíúäó. (ÑæÇå ÃÈæ ÏÇæÏ
Ýí ßÊÇÈ ÇáÓäÉ ÈÇÈ ÇáÊÝÖíá æÇáÊÑãÐí æÞÇá ÍÏíË ÍÓä ÕÍíÍ).

"Kami mengatakan dan Rasulullah swa. masih hidup bahwa yang paling
utama dari umat Nabi saw. setelah beliau adalah Abu Bakar, kemudian
Umar, kemudian Utsman." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi
berkata: Hadits hasan sahih)

Dua riwayat di atas perlu dipertanyakan kesahihannya. Bahkan
kepalsuan riwayat-riwayat seperti itu sudah tanpak nyata bagi Anda
yang mau berpkir jernih dan kritis.

Meskipun hadis itu diriwayatkan oleh Imam Bukahri dalam kitab Shahih-
nya, para ulama besar Ahlusunnah tidak sedikit yang meragukannya dan
bahkan ada yang menolaknya. Mereka mengatakan bahwa Imam Bukhari
salah dalam meriwayatkan hadis tersebut, karena beberapa alsaan:

A) Hadis tersebut bertentangan dengan akidah Ahlusunah
sendiri yang meyakini bahwa urutan keutamaan sahabat Nabi adalah
sebagai berikut, Abu Bakar, kemudian Umar kemudian Utsman kemudian
Ali as. Ahlusunnah sepakat bahwa Ali adalah sahabat paling utama
setelah ketiga sahabat di atas, yang masih diperselisihkan di antara
mereka adalah apakah Ali lebih utama dari Utsman atau tidak? Jumhur
Ahlusunnah (dan kini menjadi pendapat resmi yang dibakukan) adalah
Utsman lebih utama. Dari sini dapat dimengerti mengapa Ibnu Abdil
Barr dalam kitab Istî'âb-nya bersikeras menolak hadis Ibnu Umar, ia
berkata, "Muhammad ibn Zakaria, Yahya ibn Abdurahman dan Abdurahman
ibn Yahya berkata, Ahmad ibn Sa'id ibn Haram berkata, Ahmad ibn Khuld
berkata, Marwan ibn Abdul Malik berkata, `Aku mendengar Harun ibn
Ishaq berkata, `Aku mendengar Yahya ibn Ma'in berkata, `Barangsiapa
mengatakan Abu Bakar, Umar dan Utsman dan Ali serta mengakui
keutamaan Ali maka ia penganut sunnah.' Lalu aku sebutkan kepadanya
orang-orang yang berkata, `Abu Bakar, Umar dan Utsman, kemudian diam
(tidak menyebut Ali dalam urutan keutamaan)', maka ia marah dan
berkata kasar tentahg mereka.'" Yahya sendiri menyakini Ali lebih
afdhal dari Utsman. Abu Amr (Ibnu Abdil Barr) berkata, "Barangsiapa
berpendapat seperti hadis Ibnu Umar, `Kami berkata di masa Rasulullah
saw., `Abu Bakar kemudian Umar kemudian Utsman kemudian diam
(maksudnya tidak mengutamakan Ali di atas sahabat lain) itulah yang
diingkari oleh Yahya ibnu Ma'in dan ia berkata kasar tentang mereka.
Sebab yang mengakatan demikian itu berpendapat bertentangan dengan
apa yang disepakati oleh Ahulusunah dari kalangan Salaf dan Khalaf
dari kalangan Ahli Fikih dan Ahli Hadis, sebab Ali adalah paling
afdhal-nya sahabat setelah Utsman. Ini tidak diperselisihkan oleh
mereka, yang mereka perselisihkan hanyalah apakah Ali lebih afdhal
dari Utsman atau tidak, sebagaimana kalangan Salaf berselisih tentang
mana yang lebih afdhal, Ali atau Abu Bakar?

B) Andai disimpulkan bahwa sikap Ibnu Umar itu mewakili
para sahabat dan Nabi pun telah mendiamkan dan dengan demikian hal
itu berarti sunnah taqrîriyah, maka kesimpulan itu akan mempersulit
para ulama yang meyakininya, sebab redaksi seperti itu jika dipahami
demikian ia meniscayakan keharusan juga menerima anggapan tentang
hukum dibolehkannya menjual ummahatul awlâd (budak yang telah
melahirkan anak dari tuannya), sebab dalam hadis Jabir dan Ibn Sa'id
disebutkan redaksi demikian:

ßõäøóÇ äóÈöíúÚõ ÃõãóåÇÊö ÇáÃæáÇÏö Úá ÚóåúÏö ÑÓæáö Çááå (Õ).

"Kami di masa Rasulullah saw. menjual ummahatul awlâd." Padahal tidak
satupun ulama yang membolehkan hukum tersebut.

C) Andai benar hadis itu telah diucapkan oleh Ibnu
Umar, maka perlu dimengerti bahwa tidak sedikit sabahat yang
bertentangan dengan pendapat Abdullah ibn Umar yang ia atas-namakan
para sahabat. Ibnu Khaldun berpendapat bahwa di antara para sahabat
ada yang berpendapat seperti kaum Syi'ah dalam mengutamakan Ali di
atas para sahabat lain ….[1] Dan kesaksian Ibnu Khaldun ini `…dan
diantara para sahabat ada yang berpendapat seperti kaum Syi'ah…'
tentunya tidak tepat, sebab mereka bukan berpendapat seperti pendapat
kaum Syi'ah, akan tetapi justru sahabat-sahabat mulia itulah yang
dikiuti oleh golongan Syi'ah. Sebab mereka itu adalah generasi
pertama Syi'ah. Jadi jelaslah bahwa di antara para sahabat Nabi saw.
ada yang mengunggulkan Imam Ali di atas para sahabat lain!

D) Masalah tafdhîl di antara sahabat Nabi saw. sudah
menjadi masalah politik dan sengketa kemazhaban di kalangan kaum
Muslim sejak masa silam. Ia telah menjadi pilar doktrin Ahlusunah dan
dijadikan pijakan dalam menilai seseorang. Jadi tidak menutup
kemungkinan adanya kepentingan kemazhaban mendorong sebagian perawi
untuk memalsu hadis tersebut atas nama Ibnu Umar, seperti pemalsuan-
pemalsuan lain yang diilhami oleh fanatisme mazhabiyah! Sebab –
seperti telah dimaklumi- pemalsuan demi mazhab adalah hal lumrah
dilakukan para perawi tertentu.

· Tentang Ibnu Umar

Ibnu Umar sendiri disinyalir kurang simpatik terhadap Imam Ali as.
Banyak bukti yang menguatkan dugaan itu, di antara adalah:

A) Ibnu Umar Tidak Sudi Membaiat Imam Ali as. dan
Mengakuinya Sebagai Khalifatil Muslimin.

Al Hakim meriwayatkan, `… kemudian Ali as. mengutus orang untuk
mendatangi Sa'ad ibn Abi Waqqash, Abdullah ibn Umar, Muhammad
ibnMaslamah, (setelah mereka berkumpul) Ali berkata kepada
mereka, `Telah sampai kepadaku dari kalian begini dan begitu.'….
Abdullah ibn Umar berkata kepada Ali, `Demi Allah dan demi
kekerabatan, jangan paksa aku sesuatu yang aku tidak mengenalnya.
Demi Allah aku tidak akan membaiatmu sehingga seluruh kaum Muslimin
bersepakat berdasarkan apa yang disatukan Allah."

Sibthu Ibnu Jauwzi dalam Tadzkirah-nya menegaskan ketidak-sudian Ibnu
Umar membaiat Ali as., ia berkata, "Ibnu Jarir berkata, `Di antara
yang engan membaiat Ali adalah Hassân ibn Tsâbit, Abu Sa'id al
Khudiri, Nu'man ibn Basyir, Rafi' ibn Khadij bersama beberapa orang
lainnya, dan tentang Zaid ibn Tsabit, Muhammad ibn Maslamah terdapat
perbedaan. Dan menurut selain Ibnu Jarir yang tidak membaiat adalah
Qudamah ibn Madz'un, Abdullah ibn Sallâm, Mughirah ibn Syu'bahm
Abdullah ibn Umar, Sa'ad, Shubaib, Zaid ibn Tsabit, Usamah ibn Zaid,
Ka'ab ibn Malik. Dan ada sekelompok lainnya melarikan diri ke kota
Syam, mereka itu disebut dengan kelompok Utsmaniyah.[2]

B) Ia merelakan diri untuk membaiat Yazid dan
mengakuinya sebagai yang laik menduduki jabatan sebagai Khalifah
Rasulullah saw.

Banyak data-data sejarah yang membuktikan hal tersebut. Imam Bukhari
meriwayatkan, bahwa Mu'awiyah berpidato dalam rangka meminta baiat
setia dari umat Islam untuk Yazid putranya sebagai Khalifah
sepeninggalnya, berita itu sampai kepada Abdullah ibnu Umar, ia
datang menemui Ummul Mukminin Hafshah saudarinya, ia berkata
kepadanya: Perkara ini seperti telah Anda saksikan, tidak dijadikan
untukku sedikitpun dari perkara ini (khilafah). Hafshah berkata:
datangi, sesungguhnya mereka sedang menantimu. Saya khawatir jika
kamu menahan diri (tidak berangkat) akan terjadi perpecahan. Hafshah
memaksanya berangkat. Setelah orang-orang bubar, Muawiyah
berkata, "Barang siapa yang hendak berbicara hendaknya ia menampakkan
tanduknya (dirinya). Kamilah yang paling berhak terhadap khilafah ini
dari ia dan ayahnya. Habib ibn Maslamah berkata: Mengapa tidak kamu
jawab!"

Ibnu Umar berkata, "Maka saya lepas selendang saya dan saya ingin
berkata, `Yang lebih berhak atas perkara ini adalah orang yang telah
memerangimu dan memerangi ayahmu atas dasar Islam.' Lalu saya takut
saya mengucapkan sesuatu yang akan memecah belah persatuan dan
mencucurkan darah serta difahami selain yang saya maksud. Kemudian
saya teringat apa yang disiapkan Allah di dalam surga (bagi yang
meninggalkan dunia).'"

Habib berkata, "Kamu telah dipelihara dan diselamatkan."[3]

Bahkan lebih dari itu, Ibnu Umar memaksakan sikapnya kepada orang-
orang dekatnya yang terkait dengannya, seperti ditegaskan dalam
banyak data sejarah. Ketika penduduk kota suci Madinah yang terdiri
dari sisa-sisa para sahabat Nabi saw. dari kalangan Anshar dan
Muhajirin dan putra-putra mereka, -setelah mendapat keyakinan pasti
akan kefasikan Yazid- sang Khalifah yang baru ditunjuk ayahnya,
ketika delegasi penduduk Madinah menyaksikannya sendiri dengan mata
kepala mereka- menolak kekhilafahan Yazid dan mengusir gubenur yang
ditunjuk Yazid. Mereka melakukan pemberontakan atas kekuasaan Yazid
yang dipimpin oleh putra-putra sahabat seperti Abdullah putra
Handhalah –yang digelari oleh Nabi saw. Ghasîlul malaikah (yang
dimandikan malaikat), Abdullah ibn Muthî' dan kawan-kawan. Setelah
mampu meraih simpatik penduduk kota Madinah dan mereka pun
mempersiapkan pertempuran yang besar, datanglah Ibnu Umar kepada
Abdullah ibn Muthî' seraya menegur bahwa sikap membatalkan baiat itu
adalah sebuah pengkhianatan terhadap Allah. Imam Bukhari meriwayatkan
dari Nafi', ia berkata, "Ketika penduduk Madinah mencopot Yazid ibn
Mu'awiyah, Ibnu Umar mengumpulkan para pembantu dan putra-putranya,
lalu ia berkata,"Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda, `Kelak di hari kiamat akan dikibarkan bendera (sebagai
tanda pengkhianataanya_pen) bagi setiap orang yang pengkhianat.'" Dan
sesungguhnya kita telah memberikan baiat kepada orang itu (Yazid)
atas dasar baiat Allah dan Rasul-Nya, dan saya tidak mengetahui ada
pengkhianatan yang lebih besar dari seseorang yang telah berbaiat
atas dasar baiat Allah dan Rasul-Nya kemudian mengobarkan peperangan
atasnya. Dan saya tidak mengetahui seorang dari kalian melepas baiat
(Kepada Yazid) dan memberi baiat kepada orang lain untuk khilafah
melainkan itu artinya putus hubungan dengan saya!.[4]

Imam Muslim dalam shahihnya, Kitabul Imarah meriwayatkan dari Nafi'
bahwa Ibnu Umar mendatangi Abdullah ibn Muthî' ketika terjadi
peristiwa al Hurrah[5] pada masa Yazid ibn Mu'awiyah, lalu Ibnu
Muthii' berkata: hamparkan untuk Abu Abdir Rahman (panggilan Ibnu
Umar_pen) sandaran. Ibnu Umar berkata: saya datang bukan untuk duduk,
akan tetapi saya datang untuk menyampaikan sebuah hadis yang saya
dengan dari Rasulullah saw. beliau bersabda, "Barang siapa melapas
tangan dari ketaatan maka ia akan menjumpai Allah pada hari kiamat
tanpa memiliki hujjah baginya. Dan barang siapa mati sementara tiada
ikatan baiat pada lehernya maka ia mati dalam kaadaan jahiliah."[6]

Sikap dan semangat Ibnu Umar untuk bergegas membaiat Yazid ibn
Mu'awiyah itu sebenaranya dikarenakan ia khawatir mati jahiliyah,
sebab katanya, barangsiapa bermalam tanpa ada ikatan baiat di
lehernya, maka jika ia mati maka ia mati jahiliyah. Jadi ia khawatir
bermalam tanpa ada ikatan baiat kepada Yazid.

Ketika mensyarahi hadis Bukhari di atas, Ibnu hajar berkata, "Ketika
Muawiyah mati, Ibnu Umar mengirim sepucuk surat kepada Yazid berupa
baiat setianya untuk Yazid."

Selain bukti-bukti di atas, dapat ditambahkan di sini, bahwa Ibnu
Umar ketika menyebut-nyebut para Khalifah yang saleh, ia menyebut
Mu'awiyah dan Yazid, sementara itu ia tidak memasukkan nama Ali
sebagai Khalifah! Baca Tarikh al Khulafa'; as Suyuthi:167-168.

Jadi ringkas kata, hadis Ibnu Umar yang Anda sebutkan itu perlu Anda
renungkan kembali.

· Tentang Hadis Imam Ali as.

Meraka juga mengandalkan riwayat nukilan dari Imam Ali as., seperti
di bawah ini;

Dari Muhammad Ibn al Hanafiyah-putra Imam Ali as.-:

ÞõáúÊõ öáÃóÈöí: Ãóíøõ ÇáäøóÇÓö ÎóíúÑñ ÈóÚúÏó ÑóÓõæúáö Çááåó ?¿ ÞóÇáó: ÃóÈõæ ÈóßúÑò. ÞóáúÊõ: Ëõãøó ãóäú¿ ÞóÇáó:
ÚõãóÑõ. æóÎóÔöíúÊõ Ãóäú íóÞõæúáó ÚõËúãóÇäõ. ÞõáúÊõ: Ëõãøó ÃóäúúÊó¿ ÞóÇáó: ãóÇ ÃóäóÇ ÅöáÇøó ÑóÌõáñ ãöäó
ÇáúãõÓúáöãöíúäó. (ÑæÇå ÇáÈÎÇÑí: ßÊÇÈ ÝÖÇÆá ÇáÕÍÇÈÉ ÈÇÈ 4 æÝÊÍ ÇáÈÇÑì 7/20)

"Aku bertanya kepada bapakku, "Siapakah manusia yang terbaik setelah
Rasulullah? Ia menjawab, "Abu Bakar." Aku bertanya (lagi), "Kemudian
siapa?" Ia menjawab, "Umar." Dan aku khwatir ia akan berkata Utsman,
maka aku mengatakan, "Kemudian engkau?" Beliau menjawab, "Tidaklah
aku kecuali seorang dari kalangan muslimin." (HR. Bukhari, kitab
Fadlailus Shahabah, bab 4)

Dalam riwayat lain Imam Ali as. dinukil mengancam untuk mencambuk
orang yang mengutamakan dirinya di atas Abu Bakar dan Umar dengan
cambukan seorang pendusta.

áÇó ÃõæúÊöíó ÈöÃóÍóÏò íõÝóÖøöáõäöíú Úóáóì ÃóÈöí ÈóßúÑò æóÚõãóÑó ÅöáÇøó ÌóáøóÏúÊõåõ ÍóÏøó ÇáúãõÝúÊóÑöíúäó.

"Tidak didatangkan kepadaku seseorang yang mengutamakan aku di atas
Abu Bakar dan Umar, kecuali akan aku cambuk dengan cambukan seorang
pendusta."[7]

Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas ra. menceritakan ucapan Imam Ali bin
Abi Thalib as. sebagai berikut:

Åöäí áóæóÇÞöÝñ Ýöí Þóæúãò äóÏúÚõæ Çááåó áöÚõãóÑó Èúäö ÇáúÎóØøóÇÈö æóÞóÏú æõÖöÚó Úóáóì ÓóÑöíúÑöåö¡ ÅöÐóÇ ÑóÌõáñ ãöäú
ÎóáúÝöí ÞóÏú æóÖóÚó ãöÑúÝóÞóíúåö Úóáóì ãóäúßöÈöí íóÞõæúáõ: ÑóÍöãóßó Çááåó Åöäú ßõäúÊõ óáÃóÑúÌõæ Ãóäú íóÌúÚóáóßó Çááåõ ãóÚó
ÕóÇÍöÈóíúßó öáÃóäöíú ßóËöíúÑðÇ ãóÇ ßõäúÊõ ÃóÓúãóÚõ ÑóÓõæúáó Çááåö ? íóÞõæúáõ: ßõäúÊõ æóÃóÈõæú ÈóßúÑò æóÚõãóÑõ¡ æóÝóÚóáúÊõ
æóÃóÈõæ ÈóßúÑò æóÚõãóÑõ¡ æóÇäúØóáóÞúÊõ æóÃóÈõæ ÈóßúÑò æóÚõãóÑõ¡ ÝóÅöäú ßõäúÊõ óáÃóÑúÌõæ Ãóäú íóÌúÚóáóßó Çááåõ ãóÚóåõãóÇ¡
ÝóÇáúÊóÝóÊøõ ÝóÅöÐóÇ åõæó Úóáöí Èúäö ÃóÈöí ØóÇáöÈò. (ÑæÇå ÇáÈÎÇÑí Ýí ÝÖÇÆá ÇáÕÍÇÈÉ¡ ÈÇÈ
ãä ÝÖÇÆá ÚãÑ)

"Sungguh aku berdiri di kerumunan orang yang sedang mendoakan Umar
ibn al Khaththab ketika telah diletakkan di atas pembaringannya. Tiba-
tiba seseorang dari belakangku yang meletakkan kedua sikunya di kedua
pundakku berkata, `Semoga Allah merahmatimu dan aku berharap agar
Allah menggabungkan engkau bersama dua shahabatmu (Yakni Rasulullah
dan Abu Bakar) karena aku sering mendengar Rasulullah
bersabda, `Waktu itu aku bersama Abu Bakar dan Umar…' `aku telah
mengerjakan bersama Abu Bakar dan Umar…', `aku pergi dengan Abu Bakar
dan Umar…'. Maka sungguh aku berharap semoga Allah menggabungkan
engkau dengan keduanya. Maka aku menengok ke belakangku ternyata ia
adalah Ali bin Abi Thalib. Hadis-hadis dari Ali ibn Abi Thalib.'"

Entah apa alasan dan motivasinya, sehingga mendadak tumbuh semangat
ganjil dari sebagian pihak untuk mengusung ucapan Imam Ali as.
sebagai hujjah dan senjata ampuh untuk mendukung pandangan mereka
yang mengatakan bahwa Abu Bakar dan Umar lebih afdhal dan utama atas
Imam Ali as. sendiri. Sementara itu semengat serupa atau dengan
kualitas yang lebih rendah sekalipun tidak tampak dari mereka dalam
menjadikan Ali as. Sebagai rujukan dan panutan dalam urusan agama!

Tetapi terlepas dari itu semua, pembaca dapat meraba adanya ukiran
palsu pada riwayat-riwayat seperti itu atas nama Imam Ali as. Coba
pembaca renungkan ucapan palsu yang dinisbatkan kepada Imam Ali as.
bahwa beliau akan mencambuk orang yang mengutamakan dirinya atas Abu
Bakar dan Umar dengan cambukan seorang pembohong/pendusta! Ketika
dikomfirmasi sumber hadis di atas, ternyata ustadz as Sewed menyebut
Majmû Fatâwa-nya Ibnu Taimiyah! Lagi-lagi Majmû Fatâwa yang merangkum
fatwa-fatwa musuh bebuyan Syi'ah untuk menghujat Syi'ah. Itu aneh
kan?! Selain itu, di mana letak kebohongan dan dusta orang yang
mengutamakan Ali di atas Abu Bakar dan Umar itu?! Anggap benar doqma
Ahlusunnah dan Wahabi bahwa Ali tidak lebih afdhal dari keduanya,
tetapi apa itu beratrti dusta, ia hanya salah dalam berpendapat?!
Bukankah masalah ini sifatnya ijtihadiyah, dan dasarnya bukan nash
qath'i tetapi sesuatu lain seperti akan- disebtu nanti.

Lalu mengapa mereka yang membawa-bawa nama Imam Ali as. tidak
menyadari akan hal ini? Apakah mereka hendak menuduh Imam Ali as.
sebagai seorang yang bodoh dan "ngawur" dalam menetapkan sangsi
hukum? Seperti kebiasaan Syeikhul Islam-nya kaum Wahabi yang tidak
segan-segan menuduh Imam Ali as. sering berlaku ngawur?! Sedangkan
hadis kedua yang dikutip dari riwayat Bukhari dari Imam Ali as.
adalah riwayat yang patut mengundang kecurigaan, sebab:

Pertama, hadis itu mengambarkan seakan Imam Ali as. adalah seorang
asing atau orang yang sama sekali tidak dikenal atau tidak
diperhitungkan oleh kaum Muslimin di Madinah saat itu; saat-saat
menjelang dikebumikannya Khalifah Umar ibn al Khaththab… Jenazah Umar
sudah diletakkan di atas keranda, lalu Ali menerobos barisan para
pelayat… tidak seorangpun menggubrisnya… tiba-tiba Ali meletakkan
kedua sikunya di atas pundak Ibnu Abbas untuk menyaksikan jenazah
Umar… Subhanallah… alangkah asingnya Ima Ali di tengah-tengah
kerumunan jama'ah kaum Muslimin yang sedang melayat Khalifah mereka?!
Seakan beliau sebagai rakyat jelata di antara kaum Muslimin?!
Demikinkah kalian menggambarkan hubungan Imam Ali dengan Khalifah
kalian?!

Kedua, hadis ini dari sisi sanad bermasalah… ia dari riwayat al
Walîd ibn Shaleh adh Dhabbi al Jazari an Nakhâs… Imam Ahmad tidak
sudi menulis hadis darinya, sebab ia pendukung aliran ra'yu dan Imam
Ahmad pernah menyaksikannya shalat, ternyata tidak becus shalatnya
dalam pandangan Ahmad! Ibnu Hajar yang terpaksa mengungkap data
rahasia ini tidak mampu mengelaknya, ia hanya mengatakan bahwa
Bukhari hanya sekali ini saja meriwayatkan hadis darinya(!?) dan kata
Ibnu Hajar, pada dasarnya, Bukhari sendiri tidak berhujjah dengannya,
fa dzahara anna al Bukhari lam yahtajja bihi, maka tampaklah bahwa
Bukhari sendiri tidak berhujjah dengannya.[8]

Ketiga, redaksi yang digunakan dalam riwayat adalah menyalahi kaidah
bahasa Arab yang baku… (saya tidak ingin mengungkapnya di sini, sebab
ia secara tekhnis adalah sajian untuk kaum santri), dan Ibnu Hajar
sendiri mengakuinya… kerenanya ia membela Bukhari dengan
mengatakan, "kan tidak semua redaksi hadis di atas dari jalur lain
seperti ini juga, ia dengan radaksi yang benar."[9] Dan sepertinya si
pemalsu lupa memaksukkan tambahan setelah kalimat, "…aku pergi
bersama Abu Bakar dan Umar" dan aku nanti juga dikuburkan bersama Abu
Bakar dan Umar, dan kelak di surga juga sederajat dengan Abu Bakar
dan Umar, dan dan …agar sekalian lengkap episode pemalsuannya,
sehingga tidak perlu ada kata-kata di akhir episode ini (BERSAMBUNG).

Jika demikian adanya, adalah hal menggelikan kesimpulan ustadz as
Sewed yang mengatakan, "Hadist-hadits dari Ali bin Abi Thalib ini
merupakan sebesar-besar dalil yang membuktikan kedustaan kaum Syi'ah
Rafidhah yang mengutamakan Ali di atas Abu Bakar dan Umar ra."Bukti
apa wahai ustadz yang kamu maksud? Apa hadis-hadis palsu yang tidak
jelas maknanya itu yang kamu maksud? Mâ lakum Lâ ta'qilûn?! Afalâ
Tatafakkarûn?!

· Tentang Hadis Nabi saw.

Selain itu, mereka juga mengandalkan hadis sabda Nabi saw. dari
riwayat dari `Amr bin `Ash, seperti berikut ini:

Ãóäøó ÑóÓõæáó Çááøóåö Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ÈóÚóËóåõ Úóáóì ÌóíúÔö ÐóÇÊö ÇáÓøóáÇóÓöáö ÝóÃóÊóíúÊõåõ ÝóÞõáúÊõ
Ãóíøõ ÇáäøóÇÓö ÃóÍóÈøõ Åöáóíúßó ÞóÇáó ÚóÇÆöÔóÉõ ÞõáúÊõ ãöäó ÇáÑøöÌóÇáö ÞóÇáó ÃóÈõæåóÇ ÞõáúÊõ Ëõãøó ãóäú ÞóÇáó ÚõãóÑõ
ÝóÚóÏøó ÑöÌóÇáÇð.

"Bahwasanya Rasulullah saw. telah mengutus pasukan dalam perang
Dzatus Salâsil. Maka aku mendatanginya, dan bertanya
kepadanya, "Siapakah orang yang paling engkau cintai?" Beliau saw.
menjawab, "Aisyah." Aku berkata, "Dari kalangan laki-laki wahai
Rasulllah?" Beliau menjawab, "Ayahnya." Aku berkata, "Kemudian
siapa?" Beliau menjawab, "Umar." Kemudian beliau menyebutkan beberapa
orang." (HR. Bukhari dalam Fadhailil A'mal dan Muslim dalam Fadhailus
Shahabah,4/1856 no. 2384)

Adapun tentang hadis yang mereka atas-namakan Nabi suci saw. adalah
tidak dapat diajukan sebagai bukti di sini, sebab:

Pertama, Itu hanya riwayat Ahlusunnah sendiri. Sementara itu
perbedaan dalam masalah ini adalah antara Syi'ah dan Ahlusunah, atau
setidaknya melibatkan Syi'ah, sehingga hadis-hadis riwayat Ahlusunnah
tidak cukup untuk diangkat sebagai dalil!

Kedua, Hadis pertama dari riwayat Amr ibn al `Ash, si penabur fitnah
dan penasehat Mu'awiyah dalam merancang perang Shiffin… `Amr ibn
al `Ash adalah musuh bebuyutan Imam Ali as., setelah sebelumnya getol
memusuhi Nabi saw. dan sebagaimana disabdakan dalam hadis shahih
bahwa barang siapa membenci Ali maka ia adalah seorang munafik.

Dan dari sisi lain hadis itu disinyalir terputus mata rantai
sanadnya, hal mana merusak kualitas hadis sahih yang mensyaratkan
bersambungnya sanad, sebab Abu Utsman tidak mendengar dari `Amr ibn
al `Âsh. Demikian dipastikan al Ismaili, sebagai dikutip Ibnu Hajar
dalam Fathu al Bâri-nya.[10] Jadi sudikan kita menerima konsep agama
kita dari seorang munafik?

Ketiga, Selain itu hadis tersebut kisah penyampaian ucapan (yang
dinisbatkan kepada Nabi saw.) adalah seusai perang Dzatus Salâsil,
dimana Nabi saw. menunjuk `Amr ibn al `Âsh sebagai pimpinan dan
panglima pasukan dalam peperangan itu yang membawai sahabat-sahabat
besar, tidak terkecuali Abu bakar dan Umar,[11] hal mana semua pasti
menyimpulkan bahwa penunjukkan itu meniscayakan adanya keunggulan
pada sisi `Amr yang tidak dimiliki Abu bakar dan Umar[12]… dan itu
artinya `Amr menyandang keutamaan yang tidak disandang Abu bakar dan
Umar… oleh sebab itu kuat kemungkinan perlu dilangsirkan edisi sabda
yang menandingi bahkan mengusir anggapan seperti itu dari benak
setiap yang membacanya… untuk itu edisi ini diluncurkan… dan untuk
mempertegasnya dinisbatkannya hadis kepada `Amr –sang panglima yang
membawahi Abu Bakar dan Umar-.

Keempat, Hadis `Amr itu bertentangngan dengan hadis-hadis sahih yang
sangat banyak jumlahnya yang menegaskan bahwa Ali as. adalah sahabat
paling dicintai Nabi saw. Ibnu Hajar menyebutkan sebuah hadis dari
Aisyah yang mengakui bahwa Ali lebih dicintai Nabi ketimbang Abu
Bakar, ayahnya sendiri. Hadis itu diakui kesahihannya oleh Ibnu
Hajar. Ibnu Hajar berkata, "Ahmad, Abu Daud dan an Nasa'i
meriwayatkan, dan ia mensahihkannya dengan sanad dari Nu'man ibn
Basyir, ia berkata, `Abu Bakar meminta izin masuk ke rumah Nabi saw.,
lalu ia mendengar suara keras Aisyah, ia sedang mengangkat suaranya
seraya berkata:

áóÞóÏú ÚóáöãúÊõ Ãóäøó ÚáöíøðÇ ÃóÍóÈøõ Åáíßó ãöäú ÃÈí

"Aku benar-benar telah tahu bahwa Ali lebih engkau cintai ketimbang
ayahku."[13]

Hadis ini memiliki nilai penting sebab ia adalah ucapan Aisyah
sendiri, yang dalam hadis `Amr dikatakan sebagai yang paling dicintai
Nabi saw., dan Nabi-pun men-taqirir/membenarkannya dan tidak
meyalahkan Aisyah dengan mengatakan misalnya, `tidak benar ucapanmu
bahwa Ali lebih aku cintai, tetapi engkau dan ayahmu-lah yang paling
aku cintai'! Jadi tidaklah beralasan pengunggulan hadis `Amr atas
hadis Aisyah dengan mengatakan bahwa hadis `Amr memuat ucapan Nabi
sa. Sementara hadis Aisyah hanya memuat taqrîr beliau saja! Sebab
pada hadis Aisyah terdapat banyak pendukung eksternal dan internal.

Pendukung eksternal seperti:

(1) Perawinya yaitu Aisyah lebih utama di banding `Amr,

(2) Perawinya adalah yang terkait langsung dengan masalah yang
dibicarakan, sedang dalam hadis `Amr ia tidak termasuk yang
dinominasikan dalam pengunggulan.

(3) Pada riwayat `Amr, periwayatnya adalah musuh bebuyutan Imam Ali
as. sehingga sangat mungkin kedengkian dan permusuhan itu
mendorongnya membuat-buat hadis atas nama Nabi saw., sementara Aisyah
bukan seorang yang patut dicurigai mendukung dan membela Ali as.
sehingga kecintaannya itu dikhawatirkan mendorongnya memalsu-malsu
ucapan demikian.

(4) Hadis 'Amr dan hadis-hadis lain yang semakna hanya diriwayatkan
Ahlusunnah, tanpa Syi'ah, sementara hadis keunggulan Imam Ali dan
bahwa beliau adalah sahabat paling dicintai Nabi saw. telah
disepakati diriwayatkan oleh kedua belah pihak; Sunni dan Syi'ah.

Bukti lain! Telah diriwayatkan dengan berbagai jalur periwayatan
(sanad) bahwa Nabi saw. diberi hadiah seekor burung panggang, lalu
beliau bersabda memohon kepada Allah SWT:

Çááøóåõãøó ÅÆúÊöäöí ÈöÃóÍóÈøö ÎóáúÞößó Åáóíúßó íóÃúßõáõ ãóÚöíú åóÐóÇ ÇáØóíúÑó.

"Ya Allah datangkan kepadaku makhluk-Mu yang paling Engkau cintai
agar makan bersamaku burung ini."[14]

Lalu Ali datang dan Anas pun menolaknya dengan alasan bahwa Nabi saw.
sedang sibuk tidak dapat menerima kehadiran siapapun, sementara itu
Nabi saw. menantikan kedatangan Ali as. untuk makan bersama beliau
hidangan tesebut, hinga ketiga kalinya, Ali meminta izin dan Nabi pun
mendengar suara Ali, kemudian mempersilahkannya masuk dan menanyakan
keterlambatannya. Ali berkata bahwa ia telah datang namun Anas
menolaknya dengan alasan bahwa Anda sibuk. Nabi saw. menegur Anas
atas ulahnya, setelahnya Ali makan bersama beliau hidangan tersebut.
[15]

Dari hadis ini terlihat jelas bahwa Nabi saw. hendak menegaskan bahwa
Ali as. adalah hamba yang paling dicintai Allah SWT.

Dan karenanya para ulama' Ahlusunnah kebingungan menghadapi hadis
ini, sebab ia dengan tegas mengatakan bahwa Ali adalah hamba paling
dicintai Allah, dan itu artinya beliau lebih mulia dari Abu Bakar ash
Shiddiq dan yang demikian itu bertentangan dengan keyakinan mereka!
Maka sebagian dari mereka mengambil jalan pintas dengan menganggapnya
hadis palsu, dengan demikian semuanya beres!

· Benang Merah Masalah Tafdhîl

Adalah hal tidak berdasar ketika ada yang mengklaim bahwa masalah
pengutamaan Abu Bakar dan Umar di atas Imam Ali as. adalah prinsip
yang telah di-ijma'-kan sejak masa para sahabat Nabi mulia saw. dan
ijma' itu didasarkan pada nash-nash pasti tentangnya! Sebab dengan
merunut benang kusut dalam masalah ini akan terlihat jelas:

Pertama, bahwa masalah ini adalah bersifat ijtihadiyah.

Kedua, dasar pengutamaan itu adalah dilihat dari sisi bahwa mereka
itu berkuasa menjadi Khalifah secara berurutan; Abu Bakar, kemudian
Umar kemudian Utsman kemudian Ali, maka dari itu keunggulan mereka
pun harus diurutkan persis seperti urutan kekhalifahan mereka! Ibnu
Hajar menjelaskan dasar pengambilan keputusan itu oleh para ulama
Ahlusunnah, setelah menyebutkan perbedaan dalam masalah itu, ia
berkata:

ÝÇáúãÓÃáóÉõ ÅÌÊåÇÏöíÉñ¡ æ ãõÓÊóäóÏõåÇ Ãäøó åÄáÂÁö ÇáÃÑÈÚÉõ ÃÎÊÇÑóåõãõ Çááåõ ÊÚÇáì áöÎáÇÝóÉö
äÈöíøöåö æ ÅÞÇãóÉõ Ïíäöåö¡ ÝóãóäÒáóÊõåõã ÚäÏóåõ ÈöÍÓóÈö ÊÑÊíÈöåöãú Ýí ÇáÎáÇÝóÉö¡ æ Çááå ÃÚáã.

Masalah ini bersifat ijtihadiyah, dan sandarannya adalah kerena
mereka berempat telah dipilih Allah untuk kekhalifahan mengganti Nabi-
Nya dan menegakan agama-Nya, maka kedudukan mereka di sisi-Nya sesuai
dengan urutan kekhalifahan mereka. Allah a'lam.[16]

Terlepas dari banyaknya klaim dalam ucapan Ibnu Hajar di atas yang
sulit ia buktian kebenarannya, seperti:

A) bahwa Allah telah memilih mereka untuk jabatan kekhalifahan(?),
apa maksud kata-kata beliau itu? Apa dasarnya, apa sekedar secara
defakto mereka memerintah maka dengan serta merta kita berhak
mengatakan bahwa Allah telah memilih mereka?! Lalu mengapa kita tidak
mengatakan juga bahwa Allah telah memilih Mu'awiyah, Yazid sebagai
Khalifah Nabi saw.? bukankah mereka juga telah mengenakan baju
kakhalifahan seperti juga Abu Bakar dan Umar mengenakannya!

B) Kesimpulan loncat yang tidak ketemu tautan logikanya dengan
mengatakan, "maka kedudukan mereka di sisi-Nya sesuai dengan urutan
kekhalifahan mereka" kesimpulan ini ditegakan di atas dasar bahwa
Allah telah memilih mereka untuk kehkilafahan(?) yang mustahil dapat
ia buktikan.

C) Apa kaitannya antara urutan kekhalifahan dengan urutan keutamaan?
Bukankah mereka (kecuali Ibnu Taimiyah dan mereka yang mengikutinya)
meyakini prinsip bahwa boleh jadi ada seorang yang lebih afdhal dari
Khalifah yang berkuasa?, lalu kalau demikian, mengapa harus memaksa
bahwa urutan keutamannya sesuai dengan urutan kekhalifahannya?.
Kesimpulan itu adalah sebuah sabotase, mughalathah, dan kesimpulan
yang lebih umum/luas dari klaimnya, dalam istilah logika disebut an
Natîjah A'ammu min al Mudda'â. Ijmâ' Baru Terbentuk Belakangan!
Selain itu semua, Ibnu Hajar (seorang tokoh terkemuka Ahlusunnah,
bukan Wahabi) telah mengakui bahwa klaim adanya ijmâ' dalam masalah
tafdhîl sejak masa para sahabat adalah tidak berdasar, ia hanyan
isapan jempol para ulama yang tidak memiliki ketelian dalam mengkaji
masalah ini. Setelah menyebutkan berbedaan pendapat dalam masalah
ini, Ibnu Hajar berkata:

Åöäøó ÇáÅÌãÇÚó ÅäúÚóÞóÏó ÈöÂÎöÑóÉò Èóíúäó Ãåúáö ÇáÓäÉö Ãäøó ÊóÑúÊöíúÈóåõãú Ýí ÇáÝÖúáö ßóÊÑÊíÈöåöãú Ýí
ÇáÎáÇÝóÉö¡ ÑÖí Çááå Úäåõã ÃÌãÚíä.

"Ijmâ' terbentuk belakangan di antara Ahlusunnah bahwa urutan
keutamaan mereka sesuai dengan urutan mereka dalam Khilafah, semoga
Allah meridhai mereka."[17]

----------------------------------------------------------
----------

[1]Tarikh al Madzâhib al Islamiyah; Abu Zuhrah: 33.

[2] Tadzkiratul Khawâsh:58.

[3] Shahih Bukhari: kitabul Maghazi, bab Ghazwah Khandaq, 5/140-141,
hadis no.4108. (lihat Fath al Bâri, syarah Shahih Bukhari,15/287).
Dan sebagian ulama' memahami bahwa peristiwa ini terjadi setelah
kegagalan tim tahkim.

[4] Shahih Bukhari, Kitabul Fitan, bab Idza Qala Inda Qaumin…( Lihat
Fath al-Bari:27/79-82, hadis no.7111).

[5] Al-Hurrah tempat terjadinya pertempuran antara penduduk kota suci
Madinah dengan pasukan Yazid, yang setelah kekalahan mereka, pasukan
Yazid dibebaskan berbuat apa saja termasuk merampok harta, memperkosa
putri-putri sahabat Nabi dan membunuh orang-orang sipil kota Madinah
yang tidak berdosa. Sehingga diriwayatkan ratusan kaum lelaki dan
wanita menjadi korban pembantaian berdarah dingin, sehingga tidak
tersisa lagi sahabat Nabi saw. dan yang paling menyedihkan ialah
banyak putri-putri sahabat yang diperkosa pasukan biadab atas seizin
Yazid tersebut hamil, sampai-sampai ayah-ayah mereka ketika kemudian
hari menikahkan putri-putri mereka tidak berani menjamin keperawanan
gadis-gadis mereka.

[6] Shahih Muslim dengan syarah An-Nawawi, 12/240

[7] Majmu' Fatawa; Ibnu Taymiah,4/422 lihat juga Imamatul `Udhma:313.

[8] Fathu al Bâri14/178, pada syarah hadis no.3677.

[9] Fathu al Bâri14/179.

[10] Fathu al Bâri,16/195-196. Walaupun kemudian Ibnu Hajar
menyimpulkan dengan tanpa dasar pasti adanya kebersambungan itu.

[11] Fathu al Bâri,16/196 dan Sirah an Nabawiyah (dicetak di pinggir
as Sirah al Halabiyah),2/231-232. Bahkan di sana sebutkan bahwa dalam
peperangan itu tanpa ketidak mengertian Umar akan taktik peparangan
yang aling m,endasar sekalipun.

[12] Seperti yang juga disimpulkan `Amr sendiri. (baca Fathu al
Bâri,16/196, bab Ghazwah Dzâtis Salâsil.

[13] Fathu al Bâri14/158-159.

[14] Sunan at Turmudzi dengan syarah Al Mubarakfuuri, 10/240-241, bab
95, hadis 3820 dan ia berkata, "Ini adalah hadis hasan." Al Bidayah
wa An Nihayah,7/357 dan ia menggolongkannya hadis hasan. Dan At Taaj
Al Jami' Lil Ushul,3/334.

[15] Hadis riwayat At Turmudzi,10/223, bab87, hadis 3805. dan
Khashaiâsh: 25, hadis 12 dengan tambahan: maka Abu Bakar datang, Nabi
menolakknya masuk, Umar datang Nabipun menolaknya lalu datanglah Ali
maka Nabi mengizinkannya. Dan dalam banyak riwayat disebutkan bahwa
Anas ibn Malik pembantu rumah tangga Nabi saw. berusaha menghalang-
halangi Imam Ali as. untuk masuk menemui Nabi saw. dan ketika ditegur
ia beralasan bahwa ia ingin kalau yang mendapatkan kemuliaan itu
adalah seorang dari anggota sukunya. Dan sejarah mencatat bahwa di
masa kekhilafahan Imam Ali as. ketika beliau berpidato dan meminta
kesaksian dari para sabahat bahwa Nabi saw. pernah bersabda
mengangkat Imam Ali di Ghadir Khum, lalu bangunlah beberapa orang
sabahat yang bersaksi bahwa mereka mendengar Nabi bersabda demikian
kecuali Anas dan beberapa sahabat lain enggan bersaksi dengan alasan
berpura-pura lupa. Imam Ali mendo'akan mereka yang berpura-pura lupa
agar tertimpa bala' yang memalukan dan Anas terkena belang yang tidak
dapat ia tutup-tutupi dengan kain serban sekalipun. Dan Anas mengakui
bahwa belang itu adalah karena do'a Imam Ali as.

[16] Fathu al Bâri,14/170.

[17] Fathu al Bâri,14/169.
--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "Insan Syukur"
<isyukur@...> wrote:
>
> Biarkan Syiah Bercerita Tentang Kesesatan Agamanya (3)
> <http://muslim.or.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=539>
> <http://muslim.or.id/index2.php?
option=com_content&task=view&id=539&pop=1&page=0&Itemid=2>
> <http://muslim.or.id/index2.php?
option=com_content&task=emailform&id=539&itemid=2>
> Kamis,
> 03 Januari 2008
>
> *FAKTA KEEMPAT: Syi'ah bercerita tentang keyakinan mereka mengenai
> Ahlusunnah.*
>
> *Tuhan Orang Syi'ah Beda Dengan Tuhan Ahlusunnah*
>
> Berkata Ni'matullah al-Jazairy dalam kitabnya *al-Anwar
> an-Nu'maniyah*(jilid I, hal 278), ((Sesungguhnya kami (kaum Syi'ah)
> tidak pernah
> bersepakat dengan mereka (Ahlusunnah) dalam menentukan Allah, nabi
maupun
> imam. Sebab mereka (Ahlusunnah) mengatakan bahwa Tuhan mereka
adalah Tuhan
> yang menunjuk Muhammad sebagai nabi-Nya dan Abu Bakar sebagai
pengganti
> Muhammad sesudah beliau wafat. Kami (kaum syi'ah) tidak setuju
dengan Tuhan
> model seperti ini, juga kami tidak setuju dengan model nabi yang
seperti
> itu. Sesungguhnya Tuhan yang memilih Abu Bakar sebagai pengganti
nabi-Nya,
> bukanlah Tuhan kami. Dan nabi model seperti itu pun bukan nabi
> kami!)).*Na'udzubillah
> * dari kekufuran dan kesesatan ini!!!
> *Pengertian an-Naashib Dalam 'Kamus' Rafidhah*
>
> *An-Nawaashib* mufradnya *naashib*. Definisinya menurut Ahlusunnah
adalah:
> Orang-orang yang mengalahkan serta melaknat Ali dan keluarganya.
Sedangkan
> definisinya versi orang-orang Syi'ah: *An-Nawashib* adalah
Ahlusunnah yang
> mencintai Abu Bakar, Umar dan para sahabat Nabi
*shallallahu 'alaihi wa
> sallam* lainnya *radhiallahu 'anhum.*
>
> Husain Aal 'Ushfur ad-Darraz al-Bahrany dalam kitabnya *al-Mahasin
> an-Nafsaniyah Fi Ajwibati al-Masail al-Khurasaniyah* (hal 147)
berkata,
> ((Berita-berita yang bersumber dari para imam *'alaihis salam*
menjelaskan
> bahwa yang dimaksud dengan *an-Nashib* adalah yang biasa dipanggil
dengan
> julukan Sunni)). Dia juga berkata, ((Tidak perlu lagi
dipermasalahkan bahwa
> yang dimaksud dengan *an-Nashibah* adalah Ahlusunnah)).
>
> Berkata Ni'matullah al-Jazairy dalam kitabnya *al-Anwar
> an-Nu'maniyah*(jilid II, hal 306-307), ((Adapun orang
> *Nashibi*, kondisi dan hukum-hukum yang berkaitan dengan mereka bisa
> dijelaskan dalam dua hal: Pertama, siapakah yang dimaksud dengan
> *an-Nashib*yang diceritakan dalam berbagai riwayat mereka itu lebih
> jahat dari orang
> Yahudi, Nashrani dan Majusi. Yang juga mereka itu kafir dan najis
menurut
> ijma' para ulama imamiyah... Dan telah diriwayatkan dari Nabi
*shallallahu
> 'alaihi wa sallam* bahwa di antara ciri khas orang-orang *Nawashib*
adalah:
> mendahulukan selain Ali atasnya)). Perkataan orang satu ini
menunjukkan
> bahwa setiap yang mendahulukan kepemimpinan Abu Bakar, Umar dan
Utsman
> sebelum kepemimpinan Ali *radhiallahu 'anhu*, maka dia adalah
> *Nashibi*menurut versi orang-orang Rafidhah; padahal orang-orang
> *Nashibi* itu menurut mereka lebih jahat dari orang Yahudi,
Nashrani dan
> Majusi, bahkan dianggap kafir dan najis!!! *Na'udzubillah!!*
>
> *Kaum Rafidhah Menghalalkan Harta dan Nyawa Ahlusunnah*
>
> Berkata Yusuf al-Bahrany dalam kitabnya *al-Hadaaiq an-Naadhirah
Fii Ahkaam
> al-'Itrah ath- Thaahirah* (jilid XII, hal 323), "Sesungguhnya
anggapan bahwa
> *an-Nashib* itu muslim, dan juga anggapan bahwa agama Islam tidak
> membolehkan untuk mengambil harta mereka, ini semua tidak sesuai
dengan
> ajaran kelompok yang benar (maksudnya Syi'ah -pen) mulai dari
dahulu sampai
> sekarang, yang mana mereka itu mengatakan bahwa *an-Nashib* itu
kafir dan
> najis serta boleh diambil hartanya bahkan dibenarkan untuk dibunuh."
>
> Dalam kitab *Wasail asy-Syi'ah* karangan al-Hur al-'Amily (jilid
XVIII, hal
> 463) disebutkan, ((Berkata Dawud bin Farqad, Aku bertanya kepada Abu
> Abdillah *'alaihis salam*, *"Apa pendapatmu tentang an-Nashib?"* Dia
> menjawab, *"Halal darahnya (nyawanya -pen) tapi aku bertaqiyyah
(Lihat
> maksud dari istilah taqiyyah di epilog dari tulisan ini -pen).
darinya.
> Seandainya engkau bisa membunuhnya dengan cara meruntuhkan suatu
tembok
> atasnya atau kamu tenggelamkan dia, supaya tidak ketahuan bahwa
kamulah
> pembunuhnya, maka lakukanlah!"*)). Aku bertanya lagi, *"Lantas
bagaimana
> dengan hartanya?"* Dia menjawab, *"Musnahkanlah hartanya
semampumu!"*)).
>
> Dalam kitab *ar-Raudhah min al-Kafi* (hal 285) disebutkan, ((Dari
Abu
> Hamzah, Aku bertanya kepada Abu Ja'far *'alaihis salam*, *"Sebagian
> kawan-kawan kami memfitnah dan menuduh yang tidak-tidak terhadap
siapa saja
> yang menyelisihi mereka?"* Dia menjawab, *"Lebih baik engkau
tinggalkan
> perbuatan itu! Demi Allah wahai Abu Hamzah sesungguhnya seluruh
manusia
> adalah anak-anak pelacur kecuali para pendukung kita!!"*)). Yang
dia maksud
> adalah: bahwa semua manusia adalah anak-anak hasil perzinaan kecuali
> orang-orang Syi'ah (Bagaimana mungkin mereka menganggap semua orang
Syi'ah
> suci dan bukan hasil perzinaan, padahal zina (baca: nikah mut'ah)
sendiri
> mereka anggap merupakan salah satu ritual ibadah yang paling
utama?!! -pen).
> *Wa laa haula wa laa quwwata illa billah.*
>
> *Orang-Orang Rafidhah Mengkafirkan Golongan Ahlusunnah*
>
> Al-Faidl al-Kasyany dalam kitabnya *Minhaj an-Najah* (hal 48)
berkata, *"Barang
> siapa yang mengingkari keimaman salah seorang dari mereka (yakni
para imam
> yang dua belas) maka sesungguhnya dia itu sama dengan orang yang
mengingkari
> kenabian seluruh para nabi."*
>
> Berkata al-Maamaqaany dalam kitabnya *Taudhih al-Maqaal* (jilid I,
hal 208),
> "Kesimpulan yang dapat diambil dari kitab-kitab, bahwa setiap yang
tidak
> bermazhab *itsna 'asyar* (syi'ah) akan diterapkan baginya hukum
orang kafir
> dan musyrik di akhirat."
>
> Dengarlah orang-orang Rawafidh yang terang-terangan melaknat para
ulama
> Islam seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Samahah asy-Syaikh
Abdul
> Aziz bin Baz rahimahumullah: *"Ini syeikh Bin Baz, kalian anggap
dia itu
> syaikh?! Wahai orang-orang yang najis!, orang-orang yang kotor!,
wahai para
> pengikut Ibnu Taimiyyah si anjing itu! Wahai para pengikut Bin Baz
> al-Munafiq si buta mata dan hati! Semoga Allah melaknat dia!!!
Semoga Allah
> melaknat dia!! Anjing kalian ikuti?!, kalau bukan karena kalian
binatang
> niscaya kalian tidak akan mengikuti binatang, babi seperti Bin
Baz!!!*)). *Wa
> laa haula wa laa quwwata illa billah.*
>
> *Keyakinan Rafidah Mengenai Al-Mahdi Yang Dinanti-nantikan*
>
> Ahlusunnah meyakini bahwa di akhir zaman nanti akan muncul seorang
dari
> ahlul bait, Allah kokohkan dengannya agama Islam, dia berkuasa
tujuh tahun,
> memenuhi bumi dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan
> kesewenang-wenangan dan kezaliman. Bumi menumbuhkan tumbuh-
tumbuhannya,
> langit menurunkan hujannya, harta melimpah ruah tanpa batas.
> Adapun Rafidhah, maka telah terjadi kontradiksi dalam keyakinan
mereka
> tentang al-Mahdi; terkadang mereka mengingkari lahirnya al-Mahdi
sebagaimana
> yang dikatakan oleh al-Kulainy dalam kitabnya *Ushul al-Kafi*
(jilid I, hal
> 505), Ibnu Baabawaih al-Qummy dalam kitabnya *Kamaal ad-Din Wa
Tamaam
> an-Ni'mah* (hal 51), juga al-Majlisy dalam kitabnya *Bihaar al-
Anwar* (jilid
> 50, hal 329), bahwa al-Mahdi tidak akan dilahirkan, sebab harta
warisan ayah
> al-Mahdi yang bernama al-Hasan al-'Askary sudah terlanjur dibagi-
bagi.
>
> Akan tetapi terkadang mereka mengatakan bahwa al-Mahdi telah
dilahirkan,
> akan tetapi dia masih bersembunyi di suatu tempat yang bernama gua
> as-Saamuroi, dan akan muncul kelak di akhir zaman untuk membantu
Syi'ah dan
> membunuhi musuh-musuh mereka dari kalangan Ahlusunnah.
>
> Agar kerancuan itu lenyap, akan kita sebutkan perbedaan-perbedaan
antara
> Mahdinya orang Islam dengan Mahdi yang diklaim oleh orang Rafidhah.
>
> Pertama, Mahdinya orang Islam bernama Muhammad bin Abdullah, karena
> Nabi *shallallahu
> 'alaihi wa sallam* bersabda, *"Namanya (al-Mahdi -pen) sama dengan
namaku,
> dan nama bapaknya (al-Mahdi -pen) juga sama dengan nama bapakku."*
(HR. Abu
> Dawud dan Tirmidzy, serta dishahihkan oleh al-Albany dalam Misykaat
> al-Mashabih). Adapun Mahdi yang diakui oleh orang Rafidhah bernama
Muhammad
> bin al-Hasan al-'Askary sebagaimana yang disebutkan oleh al-Arbaly
dalam
> kitabnya *Kasyf al-Ghummah* (jilid III, hal 226).
>
> Kedua, Mahdinya orang Islam belum dilahirkan hingga sekarang dan
dia akan
> dilahirkan di akhir zaman. Adapun mahdinya orang Rafidhah
sesungguhnya telah
> dilahirkan pada tahun 255 H. Berkata al-Arbaly dalam kitabnya *Kasyf
> al-Ghummah* (jilid III, hal 236), *"Al-Mahdi lahir pada malam
pertengahan
> Sya'ban tahun 255 H, lantas tatkala berumur lima tahun dia masuk gua
> as-Samuroi di Irak. Dan sekarang dia masih hidup."* Jadi sejak
tahun itu
> sampai hari ini mahdi khurafatnya orang Rafidhah sudah berumur 1168
tahun!!!
>
> Ini syaikh mereka Abdul Hamid al-Muhajir berusaha keras untuk
membuktikan
> adanya al-Mahdi khurafat mereka, *"Manusia itu bisa saja hidup
ribuan tahun,
> ditambah lagi kita tidak mengetahui umur yang disebutkan dalam Al
Quran.
> Sedangkan umur 70 tahun, 60 tahun, 80 tahun, itu semua umur alami.
Umur itu
> tidak ada yang tahu panjangnya kecuali Allah. Mungkin saja
seseorang hidup
> seumuran Nuh. Nuh hidup 3000 tahun. Ilmu mutakhir membuktikan bahwa
tidak
> ada suatu hal yang menghalangi panjangnya umur seseorang,
seandainya Allah
> menghendaki. Tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini, karena
Allah
> menciptakanmu tidak hanya untuk hidup 60 tahun kemudian kamu mati,
> seandainya jika memang belum ada sebab-sebab kematian. Para ilmuwan
berkata:
> Seandainya manusia selalu berada di atas metode ilmiah yang tepat
di dalam
> makannya, minumnya, pakaiannya, tidurnya dan bangunnya, niscaya dia
bisa
> hidup ribuan tahun!"*
>
> Ketiga, Mahdinya orang Islam dari keluarga Nabi
*shallallahu 'alaihi wa
> sallam* keturunan al-Hasan bin Ali *radhiallahu 'anhu*, adapun
mahdi yang
> diklaim oleh Rafidhah itu keturunan al-Husain bin Ali
*radhiallahu 'anhu*.
>
> Keempat, Mahdinya orang Islam tinggal selama 7 tahun, adapun Mahdi
yang
> diklaim oleh Rafidhah tinggal selama 70 tahun.
>
> Kelima, Mahdinya orang Islam memenuhi bumi dengan keadilan setelah
> sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman. Adapun Mahdinya orang
Rafidhah,
> sesungguhnya dia akan membunuhi orang-orang Islam musuh-musuh
Rafidhah,
> bahkan dia akan menghidupkan kembali ash-Shiddiq dan al-Faaruq; Abu
Bakar
> dan Umar *radhiallahu 'anhuma*, kemudian menyalib keduanya, juga
mencambuk
> Aisyah dengan cambukan had. Sebagaimana disebutkan dalam kitab
> *ar-Raj'ah*karangan Ahmad al-Ahsaa'iy (hal 161).
>
> Bahkan Mahdinya Rafidhah banyak melakukan pembunuhan di muka bumi
ini
> terutama orang-orang Quraisy. Sampai-sampai mereka berkata:
bahwasanya
> al-Mahdi akan membunuh dua pertiga dari penduduk bumi.
>
> Demi Allah, tidak diragukan lagi bahwa ini adalah pekerjaan al-Masih
> ad-Dajjal! Bahkan dalam *Bihaar al-Anwar* (jilid 52, hal 354)
disebutkan,
> ((Telah diriwayatkan dari Abu Ja'far *'alaihis salam* bahwa dia
berkata:
> Hingga kebanyakan manusia berkata: *"Dia bukanlah dari keluarga Nabi
> Muhammad, seandainya dia dari keluarga Muhammad, niscaya dia itu
akan
> bersikap lemah lembut."*)).
>
> Keenam, Mahdinya orang Islam menegakkan syariatnya Nabi Muhammad
*shallallahu
> 'alaihi wa sallam*, adapun mahdinya yang diklaim Rafidhah dia akan
> menegakkan hukum keluarga Dawud, bahkan akan menyeru Allah dengan
nama
> Ibraninya. Sebagaimana yang disebutkan dalam kitab *Ushul al-Kaafi*
(jilid
> I, hal 398).
>
> Ketujuh, Mahdinya orang Islam Allah turunkan dengannya hujan,
lantas bumi
> menumbuhkan tetumbuhannya. Adapun Mahdinya Rafidhah maka akan
menghancurkan
> Ka'bah, Masjidil Haram, Masjid Nabawi bahkan akan menghancurkan
semua masjid
> (yang ada di muka bumi -pen). Sebagaimana yang disebutkan oleh ath-
Thusy
> dalam kitabnya *al-Gharib* (hal 472).
>
> Kedelapan, Mahdinya orang Islam memerangi Yahudi dan Nasrani,
sampai agama
> betul-betul menjadi milik Allah semata, dan dia beserta nabi Isa
akan
> membunuh Dajjal. Adapun Mahdinya orang-orang Rafidhah maka dia akan
berdamai
> dengan orang Yahudi dan Nasrani, lantas menghalalkan darah orang
Islam dan
> membalas dendam terhadap mereka. Sebagaimana diterangkan al-Majlisy
dalam
> kitabnya *Bihar al-Anwar* (jilid 52, hal 376).
>
> Dengan demikian hilanglah ketidakjelasan perbedaan antara dua
mahdi. Dan
> tidak mungkin Mahdinya orang Islam dengan Mahdinya orang Rafidhah
itu satu.
>
> *–bersambung insya Allah–*
>
> ***
>
> Tingkat pembahasan: Lanjutan
> Penulis: Ustadz Abu Abdirrahman al-Atsary Abdullah Zaen
> *(Mahasiswa S2, Universitas Islam Madinah)*
>
>
> **
>
> ---------------------------
> Sumber >
> http://muslim.or.id/artikel/manhaj/biarkan-syiah-bercerita-tentang-
kesesatan-agamanya-3.html
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Be a career mentor

for undergrads.

Y! Messenger

Files to share?

Send up to 1GB of

files in an IM.

Wellness Spot

Embrace Change

Break the Yo-Yo

weight loss cycle.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar