Selasa, 11 September 2007

[psikologi_transformatif] PERMAINAN BERNAMA 'HIDUP'

Permainan bernama "Hidup"
 
Oleh;
Audifax
Penulis buku "Semiotika Tuhan" (Pinus, 2007)
 
Hidup adalah permainan yang memaksa siapapun yang terlempar ke dalamnya untuk ikut bermain hingga babak yang mesti dilakoninya usai. Dalam hidup, masing-masing individu memiliki permainannya sendiri, seperti halnya Eliot Goodman yang menjalani hidup layaknya filosofi permainan golf. Permainan dari masing-masing individu, satu sama lain terhubung dalam sebuah arena permainan yang lebih besar, yaitu Sang Kehidupan itu sendiri. Inilah yang membuat Elliot kemudian mesti bertanding golf melawan Sang Kehidupan yang mengirimkan 18 wakilnya.
 
Jalinan kisah novel "Match Made in Heaven" ini berawal saat hidup Elliot berada di ambang ajal akibat serangan jantung. Saat itu Tuhan menghampiri Elliot untuk memberinya kesempatan tetap hidup. Syaratnya, Elliot harus mampu mengalahkan Tuhan dalam pertandingan golf delapan belas lubang. Pada kedelapan belas lubang itu, Elliot bukan berhadapan langsung dengan Tuhan, melainkan para wakilnya. Berturut-turut Elliot mesti menghadapi: Leonardo da Vinci, William Claude Dukenfield, Musa, John Lennon, Sigmund Freud, Edgar Allan Poe, Socrates, Pablo Picasso, Abraham Lincoln, Ludwig Von Beethoven, William Shakespeare, George Herman Ruth Jr., Christoforus Colombus, Mahatma Gandhi dan William Benjamin Hogan.
 
Pertandingan demi pertandingan bukan sekedar 'permainan golf' melainkan juga refleksi melalui interaksi Elliot dengan karakter demi karakter ke-18 lawannya. Tiap lawan memberi Elliot peristiwa dan pandangan baru yang mengagumkan untuk menjadi bekal Elliot dalam melanjutkan hidupnya yang sudah di ambang usai itu. Kurang lebih begitulah gambaran kisah dalam novel "Match Made in Heaven" karya Bob Mitchell yang diterbitkan oleh Penerbit Ufuk ini. Novel ini menyuguhkan kisah klasik pencarian manusia akan hakikat hidupnya dan pemahamannya atas hikmah tersembunyi yang dianugerahkan Tuhan di balik peristiwa-peristiwa kehidupan. Lewat tutur kata mengalir dan isi yang sarat makna, pembaca akan terbawa begitu saja pada pemahaman baru tanpa merasa telah membaca sesuatu yang "berat".
 
Tokoh-tokoh yang hidup dalam diri
Teori-teori psikologi perkembangan, telah banyak menjelaskan bagaimana individu belajar sesuatu dari sosok tokoh yang disukainya. Hasil belajar ini kemudian menjadi bekal bagi individu untuk menjalani 'permainan' kehidupannya. Di titik inilah tokoh-tokoh itu bukan hanya berpengaruh tetapi juga hidup dalam 'Diri' individu. 'Diri' atau 'Self' dengan demikian merupakan persilangan dari karakter sejumlah tokoh. Namun pada titik lain, individu mesti menghadapi pula kenyataan bahwa hidup adalah soal seberapa otentik 'Diri' memainkan peran.
 
Otentisitas ini pula yang membuat karakter dari orang-orang tertentu tak pernah mati meski jasad mereka tak ada lagi di dunia. Karakter mereka tetap hidup dan menjadi spirit bagi banyak orang, jauh melampaui jamannya. Pesan ini dapat terbaca jelas pada scene ketika Elliot bertanding melawan Colombus. Tersirat pada kalimat yang dikutip dari makam Colombus: "History knows of no man who ever like did the like". Sejarah (hanya mau) tahu bahwa tak ada orang yang menjalani hidup (untuk) menyerupai orang lain. Ini menunjukkan bahwa hanya mereka yang benar-benar berbeda dan sadar akan keberbedaannya, yang mampu keluar dari kerumunan untuk kemudian tercatat dalam sejarah. Sisanya, yang terjebak dalam kerumunan, akan hilang seiring usainya 'permainan' hidup mereka.
 
Martin Heidegger pernah mengemukakan istilah Dasein dan das man. Menurut Heidegger, kata "manusia" atau das man hanyalah merujuk pada spesies. Artinya, tak lebih dari sebutan untuk menggambarkan suatu kerumunan mahkluk yang dianggap sejenis. Dalam kerumunan sejenis, nama demi nama melenyap. Tak ada otentisitas di situ. Heidegger lalu memilih istilah yang dirasa tepat untuk menggambarkan otentisitas manusia, yaitu Dasein, yang kurang lebih artinya:"Yang-ada-di-sana". 'Ada' manusia dalam Dasein adalah 'Ada' dalam otentisitas masing-masing nama yang di sana. Di sana mana? Di sana pada tempat masing-masing nama mengalami keterlemparan dalam peran pada permainan hidupnya masing-masing. Ada nama-nama seperti: Ratih, Goenardjoadi, Sisca, dan seterusnya.
 
Diri, Tuhan dan Kehidupan
Antara memilih menjadi otentik atau melenyap dalam kerumunan itulah hidup manusia ibarat permainan yang di dalamnya terdapat misteri dan paradoks atas hidup itu sendiri. Di sinilah baru kita bisa bicara lebih jauh tentang Tuhan. Carl Gustav Jung, psikoanalitik asal Swiss, pernah berkata: "Dipanggil atau tidak dipanggil, Tuhan hadir". Ungkapan itu menyiratkan, bukan manusia yang hadir mengikuti permainan Tuhan, melainkan Tuhan yang hadir mengikuti permainan kita masing-masing.
 
Kenapa Tuhan memilih golf untuk pertandingan melawan Elliot? Alasannya bukan terletak pada permainan golf-nya, melainkan karena Elliot menyukai permainan golf. Bahkan ke-18 tokoh yang dipilih Tuhan untuk mewakili diriNya melawan Elliot, semua adalah tokoh-tokoh yang disukai Elliot. Setelah Elliot melawan ke-18 tokoh wakil Tuhan tersebut, ternyata skor pertandingan masih berakhir imbang sehingga diperlukan babak tambahan. Di babak tambahan ini, Elliot bukan lagi melawan tokoh terkenal, melainkan orang biasa. Meski demikian, di satu sisi Elliot merasa sudah mengenal akrab orang yang satu ini, sementara di sisi lain, ingatan Elliot tak pernah mampu menjelaskan kapan tepatnya ia mengenalnya. Orang itu hanya mengatakan bahwa ia akrab dipanggil "Dog".
 
"Dog" ternyata kebalikan dari "God". Tuhan hadir dalam sosok orang biasa. Di babak tambahan ini Elliot kalah, namun Tuhan justru memberinya kesempatan untuk tetap hidup. Alasannya, di saat kritis hidupnya, Elliot memilih untuk tetap hidup dan mau berjuang untuk pilihannya itu. Scene akhir buku ini memuat pesan bahwa hidup adalah persoalan bagaimana manusia menentukan pilihan dan bertanggungjawab atas pilihan tersebut. Di sinilah letak otentisitas manusia. Barangkali di titik ini kita perlu merenungkan kembali bahwa hidup yang bertanggungjawab bukan dalam paradigma "Manusia berusaha, Tuhan menentukan", melainkan "Manusia menentukan, Tuhan mengusahakan". Dan, pertanyaan tajam dari kisah ini: "Jika Tuhan sudah mengusahakan begitu banyak untuk pilihan yang anda tentukan, sudahkah anda sendiri bertanggungjawab atas pilihan tersebut?"
 
 
Bagi anda yang berminat mendiskusikan esei ini, saya mengundang anda bergabung mendiskusikannya di milis Psikologi Transformatif
 
Bagi mereka yang ingin bergabung dengan milis Psikologi Transformatif, ketik:
 
www.groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif
 
 
 
Sekilas Mailing List Psikologi Transformatif
Mailing List Psikologi Transformatif adalah ruang diskusi yang didirikan oleh Audifax dan beberapa rekan yang dulunya tergabung dalam Komunitas Psikologi Sosial Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Saat ini milis ini telah berkembang sedemikian pesat sehingga menjadi milis psikologi terbesar di Indonesia. Total member telah melebihi 1900, sehingga wacana-wacana yang didiskusikan di milis inipun memiliki kekuatan diseminasi yang tak bisa dipandang sebelah mata. Tak ada moderasi di milis ini dan anda bebas masuk atau keluar sekehendak anda. Arus posting sangat deras dan berbagai wacana muncul di sini. Seperti sebuah jargon terkenal di psikologi "Di mana ada manusia,  di situ psikologi bisa diterapkan" di sinilah jargon itu tak sekedar jargon melainkan menemukan konteksnya. Ada berbagai sudut pandang dalam membahas manusia, bahkan yang tak diajarkan di Fakultas Psikologi Indonesia.
 
Mailing List ini merupakan ajang berdiskusi bagi siapa saja yang berminat mendalami psikologi. Mailing list ini dibuka sebagai upaya untuk mentransformasi pemahaman psikologi dari sifatnya selama ini yang tekstual menuju ke sifat yang kontekstual. Anda tidak harus berasal dari kalangan disiplin ilmu psikologi untuk bergabung sebagai member dalam mailing list ini. Mailing List ini merupakan tindak lanjut dari simposium psikologi transformatif, melalui mailing list ini, diharapkan diskusi dan gagasan mengenai transformasi psikologi dapat terus dilanjutkan. Anggota yang telah terdaftar dalam milis ini antara lain adalah para pembicara dari simposium Psikologi Transformatif : Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung Karyantoro,. Beberapa rekan lain yang aktif dalam milis ini adalah: Audifax, Leonardo Rimba, Mang Ucup, Goenardjoadi Goenawan, Prastowo, Prof Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia "Lia" Ramananda, Himawijaya, Rudi Murtomo, Felix Lengkong, Kartono Muhammad, Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag, Kidyoti, Priatna Ahmad,  J. Sumardianta, Jusuf Sutanto, Stephanie Iriana, Yunis Kartika, Ratih Ibrahim, Sartono Mukadis, Nurudin Asyhadie
 
 
Jika anda ingin bergabung namun tidak ingin inbox e-mail anda dipenuhi oleh posting message (yang sangat padat, rata-rata 2500 perbulan), anda bisa men-setting no e-mail dan menyaksikan bagaimana tragedi ini berlangsung via message archive di web Psikologi Transformatif.
 
Caranya:
  1. Gunakan ID yahoo
  2. Join dengan milis Psikologi Transformatif di: www.groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif
  3. Klik "join" yang ada di web Psikologi Transformatif
  4. Pada pilihan menu, pilih web only
  5. setiap kali anda ingin melihat apa yang terjadi di milis Psikologi Transformatif, anda tinggal ketik: www.yahoogroups.com, lalu masuk dengan ID dan password Yahoo anda
  6. Di pojok kiri anda dapat melihat daftar milis yang anda ikuti, pilih milis Psikologi Transformatif
  7. Jika anda sudah masuk ke web induk milis Psikologi Transformatif, pilih menu message.
Selamat menikmati suguhan di message archive


Check out the hottest 2008 models today at Yahoo! Autos.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Groups

Endurance Zone

A Yahoo! Group

for better endurance.

Yahoo! Groups

Your one stop

for beauty & fashion

tips and advice.

Green Y! Groups

Environment Groups

Find them here

connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar