Selasa, 22 Januari 2008

[psikologi_transformatif] Re:Retret MMD, Cipanas, 11-13 Jan 2008: ... praktisi meditasi Suma Ching Hai

Dari: "sunari" <sunari@ssp.co.id>

Pada meditasi [dengan obyek] [inner light] cahaya dan [inner sound] suara, sebagaimana yang diajarkan oleh Guru Ching Hai dengan metode Quan Yin nya atau juga SantMat yang mengajarkan Yoga Surat Shabda saya kira tidak mengajarkan untuk berkonsentrasi bagi para bahkta nya?

Yang saya ketahui adalah menetapkan kesadaran di pusat mata, di istana niwan (istilah Tao), di mata ketiga. Karena jika kesadaran dikonsentrasikan justru malah kehilangan yang mau diamati? Semoga ada murid guru Ching Hai yang lebih mengerti mau menyampaikan barang dua tiga patah kata, dan tidak menganggap hal demikian tidak berguna. Klarifikasi itu perlu.

Sebagai hasil meditasi Suara, seharusnya menimbulkan kearifan, karena inner Sound (Shabda, Word, Firman, Kalam Qodim) adalah bahasa universal yang difahami oleh jiwa. Orang didunia bawah sono meniru salah satu diantara suara – suara tersebut , yaitu : Oom.

<<Hudoyo: Keluar dari situ, 1001 pikiran kembali menyerbu masuk.>>
-----------------
Lha iya kalau sekeluarnya langsung cul menjadi orang biasa, dalam pengajaran: para murid disarankan untuk selalu mempertahankan kesadaran di pusat mata, dan dalam kehidupan untuk selalu membaca "lima nama" suci. Kalau fikiran kita ada pada sebuah obyek, bagaimana 1001 fikiran dapat masuk? Saya kira ini juga berlaku pada peserta mmd yang setelah acara melepaskan diri kembali menjadi orang biasa, meninggalkan praktek nya. Benarkah?

===================
HUDOYO:

Ya itu yang dimaksud dengan 'konsentrasi': memusatkan perhatian pada suatu 'obyek' tertentu terus-menerus: suatu gambar lahir, gambar batin, suara, kata, mantra dsb.

>Sebagai hasil meditasi Suara, seharusnya menimbulkan kearifan ...
------------
Saya tidak tahu mengapa Rekan X tidak menceritakan apa-apa tentang 'kearifan' yang "seharusnya timbul" dalam meditasinya, padahal ia telah melakukannya selama 4 tahun, setiap hari @ 1-2 jam. Mungkin Rekan X --yang juga berlangganan milis ini-- bisa menceritakan pengalamannya melalui saya.

***

>Saya kira ini juga berlaku pada peserta mmd yang setelah acara melepaskan diri kembali menjadi orang biasa, meninggalkan praktek nya. Benarkah?
-------------
Tidak; MMD lain sekali; MMD bukanlah duduk diam di sudut ruangan berjam-jam. MMD dimaksudkan untuk dikembangkan menjadi kesadaran kita sehari-hari ketika pikiran tidak digunakan untuk problem-solving dalam rangka mempertahankan kehidupan.

Berikut ini saya kutipkan dari tanggapan saya dalam blog Rekan Djuni Pristiyanto:

Djuni:
> Jam 06.00 meditasi disudahi oleh Pak Hudoyo. Pagi ini adalah penutupan secara resmi retret MMD selama tujuh hari di Vihara Mendut ini. Pak Hudoyo berceramah mengenai hal-hal apa yang perlu dilakukan setelah kegiatan ini selesai (ada 3 hal, tapi saya lupa isinya).
­­­­­­­­­­–
Topik untuk diskusi terakhir pada setiap retret MMD berjudul "What next?" atau "Dari sini mau ke mana?"
Di situ saya memberikan tiga pesan kepada para peserta retret, yang berisi tiga kiat utuk mempertahankan taraf kesadaran yang telah dikembangkan dalam retret. Tiga pesan itu, menurut pentingnya, adalah sebagai berikut:

(1) Cobalah tetap sadar akan segala fenomena badan & batin yang muncul dalam diri ("sadar ke dalam"), di samping memperhatikan hal-hal yang berlangsung di luar diri ("sadar ke luar"), KETIKA PIKIRAN TIDAK DIPERLUKAN.
Pikiran diperlukan untuk problem solving, dalam rangka mempertahankan kehidupan (survival).

Tapi, di sela-sela itu, banyak sekali saat-saat ketika sesungguhnya pikiran tidk diperlukan. Misalnya, saat duduk di kendaraan umum, saat makan sendirian, saat menunggu seseorang atau menunggu suatu acara tertentu, saat berjalan sendirian di pasar atau mal, dsb dsb. Biasanya pada saat-saat demikian pikiran ini dibiarkan melantur, melamun tanpa disadari.

Nanti akan terlihat, bahwa penggunaan pikiran untuk keperluan mencari nafkah sesungguhnya tidak makan waktu terlalu banyak dalam kehidupan sehari-hari. Selebihnya, selama 17 jam bangun setiap hari, biasanya kita membiarkan pikiran melantur & melamun, mengejar keinginannya sendiri tanpa disadari/dielingi.

Nah, setelah mengenal MMD, cobalah sadar/eling pada saat-saat demikian. Maka berangsur-angsur hidup kita sehari-hari akan menjadi meditasi (sadar/eling) yang panjang, dan hanya diselang-seling saat-saat ketika pikiran diperlukan untuk problem-solving.
Inilah aktualisasi MMD dalam kehidupan sehari-hari yang paling penting. Bukan duduk diam 1 jam di suatu sudut ruangan yang hanya menghasilkan ketenangan semu kalau tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

(2) Yang kurang penting daripada #1 ialah: setiap hari, tanpa absen, menyisihkan waktu untuk duduk diam sekurang-kurangnya setengah jam lamanya (tidak perlu lebih dari 1 jam). Ini ibarat kita men-charge lagi batere hp kita setiap hari sehingga hp bisa brfungsi secara normal.

(3) Yang paling kurang penting dari ketiga kiat itu adalah: secara berkala (setahun sekali, dua kali dst) ikut lagi retret MMD, mengembangkan kesadaran/keelingan secara total dengan mengasingkan diri dari kehidupan ramai.
Salam, Hudoyo

__._,_.___
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Reconnect with

college alumni.

Yahoo! Groups

Cat Zone

Connect w/ others

who love cats.

Y! Messenger

Instant hello

Chat in real-time

with your friends.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar