Sabtu, 22 Desember 2007

[psikologi_transformatif] Re: PERANG JIHAD DALAM BUDDHISME DAN ISLAM: Mitos Shambhala -> "indf2000"

Dari: "indf2000" <indf2000@yahoo.com>

Dear Pak Hudoyo,
Kalachakra Tantra adalah bukan ajaran Buddha Gautama.

Salam

===========================
HUDOYO:

Setuju, Kalachakra Tantra bukan ajaran Buddha Gautama.

Tapi, janganlah Anda menempatkan pikiran Anda di dalam kepala seorang Buddhis Vajrayana pada umumnya. Itu tidak sah. Mereka tidak berpikir seperti Anda. Mereka tidak menyikapi ajaran yang mereka anut dengan Kalama-sutta.

Bagi mereka Kalachakra Tantra adalah KITAB SUCI. Titik. Mereka tidak berpikir, apakah Kitab Suci mereka itu berasal dari mulut Sang Buddha atau tidak. Kitab Suci itu mereka pelajari, mereka hafalkan, mereka renungkan, mereka geluti sejak mereka berada di sekolah minggu (kalau ada sekolah minggu di sana). Sejak kecil ditanamkan dalam kesadaran mereka, bahwa ada perang jihad melawan orang Islam, bahwa perang jihad adalah bagian penting dari ajaran agama mereka: Agama Buddha Vajrayana.

Apa dampaknya? Coba renungkan sendiri. ... Itulah yang saya namakan 'Sisi Buruk Agama Buddha'. Saya tidak pernah mempersoalkan AJARAN BUDDHA GAUTAMA; yang saya persoalkan adalah AGAMA Buddha seperti yang kita lihat sekarang.

***

Nah, sekarang mari lihat Mahaparinibbana-sutta dari Tipitaka Pali. Di situ diajarkan: "Hanya dalam ajaran ini (Delapan Jalan Utama) terdapat orang suci. Dalam ajaran guru-guru lain tidak terdapat orang-orang suci."

Apakah menurut Anda ini datang dari mulut Sang Buddha sendiri atau tidak? ....

Apa artinya itu? Artinya, seorang Buddhis yang menulis itu, atau yang berpikiran seperti itu, SAMA SAJA dengan seorang Kristen yang berpikir, "Tidak ada orang sampai kepada Bapa tanpa melalui Anak (Yesus)", SAMA SAJA dengan orang Islam yang berpikir, "Hanya Islam agama di sisi Allah."

Itulah EKSKLUSIVISME sejati di dalam Buddhisme, yang saya katakan sebagai suatu KEKERASAN BATIN (mano-kamma). Kekerasan batin itu SUMBER dari segala kekerasan lisan (vaci-kamma) dan kekerasan jasmani (kaya-kamma).

Apa dampaknya? Coba renungkan sendiri ... Dalam waktu beberapa ratus tahun saja (lihat Kitab Mahavamsa, abad ke-5 M), muncul kitab berbahasa Pali di Sri Lanka yang menceritakan kegagahan Raja-Raja Buddhis Sinhala di masa lampau. Sekalipun secara teknis itu bukan Kitab Suci Buddhis, tapi itu telah diajarkan kepada anak-anak Sinhala sejak mereka berada di sekolah minggu (barangkali seperti anak-anak Jawa diajari sejak kecil tentang kegagahan Patih Gajah Mada dari Majapahit, termasuk ketika ia membantai para bangsawan Sunda dari Pajajaran dalam Perang Bubat).

Dalam Kitab Mahavamsa itu ada pernyataan:
"Selebihnya adalah orang-orang kafir dan orang-orang yang hidupnya jahat, tidak perlu dihargai, layaknya binatang. Tetapi Anda, Anda akan membawa kemuliaan ajaran Sang Buddha dengan banyak cara [dengan perang]; oleh karena itu, buanglah penyesalan dalam hati Anda, O Penguasa manusia!"
Yang disebut "orang kafir", "bagaikan binatang", itu adalah Raja Elara, raja kaum Dravida yang Hindu, yang menyerang Sri Lanka dari India Selatan. Dan yang mengatakan itu jelas-jelas adalah delapan bhikkhu yang katanya "arahat".

Tidak heran, bukan, kalau kita melihat kekacauan yang terjadi di negara Buddhis Sri Lanka pada abad ke-20/21 ini. -- Itulah yang saya namakan 'Sisi Buruk Agama Buddha'.

Mohon dipahami, bahwa dalam thread-thread ini saya sama sekali tidak mempersoalkan ajaran Buddha Gautama. Bahkan ayat di dalam Mahaparinibbana-sutta itu pun saya TIDAK PERCAYA berasal dari mulut Sang Buddha! (Ini salah satu bukti kontekstual bahwa isi Sutta-pitaka itu tidak 100% berasal dari mulut Sang Buddha.)

Yang saya persoalkan adalah sisi buruk dari Buddhisme sebagai AGAMA, bukan ajaran Buddha Gautama.

Salam,
Hudoyo

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Your school could

win a $25K donation.

Y! Messenger

Instant hello

Chat over IM with

group members.

HDTV Support

The official Samsung

Y! Group for HDTVs

and devices.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar