Sabtu, 22 Maret 2008

[psikologi_transformatif] bedah buku dari john perkins dan noam chomsky..

dari salah satu web site islam...

Bedah Buku Confession of an Economic Hitman

 
(John Perkins) dan Imperial Ambition (Noam Chomsky)
 

04/03/2006

Dua buku Internasional yang kontroversial berpadu dalam sebuah forum ilmiah bedah buku "Confession of An Economic Hitman" (CoAEH) yang ditulis John Perkins dan "Imperial Ambition" (IA) yang ditulis Noam Choamsky. Membedah kedua buku tersebut berarti membedah kebencian kepada negara Amerika Serkat, sebuah negara adidaya makmur berumur ratusan tahun yang dibangun di atas mayat ratusan Indian dan budak Afrika. Menurut kedua buku tersebut, Amerika terus membangun negerinya agar lebih makmur dengan mencari calon mayat baru, di negeri lain tentunya.

Acara bedah buku dilangsungkan pada hari Jum'at tanggal 17 Februari 2006 di Aula Barat ITB yang diselenggarakan oleh Departemen Sosial Politik KM ITB, Bekerja sama dengan IJABI Inteletual Community (IIC). Acara ini menghadirkan beberapa pembicara seperti KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur, mantan presiden ) yang digantikan oleh Solahudin Wahid (Gus Solah), Dr. Jalaludin Rakhmat (pakar komunikasi), Dr. Dimitri Mahayana (akademisi ITB), Dr. Revrisond Baswir (Guru Besar UGM), dan Dr. Haidar Bagir (Direktur Eksekutif Mizan) keynote speaker.
John Perkins adalah seorang kaya penganut samanisme. Juga mantan preman saham yang dibayar untuk mendesak negara miskin dan berkembang, termasuk , untuk melakukan peminjaman uang yang tak mungkin terbayarkan kepada negara adidaya. Noam Choamsky adalah seorang ahli bahasa, seorang linguist. Dia juga adalah seorang Amerika yang kontroversial, kritis, dan berhaluan kiri. Dia menulis banyak buku, namun bukunya hanya akan ditemukan di toko toko buku alternatif dan disimpan di basement. Dia berkata bahwa teroris nomor satu adalah Amerika dan yang paling pantas di invasi oleh Amerika adalah Washington DC .
Presentasi pertama dibawakan oleh Gus Sholah. Alumni Arsitektur ITB ini menerangkan bahwa Gus Dur sedang melakukan ruwat ke Jogjakarta . "Saya alumni ITB, itu kelebihan saya dibanding Gus Dur", seloroh mantan calon wapres ini disambut gelak beberapa hadirin. Gus Sholah berkata wajar wajar saja jika kini, seperti dalam buku CoAEH, Indonesia dikerjai habis habisan oleh negara lain terutama negara negara Eropa dan Amerika sebagai taktik ekspansi ekonomi negara negara maju tersebut. Masalahnya adalah: "Mau tidak kita dikerjai oleh mereka?"
Gus Sholah mengambil contoh , salah satu negara eksportir minyak terbesar. Namun kondisi rakyatnya melarat. Amerika Serikat pun terus terusan menekan negara di tanah latin itu secara ekonomi. Hingga akhirnya Hugo Chavez muncul dan mengubah kebijakan pemerintahan tatkala menjadi presiden. Dia adalah seseorang yang kelak dianugerahi Nobel Perdamaian. Hugo Chavez berusaha melepaskan dari tekanan Amerika Serikat. Berkat dukungan rakyatnya, Hugo Chavez yang tidak memiliki mesin politik yang baik dan tidak menguasai media berhasil bertahan setelah beberapa kali pemilu, dikudeta, dan referendum. Jadi, menurut Gus Sholah, permasalahannya bukanlah siapa yang mengerjai atau menyerang kita, tetapi kemauan kita (terutama pemerintah) untuk memberontak.
Dimitri Mahayana, yang merupakan lulusan cum laude Teknik Elektro ITB, melanjutkan acara dengan presentasinya membahas buku IA karangan Noam Choamsky. Dimitri menjelaskan tentang 'a new norm', semacam taktik ideologis yang dipropagandakan oleh pemerintah Amerika kepada negara lain guna mendukung langkah imperialistisnya. Seperti dalam kasus invasi ke Irak dan , pemerintah Amerika mendoktrin publik dunia dengan norma yang mereka buat sendiri. Melalui propaganda yang gencar dan massal, Amerika mengarahkan publik dunia untuk sama sama berpikir bahwa Amerika benar dan Irak salah. Pada akhirnya publik dunia mendukung langkah Amerika. Propaganda inilah senjata favorit Amerika.
Propaganda adalah salah satu cara yang efektif untuk mengarahkan pikiran manusia, menjadikan mereka seperti robot yang mudah diperintah berbuat apa saja. Dengan penguasaan Amerika terhadap media dan pengaruhnya terhadap media lokal negara lain, propaganda Amerika terbukti sukses merubah persepsi masyarakat terhadap suatu hal. Contohnya adalah sebuah polling di Amerika tentang apakah Irak sebuah ancaman. Pasca tragedi WTC, peserta polling yang setuju bahwa Irak adalah ancaman hanya 3%. Satu tahun setelah dilakukan propaganda, angka tersebut naik menjadi 50%-60%. Menurut Dimitri, untuk menghadapai propaganda kita harus kritis. Karenanya, kita memerlukan sistem pendidikan yang dapat mendukung terhadap pengembangan kesadaran kritis ini.
Revrisond Baswir guru besar UGM dan aktivis Koalisi Anti Utang, semakin menambah suasana panas di Aula Barat ITB. "Marilah kita ubah forum ilmiah ini jadi forum perjuangan menuju perubahan", kata beliau. Baswir memaparkan tentang sejarah utang di negeri ini, dari awal rencana berutang pada tahun 1945, pengajuan proposal utang luar negeri pertama pada tahun 1947, pencairan dana utang luar negeri pertama kepada pada tahun 1950, hingga kini saat masih menjadi mainan bagi economic hitman. Sejak awal cairnya utang luar negeri kepada , pemerintah sudah dibebani dengan berbagai macam persyaratan. Pada saat utang dari Amerika sebanyak 100 juta US dolar tahun 1950, Indonesia diharuskan mendukung Vietnam Selatan yang didukung Amerika saat perang saudara Vietnam. Saat berutang kembali tahun 1952 bertepatan dengan masa perang , diharuskan mengembargo karet ke . Semasa demokrasi terpimpin, Presiden Soekarno seringkali menentang usaha usaha pihak asing untuk mengatur negara kita. Lalu presiden Soekarno dijatuhkan lewat tangan orang sendiri. Lalu lahirlah pemerintahan kaki tangan Amerika Serikat yang bernama orde baru. Meski orde baru telah berakhir, permainan Amerika Serikat belum berakhir. Pemerintah tidak cukup berani untuk melawan Amerika Serikat. Pada akhir presentasi, Baswir melayangkan pertanyaan: "Apakah kita masih merdeka?". Maka menurutnya, negara kita yang masih belum bebas dari penguasaan bangsa asing ini perlu diproklamasikan sekali lagi kemerdekaannya. "Karena Soekarno mahasiswa ITB, maka mahasiswa ITB harus memproklamasikan kedua kalinya! Kalo nggak, diambil mahasiswa UGM.", ujar beliau menutup presentasinya.
Hingga Amerika belum selesai dengan permainannya, pembicaraan ini tidak akan berakhir. Tema ini membutuhkan suatu langkah pencerdasan yang nyata yang selanjutnya akan menjadikan sebuah gerak perlawanan terhadap imperialisme, kolonialisme, dan kapitalisme. Sehingga permainan Amerika dan negara maju pun berakhir. Jika tidak maka kitalah yang akan berakhir, game over. (Fajar)
Sebagaimana disampaikan oleh kedua penulis dalam masing–masing bukunya, titik sentral keterpurukan dunia ketiga dan negara–negara berkembang adalah "Penjajahan Ekonomi" oleh Amerika dan sekutunya. Perkins dalam bukunya menceritakan, fungsi dirinya sebagai Agen Amerika adalah memuluskan rencana–rencana Amerika menghancurkan ekonomi negara–negara berkembang lewat hutang dan monopoli perdagangan. Begitupun yang diungkapkan oleh Chomsky dalam bukunya "Imperial Ambitions". Dengan latar belakangnya sebagai pakar Linguistik, Chomsky yang berasal dari MIT ini mengungkapkan berbagai kontra pernyataan dan tindakan dari AS–Sekutu dalam rangka menguasai dunia. Chomsky juga menyinggung manfaat dari Economic Imperialism AS ini tidaklah memberikan manfaat sepenuhnya bagi negeri Paman Sam, hanya dinikmati oleh beberapa penguasa dan elit politik AS.

Berbagai kenyataan yang diungkapkan oleh 2 penulis ini direspon oleh pembicara yang hadir sebagai jawaban dari berbagai pertanyaan kontra globalisasi dunia. Jeratan hutang bagi negara–negara berkembang adalah sebuah bentuk imperialisme modern. Revrisond Baswir dalam kesempatannya bahkan mengungkap kronologis awal mula utang Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan (utang pertama Indonesia dari Amerika cair di tahun 1952). Tidak hanya itu, penjajahan secara ekonomi dan idealisme juga terus berlangsung hingga sekarang. Lewat media, lewat teks buku, hingga kepada sistem pengajaran Indonesia, demikian disampaikan Revrisond Baswir.


Jeratan utang, berlanjut kepada dukungan politik, propaganda dan berkembang sebagai pemanfaatan Sumberdaya Alam. Demikian rantai pengaruh imperialisme modern untuk menghancurkan ekonomi sebuah bangsa. Walaupun terlihat sebagai raksasa dan sulit dilawan, bukan tidak mungkin untuk melepaskan dari imperialisme modern ini. Salah satunya adalah dengan pendidikan dan moralitas pemerintah yang bersih.


Para pembicara menekankan kepada hadirin yang sebahagian besar mahasiswa untuk mulai membuka wacana berpikir terhadap kemungkinan–kemungkinan bentuk imperialism. Sebagai Institut Teknologi yang unggul di Indonesia sudah sepatutnya terdepan dalam pengembangan teknologi bagi kemandirian bangsa. Karena kemandirian dan pendidikan adalah salah satu menuju Indonesia yang bebas dari jeratan hutang dan penjajahan ekonomi negara–negara barat.




Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Send pics quick

Share photos while

you IM friends.

Cat Fanatics

on Yahoo! Groups

Find people who are

crazy about cats.

Yahoo! Groups

Wellness Spot

A resource for Curves

and weight loss.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar