Selasa, 04 Maret 2008

[psikologi_transformatif] Re: Anjing yang Masuk Surga?

Mungkin pertanyaannya bukan 'kenapa orang susah menerima perbedaan'
tapi kenapa orang yang enggak sadar dirinya anjing kok susah
menerima perbedaan?Hehehe...lho ya mancing lagi tho. Nanti ada yang
bilang kalau kita ini lagi maki-maki orang...padahal kita kan lagi
ngomongin anjing..eh, iya tho Mas Tom?

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Tomy T
<tomigant@...> wrote:
>
> Mas Audi,
> good point, lha kita juga sedang ngomongin soal perbedaan,
topiknya juga anjing yang di lihat dari beberapa budaya, kelompok
ecc
> walupun demikian...anjing ya tetap anjing. perbedaan apapun takkan
pernah bisa mengubah anjing menjadi yang lain...itulah hukum alam.
kalau ada yang memperlakukan anjing seperti manusia....wah wah wah
> apalagi kalau manusia yang di jadikan anjing ahahahahahah.....
> pertanyaannya kenapa orang susah menerima perbedaan? (apa
hubungannya ya? ahahahah)
> tomy
>
>
> ----- Original Message ----
> From: audifax - <audivacx@...>
> To: forum-studi-kebudayaan@yahoogroups.com;
psikologi_transformatif@yahoogroups.com; r-mania@yahoogroups.com;
pasarbuku@yahoogroups.com; filsafat@yahoogroups.com;
clubtarot@yahoogroups.com; alumnistlouis@yahoogroups.com;
ruangbaca@yahoogroups.com; Appreciativecommunity@yahoogroups.com;
Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com; BeCeKa@yahoogroups.com;
mediacare@yahoogroups.com; hegel-indonesia@yahoogroups.com;
analisis_eksistensial@yahoogroups.com;
agama_sains_moralitas@yahoogroups.com; bhinneka@yahoogroups.com;
iklan_jakarta@yahoogroups.com; kritik-iklan@yahoogroups.com; oposisi-
list@yahoogroups.com; Bibliophile_GPU@yahoogroups.com;
pengarang@yahoogroups.com; sinlui1@yahoogroups.com; surabaya-
iklan@yahoogroups.com; pppi@yahoogroups.com;
pegiatpendulum@yahoogroups.com; ResensiBuku@yahoogroups.com; kunci-
l@yahoogroups.com; jacky_sembung@...; yosephina_yenni@...;
zamanku@yahoogroups.com; sukasukamu@yahoogroups.com;
> Pengembangan-Kepribadian@yahoogroups.com; Apresiasi-
Sastra@yahoogroups.com; indonesiamembaca@yahoogroups.com;
imajio@yahoogroups.com
> Cc: Jalasutra Bandung <redaksi_bdg@...>; Jalasutra Yogya
<redaksi@...>
> Sent: Sunday, March 2, 2008 6:40:20
> Subject: [psikologi_transformatif] Anjing yang Masuk Surga?
>
>
> RESENSI
> Judul buku : Anjing yang Masuk Surga
> Penulis : M. Dawam Rahardjo
> Penerbit : Jalasutra, 2008
>
>
> Lihatlah Lebih Dekat Agar Tak Mudah Menghakimi
>
> Oleh:
> Kurniasih
>
>
>
>
>
>
>
>
> Untuk apa Anda membaca cerpen? Cerita yang biasanya memotret
sebuah peristiwa, sekeping kejadian, atau seserpih pengalaman
seseorang yang diciptakan oleh pengarang. Apakah Anda akan puas
dengan membaca cerpen? Jawabannya: tergantung pengarang yang
menciptakannya. Banyak pengarang yang tidak berhasil mengolah plot
atau penokohan, bahkan terjebak pada permainan bahasa yang kurang
bisa dinikmati. Pembaca kesulitan menangkap tema cerita, bahkan
sukar menangkap “wujud” tokoh yang ada di dalam cerpen.
> M. Dawam Rahardjo, seorang tokoh multidimensi (cendekiawan,
budayawan, pemikir Islam serta pegiat LSM), melalui Penerbit
Jalasutra, telah menerbitkan sebuah kumpulan cerpen. Judulnya
diambil dari salah satu cerpennya, Anjing yang Masuk Surga.
> Membaca cerpen-cerpen yang diolah oleh Dawam, kita tidak akan
kesulitan menangkap ide yang secara eksplisit dicoba dituangkan di
dalamnya. Plot yang dirajut dalam setiap cerita cenderung
konvensional, awalan, konflik, dan penyelesaian mudah untuk
ditelusuri. Gaya bahasa yang digunakan pun cenderung sederhana dan
mudah dipahami. Tak banyak permainan bahasa puitik untuk
mendramatisasi cerita di dalamnya. Secara keseluruhuan,
cerpenâ€"cerpen disajikan dengan sederhana. Tetapi di balik
kesederhanaan penampilannya, penokohannya terhitung sangat kuat
karena disandarkan pada tema cerita yang seringkali kontroversial
untuk ukuran masyarakat umum.
> Sosok Dawam yang kontroversial itulah yang secara jelas tercermin
di dalam cerpen-cerpennya. Dengan gaya yang sangat lugas, Dawam tak
segan-segan mengolah tema perbedaan pemahaman tentang merawat anjing
bagi muslim. Sebagian muslim bersikukuh bahwa karena air liur anjing
najis, maka anjing dilarang untuk dipelihara. Sedangkan sebagian
muslim yang lain percaya bahwa merawat anjing boleh-boleh saja,
apalagi ada kisah para pemuda Ashabul Kahfi yang ditemani anjing.
Konflik pemahaman ini menjadi sasaran Dawam untuk memperlihatkan
kepada kita bahwa sebuah perbedaan dalam keyakinan, di masyarakat
kita, seringkali menjadi pemicu perpecahan.
> Tampaknya Dawam memang secara sengaja ingin mengajak pembaca untuk
membuka mata terhadap perbedaan yang ada. Janganlah sedikit
perbedaan saja memicu ketegangan, atau bahkan kerusuhan berdarah-
darah, padahal masih bisa dibicarakan. Bukan otot yang digunakan,
tapi hatilah yang harus dipakai untuk menilai dan mencari kebenaran.
Seperti sudah menjadi “adat” yang sukar disembuhkan bahwa di
negeri ini, perbedaan merupakan undangan untuk adu otot, atau bahkan
amuk massa. Penghakiman “sesat” terhadap satu golongan yang
berbeda pun demikian mudah dilontarkan, padahal tidak menyelesaikan
masalah yang ada, bahkan cenderung membodohi masyarakat awam.
Mampukah Dawam mengajak masyarakat kita, khususnya pembaca
cerpennya, membuka mata terhadap perbedaan?
> Bukan hanya dalam cerpen Dawam berusaha mengajak untuk membuka
mata, dia pun seringkali dianggap kontroversial karena mempunyai
idealisme bahwa keragaman dalam keyakinan itu sah-sah saja.
Berdasarkan esai-esainya yang ingin membela hak-hak semacam penganut
Ahmadiyyah, Komunitas Eden, Kristen, membuatnya kehilangan posisi di
dalam ormas Islam yang didudukinya. Kini Dawam menjadi ketua Dewan
Penasehat Partai Kemerdekaan Rakyat yang dipimpin oleh Pdt. Sheppert
Supit, mantan Ketua Gereja Rakyat Indonesia.
> Memang, kekuatan cerita yang diciptakan Dawam sangat jelas
terletak pada idealismenya, yang seringkali tidak diramahi banyak
kalangan. Inilah yang menjadi sumber kekuatan luar biasa cerita-
cerita sederhana yang didedahkan Dawam. Setiap cerita menampilkan
hal-hal yang dipandang tabu, bahan olok-olok, dan sumber perdebatan
dalam masyarakat kita. Judul Anjing yang Masuk Surga
merepresentasikan ide keseluruhan cerita ciptaannya. Simaklah
bagaimana Usamah, seorang keturunan Arab-Pekalongan, bersahabat
dengan anjing yang diharamkan untuk dipelihara oleh orang sekampung.
Dalam suasana konflik dengan masyarakat kampung, kita diperlihatkan
kedalaman persabahatan keluarga Usamah dengan anjingnya yang setia.
Hingga ketika anjing itu mati, diyakini masuk surga.
> Dalam cerita Ateis dan Mas Parman Mencari Tuhan, kita akan
dihadapkan pada kerumitan seorang Parman dalam kebertuhanannya.
Parman sempat memilih menjadi ateis, karena tidak ingin
mendefinisikan Tuhan kedalam definisi yang membatasi Wujud. Konflik
dalam kedua cerpen tersebut sangat riskan, mengingat masyarakat
Islam secara umum menolak untuk membicarakan wujud. Tanpa berniat
menelikung persoalan ketakterjangkauan wujud Tuhan, alih-alih Dawam
menjadikannya tema cerita yang pelik, menegangkan, tapi menarik.
Dalam masyarakat yang seringkali tak pandai membedakan dunia
imajinasi dan faktual, tema semacam itu adalah rawan.
> Dawam pun tak segan-segan merangkai cerita mengenai pengikut
Salamullah yang rajin beribadah dan ingin hidup bersih, menjadi
direktur yang bertekad memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme,
tetapi malah didepak dari perusahaan dengan alasan dia pengikut
aliran sesat. Dalam cerita Rumah Hantu itu, bahkan Dawam menjadikan
sosok kiai dari pesantren-pesantren yang bekerja sama dengan
perusahaan pengikut Salamullah tersebut sebagai kiai yang tak mau
meninggalkan syirik.
> “Kenakalan” sekaligus idealisme Dawam, bahwa kebenaran tak
nampak dalam kulitnya saja, menjadi nyawa untuk kesemua ceritanya.
Inilah yang seringkali hilang dari sebuah cerpen. Kedalaman justru
ada pada kesederhanaannya, karena kanvas yang terbatas. Cerpen-
cerpen Dawam mengingatkan kita pada kedalaman tema yang disuguhkan
A. A Navis dalam Robohnya Surau Kami. Gaya bahasa yang sederhana
mampu membahasakan persoalan filosofis, sehingga bisa mudah
dinikmati, namun tak kehilangan bobot yang mampu mengganggu pembaca.
Lihatlah lebih dekat agar tak mudah menghakimi, itulah pesan yang
seakan ingin dicapai oleh Dawam. Renungilah lebih dalam, itulah
pesan yang seakan ingin dicapai oleh A. A Navis. Dalam peta karya
sastra yang ada di negeri ini, kita sangat membutuhkan karya-karya
demikian, agar kewarasan tetap terjaga, ketika banyak hal begitu
mudah menjadi pemicu pertentangan di antara umat, juga ketika
kebenaran menjadi sesuatu yang mikroistik. Dengan tetap
> berpijak pada syariat yang ada, Dawam ingin menyadarkan bahwa
kita tidak boleh menghakimi orang yang berbeda pendapat atau
keyakinan. Dawam tidak menjadi seorang anarkis untuk membela hak-hak
semua kalangan.
> Simak pula cerita yang mengetengahkan pergulatan sebuah keluarga
poligami. Tanpa bermaksud heroik dan tak manusiawi, Dawam
mennguraikan proses antara istri tua dan madu yang berusaha terus-
menerus kompromi dengan jalan hidupnya, juga seorang suami yang
berusaha adil terhadap mereka. Cerita Lukisan Ibu tersebut menjadi
potret betapa menjadi keluarga poligami tidaklah mudah, tetapi bukan
pula hal yang mustahil.
> Jadi, apakah Anda sudah memutuskan tujuan untuk membaca cerpen?
Apakah hiburan semata? Seorang pemikir Romawi, Horatius,
mengemukakan istilah dulce et utile, artinya, sastra mempunyai
fungsi ganda, yakni menghibur dan sekaligus bermanfaat bagi
pembacanya. Bila Anda ingin mendapatkan cerita yang menggugah, dalam
Anjing yang Masuk Surga ini akan ada 16 cerpen yang siap Anda
nikmati.[]
>
>
> Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo!
Search.
>
>
> Send instant messages to your online friends
http://uk.messenger.yahoo.com
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

new professional

network from Yahoo!.

Women of Curves

on Yahoo! Groups

see how women are

changing their lives.

Cat Groups

on Yahoo! Groups

Share pictures &

stories about cats.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar