Jumat, 02 November 2007

Re: [psikologi_transformatif] Re: Mengurangi Tawuran


Saya rasa, semua pihak yang terlibat dalam tawuran
memang perlu bertanggung jawab. Masing-masing dapat
menuntut tanggung jawab pihak lainnya. Kalau boleh saran,
menurut saya yang lebih penting adalah tanggung jawab
untuk membenahi diri masing-masing.

Saya memperkirakan damage yang dialami masing-masing
sudah cukup besar dan bisa semakin besar kalau masing-masing
pihak hanya memperhatikan egonya. Semua pihak perlu menguasai
diri agar damage yang dialami tidak menjadi lebih besar.

Khusus untuk Vincent, tanggung jawab membenahi diri ada pada
dirinya sendiri. Kalau mau melibatkan pihak lain, yang pertama
harus dilibatkan adalah orang tuanya, tidak perlu menyindir,
mencari perhatian dan berusaha melibatkan orang lain yang
tidak mau terlibat langsung seperti Bapak Jusuf Sutanto maupun
yang lainnya. Kalau bingung, bisa minta bantuan ahlinya, bisa
psikiater, psikolog, atau bisa juga Pastor di Lingkungan/Paroki terdekat.



On 11/3/07, intel.psitrans <intel.psitrans@yahoo.com> wrote:

Hidup itu berhubungan dengan `sejarah' diri kita masing masing (past,
present & future), bukan menit ini saja, masalahnya…

Vincent Liong beberapa kali di emailnya yang dulu mengutip…
"history belongs to those who are in the arena" Teddy Rosevelt

So, its can be objective for the player. Begitu juga dengan Mr. Sinaga
Harez Posma.

Nah, adalah ujian yang pas untuk mengetahui prihal Mr. Sinaga Harez
Posma saat ini bukan dengan sekedar `running away from the arena' lalu
mengatakan saya hanya observer, its an unresponsible way to run. Atau
yang seperti pak Jusuf yang always be nobody (not join the arena) so
no good and no bad and can say any perfect word.

Sahabat saya Vincent Liong menulis sebuah email yang berhubungan
dengan tema tawuran dan kegiatan kill and destroy kim il sen with any
cost di maillist ini dimana saat itu Sinaga Harez Posma juga member of
the fighting club. Baca dan komentarilah, maka pembaca akan tahu dari
jawaban Sinaga Harez Posma apakah Sinaga Harez Posma "a responsible
man" ?

Atau seorang yang licin saja yang bisa mencoba menjilat seperti cara
Mr Goen di maillist ini dalam dualisme (kepecahan mental) antara
prilakunya dengan kegiatannya berjualan hati nurani, atau Leonardo
Rimba yang berjualan Tuhan hingga makhluk halus dan dewa anjing…dlsb…

Baca:

Dualisme, Politik Adu Domba & Tawuran
Nama Penulis: Vincent Liong
Tempat, Hari & Tanggal: Jakarta, Jumat, 2 November 2007
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/33929

Meskipun mampu menjawab dengan baik pun dalam email ini, tetap saja "a
responsible man" harus membuktikan konsistensi dirinya dalam sejarah.
Bila tidak bisa membuktikan masa lalu maka bisa membuktikan masa kini
dan masa yang akan datang.

Are u a Responsible man ? Mr. Harez…
Jadi Buktikanlah. Penonton akan menonton. Actor punya kesempatan
melakonkan.

Email Harez
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/33902
--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "sinagahp"
<sinagahp@...> wrote:

Rekan-rekan Yth.,

Kemarin lusa, saya menonton satu acara di JakTV yang membicarakan soal
tawuran pelajar. Saya jadi teringat bahwa beberapa tahun yang lalu,
berita tentang tawuran pelajar dan bahkan mahasiswa (kebanyakan di
Jakarta( begitu ramai ada dalam berbagai media.

Disertasi yang disusun oleh Ibu Winarini Wilman mengkaji fenomena
tawuran tersebut. Dari hasil yang diperolehnya, antara lain
direkomendasikan bahwa pemberitaan tawuran perlu dibatasi atau bahkan
dihilangkan sama sekali. Rekomendasi tersebut diberikan kepada
instansi yang terkait. Ternyata rekomendasi tersebut direalisasikan
oleh banyak pihak-pihak yang terkait (terutama kalangan media). Sejak
saat itulah secara drastis pemberitaan tawuran berkurang. Pada
kenyataannya, kuantitas dan kualitas tawuran pun memang menurun. Jadi
bukan pemberitaannya saja yang menurun, tapi juga realita juga demikian.

Adakah yang dapat kita tarik dari pengalaman itu?

Khususnya, untuk tujuan agar milis ini dapat menjadi sarana diskusi
transformasi yang lebih berkembang dan berkualitas, daripada sekedar
mengurusi apa yang pak Jusuf katakan sebagai "orang yang bernafas
dalam lumpur".

Mengabaikan sama sekali, membatasi, mengeluarkan, atau berbagai
altrenatif lainnya. Apakah "bom" perlu dijatuhkan kata mas Tuhantu ?

Adakah usulan dan atau pemikiran lain?

salam,
harez


__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Instant hello

Chat in real-time

with your friends.

Best of Y! Groups

Discover groups

that are the best

of their class.

Women of Curves

on Yahoo! Groups

A positive group

to discuss Curves.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar