Sabtu, 04 Agustus 2007

[psikologi_transformatif] Kaget juga aku membaca interpretasi Mas

Dear Friends, Berikut ini tanya-jawab kedua melalui
e-mail antara saya dengan Mas Prawiro (nama samaran)
yang bermukim di Jerman tentang MATA KETIGA, JALAN
SPIRITUAL, FREE WILL, dsb. Semoga bermanfaat bagi
rekan2 lainnya. (Leo).

+++++++++++++

EMAIL DARI MAS PRAWIRO:

Mas Leo,

Terima kasih untuk jawaban e-mailnya. Karena perbedaan
waktu dan karena saya sendiri jarang online, agak
sulit mau ketemu Mas Leo lewat YM. Aku tulis aja
email.

Mas, kaget juga aku membaca interpretasi Mas tentang
istilah simpang lima yang aku sebut di emailku itu.
Istilah itu hanya lewat aja di pikiran waktu aku nulis
email itu. Maksudku, aku sedang berada di persimpangan
jalan hidupku gitu, dan lagi menunggu „wangsit" yang
entah akan membawaku kemana. Konkretnya, aku mau
pulang ke Indonesia apa nggak. Kalau nggak, terus mau
di mana dan ngapain dan kalau ya, mau kemana dan
ngapain. Gitu aja mas. Aku skg belum berada pada
track-kukah, Mas ?

Trus, tentang sedulur papat dan pancer kalimo itu, aku
tahunya juga baru dari postingan2 mas ttg Mata Ke-3
ini. Aku memang Jawa, tapi belum pernah bersentuhan
sama sekali dengan kebatinan dan kejawen. Mas tahu
sendiri, di lingkungan muslim kan itu seperti tabu,
syirik. Tapi memang, aku sekarang menjadi lebih Jawa
daripada Islam, walaupun waktu kecil hingga remaja
dasar pendidikan agamaku sangat kuat. Setelah
mengalami suatu mimpi spiritual beberapa tahun yl,
pernah muncul keinginan untuk mengunjungi situs-situs
gitu, untuk mengalami sebuah laku spiritual atau apa.
Cuma nggak tahu aja bagaimana dan kemana, makanya
sampai sekarang belum kesampaian (di samping juga
karena kalau toh pulang liburan hanya untuk bbrp
minggu, habis untuk ngatasi jetlag dan bersama
keluarga aja).

Kemudian, aku pengin tahu, apa yang Mas Leo bisa lihat
ttg aku ? Apakah aku ini teacher, healer, servant,
seniman, koki, niagawan ? Atau apa ? Aku yang kuat di
elemen apanya ya Mas ? (api nggak mungkin, tapi kalau
air kok nggak pernah ngeliat yang „aneh-aneh"?)

Di YM chat yang mas postingkan baru-baru ini (dgn mas
Ardi ttg Celestine Prophecy), disinggung ttg buku ttg
mata ke 3 yang katanya mas Leo "cela". Buku apa itu
kalau boleh tahu ? Aku sedang membaca buku ttg mata ke
3 „Das dritte Auge öffnen" („Membuka Mata Ketiga")
tulisan Harald Wessbecher (dlm bhs Jerman). Pengin
tahu aja.

Yang terakhir (komentar aja),… Aku kok jadi ikutan
sesak, mambaca diskusi mas dgn saudara Mirza yg
mahawiswa Unair itu. Repot memang, kalau belum
„terbuka".

Terimakasih telah sempat membaca dan membalas
email-emailku.

Salam,
Prawiro

+++++++++++++

JAWABAN DARI SAYA:

Dear Mas Prawiro,

Well, what to say? You know yourself that I never
think when speaking or writing. Apa adanya saja, apa
yang melintas di pikiran saja. Itulah yang aku sebut
sebagai INTUISI, dan itu adanya di DIMENSI INTUITIF
yang merupakan salah satu dimensi yang merupakah salah
satu fitrah kita sebagai manusia yang, kalau mau
disebut seutuhnya, bersifat MULTIDIMENSIONAL. Manusia
is multidimensional; ada Dimensi Intuitif, ada Dimensi
Emosional, ada Dimensi Naluriah dan,... ada Dimensi
Mental which is our kemampuan to think and reason
logically or, should we choose, illogically. Kita juga
bisa berpikir secara tidak logis, kalau kita mau.

Kenapa bisa? Ya, bisa saja. Kita itu bisa berpikir
logis karena kita diajarkan untuk berpikir logis di
sekolah. Tetapi, kita juga bisa mengesampingkan cara
berpikir logis itu, dan memilih untuk berpikir tidak
logis kalau kita mau. Ada FREE WILL disini which is
none other than KEHENDAK BEBAS. Kehendak bebas is Free
Will yang banyak digembar-gemborkan itu, tetapi sering
pula disalah-kaprahkan oleh banyak orang. Free Will
adalah kemampuan kita untuk memilih dan menentukan apa
yang akan kita pakai bagi diri kita sendiri. Kita bisa
mengikuti naluri2 atau instinct kita saja dan
mengabaikan intuisi2 kita, itu bisa, dan itu Free
Will. On the other hand, kita bisa saja menggunakan
emosi2 kita dalam hubungan dengan orang lain, dan
mengesampingkan pertimbangan2 rasional dan logikal,
itu bisa saja, dan itu adalah Free Will. Kita bisa
saja memilih untuk tidak logis ketika berbicara atau
menulis, dan itu bisa saja. Itu Free Will. Menurut
saya, bahkan "Tuhan" tidak pernah memaksa manusia, ada
Free Will disini. Ada Kehendak Bebas manusia yang bisa
digunakannya untuk memilih dan menjalankan apa yang
diinginkannya.

Nah, actually I was glad to receive your second
letter, this one. I shall not answer your questions
point by point because I know you would grasp what I
mean by writing in such big strokes. Begini, aku
merasa bahwa pilihan2 agama itu adalah hak dari tiap
manusia. Manusia bisa memilih agama apa yang akan
dianutnya, termasuk untuk tidak beragama sama sekali.
Dan, tidak beragama tidak akan menjadikan seorang
manusia itu menjadi berkurang kemanusiaannya. Not a
little bit should a man become less than a man,
walaupun tidak beragama. Ini sering disalah-kaprahkan
oleh para penyiar agama itu. Dibilang bahwa kalau
tidak beragama manusia akan menjadi seperti hewan2
liar itu. Menurut aku tidak, aku bertemu secara intens
dengan ratusan orang setiap tahun dan,... banyak dari
mereka tidak menganut suatu agamapun menurut
pengertian tradisional. Dan mereka ok2 saja, tidak
kurang suatu apapun. Tidak lalu jadi liar dan gak
keruan seperti stereotype para agamis itu.

Beragama is not the question nowadays. The question is
not even agama apa. Tadi siang baru saja saya bertemu
dengan Mbak Rina yang universalis. Background Muslim,
tetapi pakai doa Kristen dan galang-gulung dengan
orang2 New Age. So what? Itu jujur kan? Itu lebih baik
kan? ... Bukan saya mau mengagungkan salah satu agama
dibandingkan dengan agama lainnya, tetapi jamannya
sekarang adalah UNIVERSALITAS. Kita ini sudah
universal, mas. Kita sudah tidak bisa lagi dikungkung
oleh ajaran2 agama yang sangat restriktive itu. Sangat
menyesakkan sekali. Saya kalau bertemu dengan orang
yang pegang buku "manual" agama akan merasa sesak.
Saya bukan seorang masochistic, kenapa saya harus
dengan sabar melayani segala argumennya orang agamis
yang menurut saya, secara jujur, sebenarnya nonsens
saja. Nonsense lah segala argumen orang agama itu.

Yang saya sebut agama disini juga termasuk
kepercayaan. Well, kepercayaan itu bisa terhadap Tuhan
YME, bisa juga terhadap "Tuhan yang Tidak Esa".
Kepercayaan terhadap Tuhan yang Tidak Esa bisa berupa
praktek per-klenikan. Mitos2 yang diagungkan. Tradisi2
yang dipertahankan walaupun cuma morotin duit orang
aja. Ritual2 yang tidak lagi ada maknanya karena hanya
buat pesta2 saja dengan alasan mau menyenangkan Tuhan.
Tuhan kok mau disogok dengan ritual? Well, you know
what I mean lah! Kita ini sudah tidak bisa masuk ke
dalam salah satu kelompok tradisional itu. We have
grown out of our shell. Kita telah jauh lepas dari
cangkang pendidikan masa kecil kita. Waktu itu kita
dididik untuk takut. Kita jalani itu dan,... ternyata
ketakutan2 itu tidak beralasan. Sekarang, ketika kita
mendekati akhir perjalanan kita (setiap hari kita
berjalan, kita semakin mendekati akhir perjalanan),
ternyata bukanlah takut yang kita rasakan, tetapi
kedamaian. Damai karena ternyata kok masih bisa hidup
walaupun sudah melepaskan segala tetek-bengek, segala
pernak-pernik keagamaan yang dijejalkan kepada kita di
masa kecil itu. Kok masih bisa hidup ya?

Still alive! Still alive! That's the theme for us to
pursue these days. Ternyata masih hidup ya! Dan
ternyata tidak bisa memaksakan diri lagi untuk kembali
ke "cangkang" masa lalu itu. Kalaupun kembali,
akhirnya kita menjadi manusia2 universal. UNIVERSAL
yang artinya adalah kita bisa saja, dan dengan ok2
saja, main comot dari tradisi2 agama mana saja yang
kita suka. Kita bisa melakukan itu karena kita tahu
bahwa Tuhan-nya pun ok2 aja. Tuhan-nya aja gak
komplain, kenapa orang laen musti ributin? And we know
that all those religious traditions juga bikin2an
orang saja. Karena bisa dibikin, bisa pula dirombak.
Dan bisa pula di-arrange menurut selera pribadi...
Ambil sedikit dari sana, campur sedikit dari sini,
lalu dicicipi. Kalau masih kurang ok, bisa ditambah
atau dikurangi lagi ramuannya. Begitu seterusnya
sampai kita menemukan campuran yang paling kita sukai
dan membuat kita merasa ok. We have to do that
ourselves. Itu juga bagian dari FREE WILL. Kehendak
Bebas yang juga merupakan fitrah manusia.

Tentang buku "The Third Eye" yang merupakan fabrikasi
itu, penulisnya adalah "Tuesday Lobsang Rampa". Itu
nonsense belaka, tipuan belaka, karang2an belaka. Tapi
banyak yang suka. Well, itu fiksi lah! Kalau tentang
your personal role in this "movement" to go universal,
you have to decide for yourself lah! But, in my
opinion, you are a teacher. You'll teach many. And
sure, you're on your right track. Congratulation.

All the Best,
Leo

+++++++++++++

[Leo adalah alumnus UI dan PennState, seorang praktisi
PSIKOLOGI TRANSPERSONAL dengan PENDEKATAN LINTAS
AGAMA. Untuk membuat appointment, please contact him
at HP number: 0818-183-615.
E-mail: <leonardo_rimba@ yahoo.com>.
Tentang REKON MATA KETIGA, please see these link:
<http://groups.yahoo.com/group/Spiritual-Indonesia/message/1046>.
Tentang PROFILE Leo, please see this link:
<http://groups.yahoo.com/group/Spiritual-Indonesia/message/992>.
Tulisan2 Leo dengan TOPIK MATA KETIGA bisa ditemukan
di milis SPIRITUAL-INDONESIA; untuk bergabung, please
click this link:
<http://groups.yahoo.com/group/Spiritual-Indonesia/join>].

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
SPONSORED LINKS
Yahoo! Avatars

Express Yourself

Show your style &

mood in Messenger.

Y! Messenger

Files to share?

Send up to 1GB of

files in an IM.

Yahoo! Mail

Get it all!

With the all-new

Yahoo! Mail Beta

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar