Selasa, 26 Februari 2008

[psikologi_transformatif] Spiritualitas dan Sensualitas

SPIRITUALITAS DAN SENSUALITAS

Jamannya nilai-nilai kerohanian dianggap sebagai
hal-hal yang bertolak belakang dengan daya tarik fisik
atau sensualitas sudah lewat. Kita sudah melewatinya
dengan selamat, walaupun masih banyak anggota
masyarakat yang rancu dan menganggap bahwa kerohanian
berarti anti daya tarik fisik dan sensualitas adalah
kerohanian yang tumpul. Jamannya tidak seperti itu
lagi.

Dulu yang dipentingkan adalah kebersihan tubuh tok.
Itu dianggap sebagai simbol kebersihan jiwa. Sekarang,
kebersihan tubuh harus sepadan dengan daya tarik
seksual dari si pemilik tubuh sendiri supaya memenuhi
syarat agar menjadi seorang spiritual yang utuh. Orang
yang mendalami spiritualitas dan mengubur habis daya
tarik seksualnya adalah mereka yang hidup di Arabia
pada abad ke 7 M.

Seribu empat ratus tahun kemudian, di abad ke 21 M
ini, orang yang mendalami spiritualitas adalah yang
bisa menjaga dan memancarkan seksualitasnya ke segala
arah. Bukan demi perzinahan, seperti yang dikuatirkan
oleh orang-orang Arab pada 1400 tahun yang lalu, tapi
demi menjaga citra diri (self image) yang sehat...
Kalaupun ada perzinahan juga, itu adalah tanggung-
jawab si pemilik tubuh sendiri, dan bukan lagi urusan
komunitasnya seperti di masa lalu.

Dulu, orang yang ganteng dan cantik sengaja dibikin
jelek agar dihormati sebagai orang spiritual.
Sekarang, orang yang aslinya jelek bisa dibikin
ganteng dan cantik. Semakin berhasil perubahan fisik
diusahakan, berarti semakin mantap citra diri positif
yang berhasil diupayakan.

Tidak ada lagi gunanya di masa paska modern ini untuk
menggebuk dan mengubur habis segala keindahan tubuh
yang dikaruniakan oleh YME kepada kita… Dan tak ada
gunanya lagi eksistensi orang-orang yang saat ini
masih rancu mengutuk habis mereka yang menonjolkan
sensualitas tubuhnya. Wong urusan spiritualitas adalah
urusan dewe-dewe… Dan segala "gerakan mundur ke
belakang" yang mau mengubur keindahan tubuh adalah
kelompok penyimpang yang asli. Penyimpangan jiwa…
Sikap itu normal 14 abad yang lalu, tetapi merupakan
sikap jiwa yang sakit apabila dipertahankan saat
ini...

+++++++++++++

RASIO DAN EMOSI

Perasaan (emosi) selalu mengikuti hal-hal yang
dipercaya sebagai kebenaran. Hal yang dipercaya
sebagai kebenaran disebut sebagai 'belief system'
dalam ilmu-ilmu sosial. Belief system tidak harus
selalu berkaitan dengan kepercayaan, tetapi mencakup
segalanya tentang manusia dan hubungannnya dengan diri
sendiri, sesama, dan yang transenden.

Contohnya: apabila seorang pria memiliki sistem
kepercayaan (belief system) bahwa seorang suami harus
selalu dilayani oleh istrinya, maka ia akan selalu
bertengkar dengan istrinya kalau istrinya itu tidak
mau melayaninya. Dan pertengkaran itu akan penuh
dengan emosi, karena menurut logika pria itu, si istri
sudah salah dari semula.

Pada pihak lain, seorang pria yang memiliki sistem
kepercayaan bahwa suami dan istri berstatus sama,
saling melayani, tidak akan meledak dengan emosional
ketika istrinya menolak melayani. Kan bisa gantian?

Jadi, emosi selalu mengikuti sistem kepercayaan
(belief system). Sistem kepercayaan yang diperinci
dengan rasio/nalar ketika dihadapkan kepada fenomena
sosial tertentu akan menghasilkan emosi-emosi. Dengan
kata lain, emosi mengikuti gerak rasio/nalar. Rasio
itu sendiri tidak bergerak di ruang vakum. Rasio
selalu bergerak di dalam belief system. Karenanya,
untuk merubah sesuatu yang sudah tidak dikehendaki,
rubahlah sistem kepercayaannya (belief system-nya).
Kalau belief system-nya berubah, otomatis perilaku
manusianya akan berubah. Emosi yang menyertai perilaku
juga berubah.

Ada macam-macam emosi. Rasa takut adalah salah satu
dari dua kutub emosi. Kutub yang satunya adalah cinta
kasih. Diantara kedua kutub ini terdapat bermacam
nuansa emosi: dari rasa persaingan, rasa senasib, rasa
curiga, rasa cemburu... dsb. sampai rasa cinta
universal dan rasa cinta romantik. Macam-macam.
Biasanya macam-macam emosi itu digunakan oleh kelompok
kepentingan berbeda-beda demi memenangkan persaingan.
Persaingan bisa untuk memenangkan cinta seorang gadis,
atau pelayanan seks dari seorang pemuda; bisa untuk
memenangkan uang dari budget suatu instansi; bisa
untuk memenangkan promosi jabatan. Macam-macam.

Kalau tidak percaya lihat saja sinetron. Macam-
macamlah emosi itu dan semua pelaku saling tunggang-
menunggangi untuk menjadi pemenang persaingan.
Pecundang akan gigit jari, dan pemenang akan tepuk
tangan. Pemirsa TV akan ikut tepuk tangan atau, paling
tidak, ikut nyengir azzah. Nyengir seneng, geli, atau
sebel. Gak masalah... Yang jelas, gak ada cerita
menang without ngasorake seperti pepatah Jawa Kuno.
Zaman sekarang orang yang menang bersorak-sorak. Yang
kalah gigit jari.

Karena ini semua adalah komedi manusia: baik di dalam
sinetron maupun dalam realita nyata kehidupan sehari-
hari yang kita jalani, kita biasanya tidak
mempertanyakan lagi.

Yang mungkin bisa menjadi pertanyaan adalah manipulasi
yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk
memperoleh uang atau hal tertentu dari kita sebagai
pengguna barang atau jasa tertentu. Kalau upaya
menjual barang dan jasa adalah pekerjaan yang halal,
manipulasi yang menggunakan rasa takut adalah
perbuatan haram yang _dihalalkan_.

Contoh:
1) Orang yang sedari kecil diajar untuk percaya surga
dan neraka akan takut untuk meninggalkan kelompok
agamanya. Pemimpin agama yang lihay akan dengan tidak
tahu malu mengeluarkan ancamannya: "Kalau tidak mau
masuk neraka, jangan berani meninggalkan agama ini!"
Jadi, si pengikut itu akan tetap di dalam kelompok
agamanya seumur hidup walaupun motivasinya sebenarnya
cuma karena takut masuk neraka.

2) Orang yang percaya kepada paranormal tidak berani
menolak ketika disodori keris pusaka penolak nasib
sial walaupun harganya berjuta-juta. Si paranormal
dengan tidak tahu malu akan bilang: "Kalau tidak
mau kena santet, perlu keris ini. Cuma sekian... juta
saja." Dan dibelilah keris itu walaupun dengan
bersungut-sungut. Kenapa? Karena takut ucapan si
paranormal benar. Daripada kena, mendingan beli.

3) Dokter-dokter kandungan banyak panen dari bedah
Caesar bertahun-tahun terakhir ini. Apakah itu karena
lubang keluar bayi di wanita-wanita sekarang semakin
menyempit? Nggak begitu juga. Tetapi, karena
biaya lahir dengan bedah Caesar berkali-kali lipat
daripada lahir normal. Dan si wanita yang sudah
mengerang-ngerang perlu ditakut-takuti dulu: "Kalau
tidak bedah Caesar, nanti bisa sungsang." Dan
dibedahlah, sreeet.. sreeet... gampang khan, pake
gunting azzah. Dan berjuta-juta Rp mengalir.
Derassszz... Kenapa? Karena takoet.

4) Psikolog jarang yang praktek memberikan konseling.
Kalaupun praktek, jarang yang netral. Kebanyakan
psikolog mau memaksakan jalan pikirannya kepada
kliennya yang konsultasi, padahal seharusnya
psikolog bersikap netral dan tidak melakukan
interferensi ke dalam sistem kepercayaan kliennya.
Tetapi, banyak konflik juga disana karena si klien
takut menolak apa yang dipaksakan oleh psikolognya
untuk diterima. Alasannya apa? Takoet sakit jiwa.
Jadi, psikolog yang otoriter bisa memaksa kliennya
untuk menjadi orang yang bukan dirinya sendiri dengan
alasan bahwa kalau tidak diikuti, si klien bisa sakit
jiwa. Padahal, si psikolog kemungkinan mengalami
gangguan jiwa juga, tapi itu jarang dipertanyakan...
Contohnya misalnya: seorang remaja yang mengalami
ketertarikan kepada sesama jenis dipaksa untuk menekan

habis kecenderungan itu. Si remaja ditakut-takutin
pake ajaran agama. Padahal, si psikolog harusnya jujur
kepada kliennya itu bahwa ketertarikan kepada sesama
jenis adalah normal saja. Di dalam daftar American
Psychological Association tertulis jelas bahwa
homoseksualitas dan biseksualitas bukanlah penyakit.
Tetapi psikolog Indonesia jarang yang berani jujur.
Beraninya takut-takutin klien. Jadi, mungkin kita
harus menyiapkan program mendidik psikolog _khusus_
untuk memberikan konseling kepada para psikolog.

+++++++++++++

PARANORMAL ITU TIDAK NORMAL

Istilah "paranormal" adalah istilah salah kaprah.
Semua orang mengira bahwa istilah itu berasal dari
Bahasa Inggris, padahal tidak. Itu adalah kata asli
Indonesia; asli disalah-kaprahkan oleh orang
Indonesia.

Dalam Bahasa Inggris, kata "paranormal" adalah kata
sifat untuk menunjukkan fenomena yang tidak bisa
dijelaskan dengan hukum alam yang telah diketahui oleh
manusia. Jelas kata itu bukanlah merujuk kepada
manusia. Fenomena paranormal adalah fenomena alam yang
belum bisa dijelaskan dengan hukum alam.

Kalau manusia paranormal seperti apa? Nah itulah dia,
di dalam Bahasa Inggris tidak dikenal adanya istilah
manusia paranormal. Manusia paranormal adalah ciptaan
budaya Indonesia.

Di dalam Bahasa Inggris, manusia yang mempunyai
kemampuan batin, indra keenam, intuisi, kemampuan
menyembuhkan, melihat masa depan, dsb... disebut
sebagai "psychic". Artinya: orang yang memiliki
kemampuan psikis (batin atau kejiwaan).

Dan seorang "psychic" tidak harus berarti seorang
spiritual. Seorang psychic bisa saja orang yang taat
beragama, bisa seorang atheis, bisa seorang ilmuwan,
bisa anak SD, bisa orang eksentrik. Dan itu sama
sekali tidak ada hubungannya dengan spiritualitas atau
tingkat kerohanian seseorang.

Indonesia adalah Negri Salah Kaprah. Sudah pakai
istilah salah, pengertiannya juga salah!

Jadi, di Indonesia, mereka yang disebut atau menyebut
diri sebagai "paranormal" dianggap sebagai orang yang
tingkat kerohaniannya tinggi. Padahal tidak.

Kalau dihubungkan dengan topik "kegilaan", kita bisa
cukup aman dengan berpendapat bahwa tidak semua
"psychic" adalah orang gila. Mayoritasnya memang gila
hormat, tetapi tidak semua. Ada sebagian kecil
"psychic" (yang di Indonesia, secara salah kaprah,
disebut sebagai paranormal) yang benar-benar orang
yang spiritualitasnya tinggi.

Kalau kita bertemu orang yang spiritualitasnya tinggi,
tanpa mereka perlu gembar-gembor kita bisa merasa
sendiri kok! Sedangkan kalau kita bertemu paranormal
yang mensohorkan diri atau bertindak seolah-olah orang
yang sudah dekat dengan "Tuhan", otomatis kita merasa
tidak enak sendiri. Rasanya seperti orang itu berusaha
menipu kita mentah-mentah.

Padahal, kalau kita banyak doa dan meditasi, kita
tidak bisa dibohongi. Semua orang itu transparan
seperti kaca, bisa terbaca secara langsung. Dan kita
otomatis akan langsung tahu.

So, you'd better trust your own intuition when dealing
with paranormal.

+++++++++++++

[Leo seorang praktisi Psikologi Transpersonal; no HP:
0818-183-615. Untuk bergabung dengan Milis SI, click:
<http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia/join>.
NOTE: Except mine, all names used in the YM / email
conversations are PSEUDONYMS.]

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Reconnect with

college alumni.

Lawn & Garden

on Yahoo! Groups

For all things

green and growing.

Dog Fanatics

on Yahoo! Groups

Find people who are

crazy about dogs.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar