Rabu, 09 Januari 2008

[psikologi_transformatif] Re: Friendster Reminder ( II )

Hmm..ini kan ACCORDING TO Emha Ainun Najib. Kalo ACCORDING TO tuhantu sendiri
gimana? Bukan yang berisi quotes semua lho ya :)

manneke

Quoting tuhantu_hantuhan <tuhantu_hantuhan@yahoo.com>:

>
> TuHanTu: Incase rekan sepadepokan pengen lebih detail tentang ONANI,
> maka Reminder berikut ini tentang prosedur Buka Celana sebelum aktifitas
> ONANI itu dilaksanakan, secara seksama dan dalam tempo yang -mungkin-
> tidak sesingkat-singkatnya.
>
> Untuk itu, berikut ini adalah tulisan dari Emha Ainun Nadjib tentang
> buka-bukaan celana... (Omong jorok?:-) ...
>
> Anyway, selamat menikmati (nggak perlu dengan buka celana beneran. :)...
> :
>
> Be Fun
>
> TuHanTu
>
> http://hole-spirit.blogspot.com <http://hole-spirit.blogspot.com/>
>
> (Tulisan Emha dari milis tetangga)
>
> Quote:
>
> Kalau apa yang selama ini berlangsung tidak bergerak menuju
> perubahan-perubahan yang signifikan, maka kecemasan adalah tindakan
> mulia. Mungkin sangat sedikit di antara kita yang memerhatikan bahwa
> puncak-puncak dari makin banyak dunia aktivitas ( apa itu kesenian,
> ormas, budaya ketokohan, institusi kepemerintahan, dsb ) sedang satu
> persatu ½ dipelorotin celananya ½ oleh sejarah, lebih amannya:
> oleh Tuhan.
>
> ½Dipelorotin celananya½ itu maksudnya ditunjukkan kepada publik
> wajah mereka yang sebenarnya. ½Aurat½ mereka yang selama ini
> ditutupi dengan hedonisme informasi, dengan feodalisme budaya, dengan
> disinformasi intelektual, dengan kegelapan spiritual: dikuakkan, dibuka,
> dibelejeti, satu demi satu.
>
> Ada yang semua orang melihatnya dengan transparan, ada yang perlu satu
> dua lapis ilmu untuk mengetahuinya, ada yang memerlukan kecerdasan
> khusus untuk memahaminya. Alam,nature, Tuhan, hukum sejarah, sedang
> mendaftari satu demi satu jagoan-jagoan sejarah untuk kena batunya.
>
> Ada yang dipelorotin celananya melalui narkoba, ada yang terjerat
> kasus-kasus, ada yang melorot ke jurang pelan-pelan diseret oleh
> perilaku dan pernyataan-pernyataannya sendiri, ada yang melalui
> pengelupasan pelan-pelan bahwa orang-orang yang selama ini didewakan
> oleh masyarakat itu sebenarnya sekadar seorang katak dalam tempurung.
> End of quote.
>
> Selengkapnya:
>
>
>
> UNTUK tulisan ini saya akan mengutip ayat Tuhan, tapi tidak ada
> hubungannya dengan identitas saya.Benar-benar tidak penting siapa
> seseorang, apa jabatan, atau status sosialnya.
> Dunia akhirat yang terpenting adalah apa yang dia lakukan untuk orang
> banyak, dicatat atau tidak, diketahui atau tidak, dipuji atau tidak,
> mendapat award atau tidak, memperoleh tanda jasa atau tidak. Juga karena
> Tuhan berfirman tidak khusus kepada umat-Nya dengan identitas tertentu.
> Nabi dan rasul pun cuma dilewati untuk disampaikan kepada semua jin dan
> manusia. Memang dalam pemahaman budaya selalu disebut ”nabi
> mendapat wahyu”, tapi maksud sebenarnya adalah Tuhan memberi
> guidance kepada semua makhluk-Nya melalui nabi, tepatnya melalui Rasul.
> Sebab Nabi,dengan nubuwwat, tidak memperoleh license untuk membimbing
> umat manusia sebagaimana Rasul dengan Risalat.
> Ayat ini saya pilih tidak untuk berdakwah, bertablig atau untuk
> ”tulisan religi” atau apa pun jenis kotak-kotak penjerat
> kecerdasan dan kemerdekaan berpikir manusia. Kalimat Tuhan ini saya
> kutip karena sangat substansial dan relevan untuk didengarkan dan
> dihayati oleh setiap manusia dari bangsa Indonesia menjelang tiba di
> gerbang ketentuan akan bangkit atau hancur.
> Tahun 2008 akan merupakan saat-saat sangat licin dan berbahaya bagi
> pikiran, bagi setiap visi dan misi,bagi segala aktivitas intelektual,
> ideologi,konstitusi ,manajemen kepemerintahan, wacanawacana aktivisme di
> semua wilayah kegiatan bangsa Indonesia. Kalau pelaku-pelaku terpenting
> dari jalannya manajemen negara ini lolos tidak terpeleset,atau
> terjerembab, atau terjerumus ke jurang dari jalanan licin itu, kita
> punya kemungkinan untuk selamat.
> Kalau apa yang selama ini berlangsung tidak bergerak menuju
> perubahan-perubahan yang signifikan, maka kecemasan adalah tindakan
> mulia. Mungkin sangat sedikit di antara kita yang memerhatikan bahwa
> puncak-puncak dari makin banyak dunia aktivitasâ€" apa itu
> kesenian, ormas, budaya ketokohan, institusi kepemerintahan,
> dsbâ€"sedang satu persatu ”dipelorotin celananya”
> oleh sejarah, lebih amannya: oleh Tuhan.
> ”Dipelorotin celananya” itu maksudnya ditunjukkan kepada
> publik wajah mereka yang sebenarnya. ”Aurat”mereka yang
> selama ini ditutupi dengan hedonisme informasi, dengan feodalisme
> budaya, dengan disinformasi intelektual, dengan kegelapan spiritual:
> dikuakkan, dibuka, dibelejeti, satu demi satu.
> Ada yang semua orang melihatnya dengan transparan, ada yang perlu satu
> dua lapis ilmu untuk mengetahuinya, ada yang memerlukan kecerdasan
> khusus untuk memahaminya. Alam,nature, Tuhan, hukum sejarah, sedang
> mendaftari satu demi satu jagoanjagoan sejarah untuk kena batunya.
> Ada yang dipelorotin celananya melalui narkoba, ada yang terjerat
> kasus-kasus, ada yang melorot ke jurang pelan-pelan diseret oleh
> perilaku dan pernyataan-pernyata annya sendiri,ada yang melalui
> pengelupasan pelan-pelan bahwa orang-orang yang selama ini didewakan
> oleh masyarakat itu sebenarnya sekadar seorang katak dalam tempurung.
> Dalam hal yang terakhir ini yang kita kutuk adalah tempurungnya, yakni
> faktor-faktor di lingkungan primernya yang membuat tokoh yang baik, yang
> dijunjung orang, yang dihormati seluruh bangsa atau umat: pada suatu
> saat tampak di depan umum bahwa dia katak dalam tempurung. Katak dalam
> tempurung tentu saja bermakna dia tidak benar-benar mengerti
> persoalan-persoalan masyarakat.
> Selama berpuluh tahun atau atas sesuatu hal,tokoh kita itu tidak
> memiliki kemungkinan untuk memperoleh informasi yang memadai dan
> kredibel secara ilmiah, tidak membawa kepadanya ”bau
> persoalan” itu agar nuraninya menghayati. Maka produknya adalah
> persepsi yang bukan hanya salah atas suatu persoalan, tetapi bahkan
> terbalik, dan kemudian melahirkan penyikapan dan pernyataan yang
> memalukan dan mempermalukan dirinya, lambat atau cepat.
> Nanti akan berkembang ke konteks moral kemanusiaan maupun akhlak
> keagamaan. Orang yang baik dan tokoh yang hebat bisa tiba-tiba
> menyandang dosa besar karena dia tidak mempersepsi sesuatu melalui
> metodologi tabayyun yang maksimal.Tabayyun itu konfirmasi dan
> rekonfirmasi, check and recheck, mendata lengkap, melakukan mapping
> secara objektif, menyelenggarakan analisis secara adil, kemudian
> mengambil kesimpulan dan keputusan yang arif dan indah.
> Kalau katak dalam tempurung itu hanya menyangkut orang terpeleset di
> pasar, orang kecebur sumur, atau bentrok RT ini melawan RT itu, mungkin
> tidak terlalu besar dampaknya.Tetapi kalau katak dalam tempurung itu
> menyangkut masalah-masalah nasional, persoalan dasar kerakyatan yang
> menyangkut ribuan atau jutaan orang, celakalah semua orang.
> Terpaksa saya tidak akan menyebut identitas apa pun,personal atau
> institusional, justru karena tingkat licinnya jalan bangsa kita menuju
> gerbang itu memaksa kita menggunakan kearifan berlapis-lapis.
> Kita harus menjadi orangtua sepuh berumur 330 tahun karena yang kita
> hadapi adalah taman kanakkanak yang jumlah siswanya 240 juta orang.Tuhan
> berfirman dengan pola komunikasi diskusi: ”Yang kalian benci dan
> singkirkan itu mungkin justru yang baik dan kalian perlukan. Sementara
> yang kalian junjung- junjung tiap hari itu mungkin yang berbahaya bagi
> kalian…”
> Sepertinya Tuhan harus lebih berterus terang di hari-hari depan bangsa
> Indonesia ini, dan sama sekali tidak bisa mengandalkan kecerdasan atau
> iktikad baik kita untuk melakukan rekapitulasi terhadap apa dan siapa
> yang sebenarnya kita butuhkan dan apa siapa yang sesungguhnya
> menghancurkan kita. (*)
> EMHA AINUN NADJIB
>
>
>
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Be a career mentor

for undergrads.

Y! Messenger

Files to share?

Send up to 1GB of

files in an IM.

Curves on Yahoo!

A group for women

to share & discuss

food & weight loss.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar