Senin, 17 Maret 2008

[psikologi_transformatif] Re: Melawan Ego 3 - 5

Kita terlalu banyak berkutat pada larangan ini dan itu, sehingga
kita menjadi lemah pada dasar akhlak & kalbu.

Kita banyak membela Allah, dan menghujat Kafir, namun kita sulit
membersihkan diri sendiri.

salam,
goen

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "ariefdani"
<ariefdani@...> wrote:
>
> Melawan Ego 4
> Hadits tentang Jihad melawan Nafsu
> Jihad Al Akbar, dari buku "Islamic Beliefs and Doctrine According
to
> Ahl al-SunnaMawlana Syaikh Hisyam Kabbani ar-Rabbani
> Diambil dari www.mevlanasufi. blogspot. com
>
> Bismillah hirRohman nirRohim
>
> Ahli Hadits Mulla 'Ali al-Qari meriwayatkan dalam kitabnya al-
> Mawdu'at al-kubra, yang juga dikenal sebagai al-Asrar al-Marfu'a:
> Suyuti berkata: al-Khatib al-Baghdadi meriwayatkan dalam "Sirah"-
nya
> dari Jabir, ketika Nabi saw kembali dari salah satu peperangannya,
> beliau saw bersabda: "Kalian telah tampil ke depan dengan cara
> terbaik. Untuk tampil kedepan, kalian telah kembali dari jihad
yang
> lebih kecil kepada jihad yang lebih besar." Mereka berkata: "Dan
> apakah jihad yang lebih besar itu?" Beliau menjawab: "Perjuangan
> (Mujahadat) hamba-hamba Allah atas Hawa Nafsu / EGO mereka."
>
> Ibn Hajar al-'Asqalani berkata dalam Tasdid al-qaws: "Perkataan
ini
> tersebar luas, dan ini adalah perkataan Ibrahim ibn Ablah menurut
> Nisa'i dalam al-Kuna. Ghazali menyebutnya dalam Ihya' 'Ulumuddin-
nya
> dan al-'Iraqi berkata bahwa Bayhaqi meriwayatkannya dari Jabir dan
> berkata: Ada kelemahan dalam rantai periwayatannya. " dikutip dari
> `Ali al-Qari, al-Asrar al-marfu`a (Beirut 1985 ed.) hal. 127
> Referensi dan rujukan ke hadits di atas (hadits tentang kembalinya
> Rasulullah s.a.w. dari jihad asghar ke jihad akbar) mencakup
> beberapa paragraph. Jika dikutip nampaknya memang, penyandarannya
> pada Nabi, Salla Allahu 'alayhi wa Sallam, adalah lemah, tapi
> maknanya dapat disarikan pula dari sumber-sumber lain dari Hadits
> dan Quran.
>
> Sebagai catatan, Imam Nawawi telah mengatakan, sebagaimana dikutip
> dari sebelumnya: [Ulama dari kalangan Muhaddits, fuqahaa, dan
> lainnya berkata: Adalah diizinkan dan dianjurkan untuk beramal
> berdasarkan hadits lemah (dha'if), yang tidak dimodifikasi, yang
> berkaitan dengan fadhilah dan keutamaan amal, penganjuran dan
> peringatan (targhib wat tarhib). Tetapi, jika berkaitan dengan
hukum
> seperti masalah halal dan haraam, jual dan beli, pernikahan dan
> perceraian, dan selain dari itu, maka tidaklah boleh dipakai
hadits
> lemah kecuali jika berkaitan dengan pengambilan alternatif teraman
> (setelah tak adanya dalil-dalil yang lebih sahih, penj.) dalam hal-
> hal tersebut].
>
> Al-Hafiz Ibn Abu Jamra al-Azdi al-Andalusi (wafat 695 H) berkata
> dalam kitab Syarah Bukhari-nya yang berjudul Bahjat al-
Nufus: 'Umar
> ra meriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang pada Nabi
sallallahu
> alaihi wassalam meminta izin untuk pergi berjihad. Kemudian Nabi
saw
> bertanya: "Apakah orang tuamu masih hidup?" Ia menjawab bahwa
mereka
> masih hidup. Nabi kemudian menjawab: "Jika demikian berjihadlah
> untuk memenuhi hak-hak mereka" (fihima fa jahid) .
>
> Dalam hadits ini ada bukti bahwa Sunnah Rasul saw dalam memasuki
> Tariqah (jalan) dan menjalani disiplin diri adalah untuk
> melakukannya di bawah bimbingan seorang ahli, sehingga ia akan
> ditunjukkan jalan yang terbaik baginya untuk diikuti, dan tersahih
> untuk penempuh jalan tersebut. Karena ketika sahabat itu ingin
pergi
> berjihad, ia tidak memuaskan dirinya dengan pendapatnya/ ego
> nafsunya sendiri dalam masalah itu, tapi mencari nasihat dari
> seseorang yang lebih berilmu daripada dia dan lebih ahli.
>
> Jika hal ini kasusnya untuk Jihad kecil (peperangan fisik),
> bagaimana pula untuk Jihad Akbar atau Peperangan Melawan Hawa
Nafsu
> atau Ego? (dari Ibn Abu Jamra, Bahjat al-nufus sharh mukhtasar
sahih
> al-bukhari 3:146.) Hal ini penting: untuk mengetahui dan belajar
> dengan tujuan untuk mengamalkannya! Tidak sekedar untuk tahu, atau
> untuk memiliki ilmu -- tidak! Kita membutuhkan lebih banyak
> pengetahuan hanya untuk bisa mengamalkannya dan untuk
menggunakannya
> dalam perjuangan kita melawan ego / nafsu kita. Kalian mencari
ilmu
> dengan tujuan untuk mencapai hikmah, karena tanpa hikmah, tidak
> mungkin untuk menghentikan ego kalian. Ego menyerang dan melawan
> diri kalian.
>
> Hikmah adalah bagaikan bom-bom atom bagi ego kalian, sedangkan
ilmu
> dan pengetahuan lainnya hanya seperti senjata-senjata sederhana
yang
> di zaman kita ini mereka tidak akan bekerja; senjata-senjata
> sederhana tidak berarti apa-apa sekarang, atau ilmu tidak berarti
> apa-apa dibandingkan Hikmah yang dibawa Awliya Pewaris Nabi saw.
> Dengan mendekatnya hari akhir, senjata-senjata iblis, senjata-
> senjata Setan, juga meningkat, untuk mengeluarkan manusia dari
iman
> dan kepercayaan. Tetapi, sebagaimana Setan meningkatkan serangan-
> serangan dan metode-metode yang ia gunakan untuk membuat manusia
tak
> percaya dan tanpa iman, awliya' (kekasih-kekasih Allah) pun
> menggunakan "Hikmah" untuk mengalahkan Setan dan pembantu-
pembantuny
> a serta penolong-penolongny a.
>
> Hikmah bagaikan bahan bakar, sementara ilmu bagaikan pesawat
> terbang. Banyak orang yang mengagumi ilmunya, tetapi tanpa bahan
> bakar, maka pesawat tersebut tak akan dapat terbang. Allah
> berfirman: "Mereka yang berjuang (berjihad) demi Kami, akan Kami
> bimbing mereka ke dalam jalan-jalan Kami" (29:96). Allah swt telah
> membuat petunjuk atau bimbingan (Hudan) bergantung pada jihad.
> Karena itulah, orang-orang yang paling sempurna adalah mereka yang
> berjuang paling gigih demi-Nya, dan di antara jihad yang paling
> wajib (afrad al-jihad) adalah jihad terhadap ego, jihad atas hawa
> nafsu, jihad atas setan, dan jihad atas dunia yang rendah (jihad
al-
> nafs wa jihad al-hawa wa jihad al-shaytan wa jihad al-dunya).
Siapa
> saja yang berjihad melawan keempat hal ini, Allah akan membimbing
> mereka menuju jalan-jalan kebaikan-Nya yang menuju pada Surga-Nya,
> dan siapa saja yang meninggalkan jihad, maka ia telah meninggalkan
> petunjuk sebesar ia telah meninggalkan jihad.
>
> Al-Junayd berkata dalam menafsirkan ayat di atas: "Mereka yang
> berjihad atas hawa nafsu mereka dan bertaubat demi Kami, Kami akan
> membimbing mereka pada jalan Ketulusan, dan seseorang tak akan
dapat
> berjihad melawan musuhnya di luar dirinya (yaitu dengan pedang)
> kecuali ia yang telah berjihad melawan musuh-musuh ini dalam
> dirinya. Kemudian, siapa yang telah menang atas musuh-musuh dalam
> dirinya akan pula menang atas musuh-musuhnya (di luar), dan siapa
> yang kalah oleh musuh-musuh dalam dirinya, maka musuh di luar
> dirinya akan mengalahkannya. " (dikutip oleh Ibn Qayyim al-
Jawziyya,
> al-Fawa'id, ed. Muhammad 'Ali Qutb, Alexandria: dar al-da'wa.
> 1412/1992, halaman 50).
>
> Kompetisi dan berlomba diizinkan dalam meraih keunggulan dalam
> ibadah. Dalam rangka inilah, Allah menerangkan tingkatan-tingkaan
di
> antara hamba-hamba- Nya yang beriman dalam Kitab-Nya, dan ini pun
> dijelaskan dalam berbagai hadits. Pahala Jihad adalah sedemikian
> tinggi sebagaimana dijelaskan oleh Hadits Nabi bahwa, jika ia
dapat,
> ia akan minta Allah untuk menghidupkannya kembali sehingga ia
dapat
> mati kembali sebagai syahid berkali-kali. Sekalipun demikian,
> berkaitan dengan isu ini, Para Pengingat Allah (Adz-Dzakirin)
> termasuk ulama-ulama sempurna yang mengetahui (ma'rifat) akan
Allah
> ('Arifin)adalah lebih mulia daripada mujahidin. Sebagai contoh,
> sekalipun Zayd bin Haritsah dan Khalid bin Walid adalah jenderal-
> jenderal besar, kematian mereka tidaklah dirasakan seberat
kematian
> Abu Musa al-Ash'ari atau Ibn 'Abbas (dua sahabat yang
> merupakan 'ulama besar dan 'arifin), jika diukur dari kerugian
yang
> dirasakan oleh ummat Islam sebagai akibat kematian sahabat-sahabat
> tersebut.
>
> Untuk alasan inilah, Nabi saw secara eksplisit menyatakan
> superioritas para mudzakkirin dalam dua hadits sahih di bawah:
Nabi
> salla-Allahu 'alayhi wasallam bersabda: "Maukah kalian kuberitahu
> sesuatu yang terbaik di antara semua amal, merupakan amal salih
> terbaik di mata Tuhan kalian, meninggikan derajat kalian di
akhirat,
> dan memiliki keutamaan lebih besar daripada membelanjakan emas dan
> perak di jalan Allah, atau berperan serta dalan jihad dan membunuh
> atau terbunuh di jalan Allah?"
>
> Mereka (para sahabat) berkata: "Ya, mau!" Beliau bersabda: "Dzikr
> Allah (Mengingat Allah)". Diriwayatkan dari Abu al-Darda' oleh
> Ahmad, Tirmidzi, Ibn Majah, Ibn Abi al-Dunya, al-Hakim yang
> menyatakannya sahih, dan adz-Dzahabi mengkonfirmasikan
kesahihannya,
> Bayhaqi, Suyuti dalam al-Jami' al-saghir, dan Ahmad juga
> meriwayatkannya dari Mu'adz bin Jabal. Beliau juga
bersabda: "Meski
> seseorang menebas orang-orang kafir dan musyrikin dengan pedangnya
> sampai pedang itu patah, dan ia benar-benar terselimuti dengan
darah
> mereka, Al-Mudzakkirin (Para Ahli Dzikir Pengingat Allah) ada di
> atas mereka satu derajat." Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri
> oleh Ahmad (3:75), Tirmidzi (#3376), Baghawi dalam Syarh al-Sunna
> (5:195), Ibn Katsir dalam Tafsirnya (6:416), dan lain-lainnya.
>
> Wa min Allah at Tawfiq
>
> Melawan Ego 5
> Ego dan Asosiasi / Kejama'ahan
> Mawlana Shaykh Hisham Kabbani ar-Rabbani
> Excerpted from Pearls & CoralThe Path to the Divine Presence
> Diambil dari http://www.mevlanas ufi.blogspot. com/
>
> Bismillah hirRohman niRohim
>
> Dimana kita kehilangan dzikir kita atau ingatan kita kepada Allah
> swt; dimana kita terputus walaupun cuma sedetik saja, maka segera
> ego kita akan melompat keluar karena ingin diperhatikan. Untuk
> itulah, disaat nafsu seseorang ingin diperhatikan, yang lain harus
> menyadari bahwa dia telah keluar dari lingkaran
asosiasi/kejemaahan
> maka dia harus ditarik kembali.
>
> Adalah berat bagi ego kita untuk menjadi 'hanya salah satu' dari
> kebanyakan orang. Bukan menjadi seseorang yang berbeda. Nafsu
selalu
> menunggu seseorang untuk kehilangan total kesadarannya, sehingga
> nafsu bisa melompat keluar. Para sufi hidup didalam asosiasi,
> kejemaahan. Kehidupannya berisi suhbah/nasehat. Mereka semuanya
> mempunyai tujuan yang sama, niat yang sama namun posisi mereka
> berbeda. Tiap orang berada dalam tingkatan masing- masing namun
> perbedaan itu sebenarnya `selaras' satu sama lain .
>
> Ketika kita berada dalam asosiasi, jangan mengatakan
bahwa "problem
> saya beda dengan dia" atau "karakter saya beda dengan dia"
> atau "saya punya gagasan berbeda dengan dia". Jangan berpikiran
> bahwa diri sendiri adalah 'seseorang'. Jangan! Semua orang yang
> datang bersama dalam suatu suhbah/asosiasi, apapun perbedaan
mereka,
> sebenarnya mereka `selaras' satu sama lain.
>
> Jangan terlalu yakin akan diri sendiri, jangan pernah berpikir
bahwa
> kalian tidak melakukan sesuatu agar diperhatikan. Siapa sih yang
> tidak ingin diperhatikan? Berapa banyak yang kita katakan atau
kita
> lakukan bukan karena suatu tujuan? satu, dua? Berapa banyak?. Apa
> yang kalian katakan mungkin terbungkus oleh `tujuan' yang lebih
> dalam. Tanyakan pada diri sendiri atau tanya pada hati kalian
> mengapa kalian berbicara dan berlaku seperti itu ? Tidak
seorangpun
> lepas dari egonya, sampai mereka mencapai maqom/posisi yang aman.
>
> Sebelum mencapainya, segalanya dapat terjadi setiap saat dan tidak
> kurang dari satu detik , lebih cepat dari perkiraan kalian. Kadang
> kita terkejut dengan diri sendiri karena melakukan sesuatu hal
yang
> konyol, "Mengapa saya melakukan itu ? Mengapa saya mengatakan hal
> seperti ini ?" Pikiran terlalu lambat untuk menangkapnya, karena
ego
> bergerak lebih cepat dari pikiran! Kita berusaha memahami saat
> segalanya telah terjadi. Jadi, untuk tetap waspada / sadar adalah
> lebih penting dari pada hanya berpikir.
>
> Saat nafsu seorang sufi melompat ke depan, keinginan untuk
> diperhatikan melalui amarah dan permusuhan terhadap saudara dan
> teman-temannya. Ini adalah cara paling terkenal agar diperhatikan
> yaitu dengan mengkritik, menyalahkan, amarah dan yang serupa
dengan
> hal ini. Saat hal ini terjadi, kewajiban bagi mereka yang
dikritik,
> yang dituduh, yaitu dengan menemui ruh orang yang melawannya
dengan
> hatinya bukan dengan egonya.
>
> Hal ini sangat penting. Saat seseorang melawan kalian atau
> mengkritik kalian dengan ke-ego-an mereka, dengan nafsu mereka,
> jangan dilawan lagi dengan nafsu atau ego, karena jika kalian
> melakukan itu kalian sedang dalam peperangan. Semua hanya akan
> memanas dalam waktu singkat. Inilah aturan bagi siapapun agar kita
> dapat menggunakannya setiap saat.
>
> Di saat seseorang mengkritik atau menyerang kalian, karena nafsu
> mereka, maka temuilah mereka dengan hati kalian jangan dengan ego
> kalian. Jangan balik menyerang atau mengkritik. Hal itu tidak akan
> menolong. Hanya akan melempar kalian berdua keluar dari asosiasi
> tersebut. Demikianlah ajaran para guru sufi sejati.
>
> Wa min Allah at Tawfiq
>
> Melawan Ego 3
> Jangan Membicarakan yang Bukan Urusanmu
> Mawlana Syaikh Nazim Adilal-Haqqani an-Naqshbandi
> Lefke, Cyprus 2005
> Diambil dari www.mevlanasufi. blogspot. com
>
> Bismillah hirRohman niRohim
>
> "Malayani" berarti "itu bukan urusanmu", kalian tidak perlu
> berbicara atau bertindak tentang segala hal yang bukan menjadi
> urusan kalian. Jika seseorang selalu menjaga lidahnya dan peduli
> dengan segala ucapannya, Allah akan memberikan Kebijaksanaan Ilahi
> kepada lidahnya, sehingga dia hanya akan berbicara tentang
kebenaran
> dan kebajikan.Berbicara tentang hal "yang bukan urusanmu" akan
> membuat iman menjadi lemah. Maka jika kalian meninggalkan
kebiasaan
> buruk ini, iman kalian akan menjadi kuat. Kalian tidak bisa
> mengetahui apa2 yang menjadi urusanmu atau yang bukan. Melalui
> inspirasi barulah kalian akan bisa mengetahui mana2 yang menjadi
> urusanmu dan mana yang bukan.
>
> Apakah Kita Membangun? atau Menghancurkan?
>
> Jiwa dari semua ibadah kita ini terdiri atas 3 bagian, yaitu:
> menjaga lidah dari segala ucapan danpembicaraan yang dilarang,
> dengan demikian kita hanya berbicara yang baik-baik saja dan
> meninggalkan yang segala buruk. Yang kedua adalah menjaga mata
dari
> pengelihatan yang dilarang, yaitu tempat-tempat yang kotor dan
> perbuatan yang buruk. Dan ketiga adalah menjaga seluruh organ
tubuh
> kita dari tindakan yang dilarang, baik mendengar, berjalan,
> menyentuh,berpikir tentang hal-hal yang buruk atau mempunyai niat
> yang buruk. Tanpa menjaga mata, lidah dan seluruh organ dari
segala
> yang dilarang, kalian tidak akan bisa mendapat manfaat dari
> perbuatan dan amal kebaikanmu. Seperti ketika kalian menanam
> sesuatu, kalian harus merawatnya agar tetap aman dan melindunginya
> dari hal-hal yangburuk yang bisa membahayakan dirinya. Kita harus
> tahu apa yang kita kerjakan. Adakah kita membangun? Atau bahkan
kita
> menghancurkan? Setiap hal yang dilarang tentu akan merusak
bangunan
> kita, merusak tubuh kita baik secara fisik maupun spiritual.
>
> Pertama, Lawanlah terlebih dahulu Dirimu Sendiri
>
> Salah satu tanda dari seorang hamba Allah adalah, bisa meletakkan
> organ tubuh di bawah kehendaknya. Jika seseorang tidak bisa
> melakukannya dia adalah hamba ego atau nafs. Kalian harus bisa
> menasihati diri sendiri sebelum menasihati orang lain. Apabila
> dirimu telah menerima untuk berada didalam pengendalian atau
> perintahmu barulah orang lain akan bisa menerimaperintahmu. Ini
> adalah jalan yang diberikan oleh Rasulullah dan Awliya. Pertama
> mereka berusaha melawan dirinya sendiri dulu, baru setelah itu
> mereka beralih kepada orang lain.
>
> Maka ketika mereka berbicara, perkataan mereka mempunyai pengaruh
> terhadap orang yang mendengarnya, dan jika seseorang mendengarnya,
> mustahil dirinya tidak mendapat suatu manfaat dari apa yang
> dikatakan oleh Rasulullah atau para Awliya. Dan kemudian dia akan
> mendapatkan kekuatan mengontrol egonya untuk melangkah ke arah
jalan
> yang benar.
>
> Kalian tidak hanya cukup dengan berkata, "Saya adalah Muslim," dan
> hanya mengucapkan Syahadat. Tetapi kalian juga harus mencoba untuk
> menjaga seluruh organ tubuhmu agar jauh dari segala tindakan yang
> bukan tindakan Muslim, kalian harus menjauhkan diri kalian
darisemua
> hal yang haram dan yang dilarang Allah. Semoga Allah melindungi
kita
> semua dari hal yang haram, demi kemuliaan Sayyidina Muhammad
> sallallahu alaihi wasalam, Fatihah.
>
> Wa min Allah at Tawfiq
>
> wasalam, arief hamdani
> www.rumisuficafe. blogspot. com
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Quick file sharing

Send up to 1GB of

files in an IM.

Check out the

Y! Groups blog

Stay up to speed

on all things Groups!

Dog Groups

on Yahoo! Groups

discuss everything

related to dogs.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar