Minggu, 25 November 2007

[psikologi_transformatif] Buddhisme di Barat

Dari: agung hertanto <agungeka@yahoo.com>

Pak Hudoyo yth,

.... Mereka kebanyakan mengikuti tradisi WCCM (World
Community for Christian Meditation) yang dipimpin oleh
Romo Lawrence Freeman di London. Beliau pernah datang
ke Indonesia beberapa tahun lalu, dan saya diundang
mengikuti retretnya sehari semalam di Cipanas.
=========
Father Lawrence ini kan Benedictine Monk (alirannya
Mister Eckhardt), dan memang rahib ordo ini
penekanannya pada hidup kontemplasi. Kehidupan
kontemplasi di Katholik sangat kuat dulunya, tetapi
memudar setelah reformasi karena keinginan Vatikan
untuk menyetop gerakan protestanism. Hal serupa
terjadi belakangan ini yaitu gerakan Karismatik
Katolik di Brasil misalnya digalakkan untuk menyetop
umat pindah ke Evangelism (tetapi terlambat karena 15
tahun yang lalu Brasil bisa klaim > 95% penduduknya
beragama Katholik, sekarang tinggal 65%).
Baru belakangan ini kehidupan kontemplasi mulai
bangkit dilingkungan Katholik. Dan saya tahu
persis karena beberapa Zen Roshi sering membimbing
Benedictine Monk dalam Zen Retreat. Di tempat saya
dulu ada dua biarawan Katholik yang ikut training
meditasi beberapa tahun. Satu hal yang positip
dengan Buddhism di USA ialah Zazen dan meditasi
keluar dari lingkungan biara karena umat Buddhist
menuntut. Pernah seorang Roshi mengatakan status
Zen awam di USA adalah antara Zen monk dan Zen
awam di Asia. Di Katholik kegiatan kontemplasi
juga mulai keluar dari Biara. Beberapa Katholik
monks malah merangkap sebagai Zen Roshi ... cuma
berapa lama hal ini bisa bertahan karena Vatican
belum tentu menyetujuinya (misalnya kasus De Mello
dan Thomas Merton yang dijewer itu).
**************
.... Tapi bagaimana dengan di AS sendiri? Gambaran
yang Anda berikan adalah dari kacamata Zen, yang
memang sangat berkembang di AS. Tapi setahu saya,
banyak juga vihara-vihara yang lain, misalnya Jodo
Shin, Tibetan, Theravada dll. Apakah kehidupan di
vihara-vihara itu juga strict meditasi? Kalau meditasi
menarik bagi orang Barat eks-Kristen yang sudah jenuh
dengan agama mereka sendiri, bagaimana pula dengan
Amerisians (orang Amerika keturunan Asia) yang tinggal
di AS? Apakah mereka juga lebih tertarik meditasi,
ataukah sama saja dengan saudara-saudara mereka di
Indonesia sini?
===============
Komposisi American Buddhist rata rata 30-40 persen
eks Judaica, dan sisanya eks Protestan dan Katholik
(majoritas Katholik). Sikap dari pihak Buddhist
sangat terbuka (paling tidak saya dengar dari
Roshi di tempat saya dan dari Dalai Lama), yaitu
meskipun mereka memeluk Buddhist, mereka tidak
dilarang dan dianjurkan untuk memegang tradisi
lamanya kalau hal ini masih diperlukan. Tetapi
ungkapan seperti ini malah makin menarik orang
ke Buddhism.

Buddhism di USA (Barat pada umumnya) sangat
dinamik, seseorang bisa saja praktis Tibetan dan
ikut puja di Zen, atau dari Zen pindah ke Theravada
dan sebaliknya. Begitu pula sewaktu Zen retreat
ada juga Buddhist monk non-Zen yang ikut.

Justru yang berkembang paling pesat di USA adalah
Tibetan, baru kemudian yang lainnya. Dari Tibetan
berdasarkan informasi teman saya juga aktip dengan
meditasi, begitu pula dengan Theravada (kelompok
meditasi Vipasana cukup banyak). Jodo-Shin di
New York juga mulai memberikan meditasi, seberapa
jauh saya kurang tahu persis (tetapi pernah
ada artikel tentang hal ini di New York Times, karena
umat menuntut).

Amerasia dibagi dua, yang immigran dan yang lahir
di USA. Saya tidak tahu persis, tetapi saya punya
kesan justru yang menuntut meditasi adalah Amerasia
yang berpendidikan tinggi, karena teman teman Asia
yang ikut Zendo saya rata rata pendidikannya diatas
S2. Memang secara umum American Buddhism minus
yang immigran 'top-heavy' di bidang pendidikan dan
finansial. Mungkin kedua setelah Judaica secara
financial, tetapi bisa paling tinggi di bidang
akademik.

Ini juga menerangkan, kemungkinan besar teman
teman baca buku Khrisnamurti tanpa harus diminta.
Buku Batchelor saya punya, dan dia di kritik karena
dia meragukan reinkarnasi dan karma. Tentu
ini sah sah saja. Bernadetta Roberts kan dibuang
juga oleh gereja Katholik. Sebenarnya kalau kita
membaca buku 'I am that', disitu tidak ada ego, karena
I am disitu bukan si Ego. Ini kesan saya dari
bukunya. Tulisan Nisargadatta tentang consciousness
dan cosmos sangat dalam mempertimbangkan dia
hanya lulusan SMP.

Untuk masa yang akan datang saya tidak tahu bentuk
Buddhism di USA dan Eropa dan sekarang mulai masuk
Afrika. Yang jelas dikalangan akademisi, Buddhism
yang paling kooperatip dengan sains (karena dengan
agama Ibrahimi selalu konflik kalau tidak masalah
eskatologis, genesis, ya evolusi), sehingga
interaksinya kuat sekali. Contohnya bisa dilihat
di website berikut http://www.mindandlife.org
Saya kadang mimpi kapan Indonesia mempunyai
institusi akademik Buddhist yang peng-pengan seperti
di atas, padahal dulu Janabadhra, Gunavarman,
Darmapala berasal dari Nusantara (Hui Neng dan Atisha
saja belajar kemari).

salam

==================
HUDOYO:

Saya tidak tahu kalau Bernadette Roberts "dibuang oleh Gereja Katolik". Bisa diberikan referensinya?

Begitu pula saya tidak tahu bahwa Thomas Merton "dijewer" oleh Gereja Katolik, selain ribut-ribut di tahun 2005 di AS ketika editor sebuah katekismus tentang ajaran Katolik untuk orang dewasa menghapus nama Merton dari buku itu. Buku itu dikeluarkan oleh Konferensi Uskup-Uskup Katolik di AS, bukan oleh Vatikan. Tapi kemudian sejumlah tokoh sarjana peminat Merton memprotes hal itu dan menuntut agar kisah Merton dimasukkan kembali ke dalam katekismus itu.

Yang secara resmi disensor oleh pimpinan Gereja Katolik di Vatikan (Congregation for the Doctrine of the Faith) adalah Anthony de Mello. "Disensor" dalam arti pembaca diperingatkan oleh Gereja Katolik bahwa tulisan-tulisan de Mello bisa membahayakan iman Katolik. Tetapi buku-buku Merton tetap saja dijual oleh toko buku-toko buku Katolik di seluruh dunia.

Tentang S. Batchelor, Nisargadatta, sebaiknya dibuka thread tersendiri.

Yang saya tanyakan dalam posting terdahulu sebetulnya adalah apakah sekte-sekte Buddhis lainnya di AS dalam kebaktian mingguannya juga menjalankan latihan meditasi yang begitu lama seperti Zen (2 jam), ataukah kebaktian mereka lebih menyerupai model gereja-gereja Kristen, sehingga dengan demikian lebih menyerupai kebaktian di vihara-vihara Buddhis di Indonesia juga?

Lalu, dari segi kuantitatif, berapa besar (secara kasar saja) proporsi Buddhis di AS yang bermeditasi selama 2 jam setiap minggu dibandingkan dengan Buddhis yang sekadar mengikuti kebaktian mingguan sebagaimana layaknya kebaktian di gereja?

Kalau menurut Anda, "justru yang menuntut meditasi adalah Amerasia yang berpendidikan tinggi", tentu kuantitasnya termasuk MINORITAS dibandingkan SELURUH Amerasia yang ada di sana, bukan?--karena seperti piramid, mereka yang berpendidikan tinggi tentu merupakan minoritas di komunitasnya. Apalagi kalau sebagian besar Buddhis Amerasia itu beragama Buddha secara keturunan, tentu sebagian besar cenderung pergi ke vihara seperti orang Kristen pergi ke gereja?

Untuk mendapat gambaran yang lebih baik tentang kondisi Buddhisme di AS, kita perlu mendapatkan gambaran secara semi-kuantitatif, secara proporsional.

Salam,
Hudoyo

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Find great recruits

for your company.

Green Y! Groups

Environment Groups

Find them here

connect with others.

Summer Shape-up

on Yahoo! Groups

Trade weight loss

and swimsuit tips.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar