Selasa, 08 Januari 2008

[psikologi_transformatif] Terorisme dan Politik (2)

Terorisme dan Politik (2)

Praktek terorisme dapat dilihat akar sejarahnya dari tokoh Syi'ah
ektrim Hasan bin Sabah dari sekte Hassyasyin (1057M) yang diberi gelar
The Old Man of The Mountain in Alamut (dekat laut Kaspia), dan nama
Hassyasyin (ada hubungannya dengan penggunaan hasyis-narkoba) kemudian
di Barat-kan menjadi Assasination karena kelompok ini selalu membunuh
lawan-lawan politiknya secara tiba-tiba. Sedangkan ideologi terorisme
modern pada umumnya dinisbahkan kepada Teori Evolusi Darwin struggle
for survival between the races dan teori natural selection.

Selanjutnya Maximilien Robespierr, tokoh Revolusi Perancis dianggap
sebagai peletak dasar terorisme modern, kemudian disusul Vladimir
Lenin (Rusia), Yoseph Stalin (Rusia) yang diberi predikat master
executive terror (1924), disusul Mao Tse Tung (Cina) yang dalam
melakukan teror untuk menjamin kesetiaan rakyat kepada negara
menghancurkan institusi keluarga dan agama.

Di Amerika, terorisme bukanlah sesuatu yang asing sejak perang abad ke
tujuh belas. Bahkan menurut sejarahnya, Amerika dirumuskan dan
dilahirkan dalam kejahatan, "this nation was, as one historian note,
"coceived and born in violence"7 oleh karena itu perang Amerika
terhadap terorisme sesungguhnya merupakan perang melawan diri sendiri,
atau bagian dari kultur teroristiknya.

Internasionalisasi Terorisme
Ada dua hal yang menjadi titik internasionalisasi "terrorisme" dewasa
ini yaitu sosok Usamah bin Laden dan Afganistan atau kota Peshawar.

1. Sesungguhnya kasus Usamah bin Laden lebih merupakan limbah politik
dalam negeri Saudi Arabia. Usamah sebagai seorang muslim dan
nasionalis Saudi bersama dengan 50 orang ulama/cendekiawan Saudi,
protes keras terhadap kerajaan atas kehadiran tentara (pangkalan
militer) Amerika di bumi kota suci Makkah Madinah. Kerajaan Saudi
bukan saja tidak menghormati aspirasi Usamah dan 50 tokoh Saudi
lainnya, tetapi lebih suka menunjukkan komitmen kerjasamanya dengan
Amerika Serikat. Usamah terusir dari tanah kelahirannya dan akhirnya
ia menjadikan seluruh negeri Islam sebagai tanah airnya. Ia pernah di
Sudan, kemudian menetap di Afghan, sekarang kemungkinan besar sudah
gugur tetapi tetap "dipelihara" kemunculannya guna mengawal "proyek"
perang melawan terorisme global.

2. Ketika Uni Sovyet menduduki Afganistan, Amerika sangat
berkepentingan untuk mengusirnya. Dalam upaya mengusir tentara Komunis
itu Amerika membantu, melatih dan mempersenjatai Mujahidin Afghan.
Invasi negara Komunis ke bumi Afghanistan sangat menyentuh panggilan
jihad kaum muslimin dari seluruh dunia. Amerika merasa menemukan
potensi yang dapat digunakan sebagai kekuatan pengganggu Uni Sovyet,
maka Amerika menfasilitasi partisipasi mujahidin non Afghan yang
datang dari seluruh penjuru negeri Islam, termasuk dari Indonesia di
Peshawar Pakistan.

Peshawar bagaikan Akademi Militer dengan 100 000 mujahidin dari
seluruh dunia dibawah asuhan team instruktur CIA dibawah kendali
William Cassey, M16 (Inggris), ISI (Pakistan) dan dana dari Saudi
Arabia. Nah ketika Uni Sovyet telah berhasil diusir dari bumi
Afghanistan, para Mujahidin merasa bahwa merekalah yang mengusir
tentara kafir dari Afganistan, tetapi Amerika merasa dialah yang
berhasil mengalahkan Uni Sovyet dengan melatih pasukan mujahidin Afgan
dan non Afgan. Sepeninggal tentara Uni Sovyet tanpa disadari telah
hadir veteran perang (mujahidin) yang jumlahnya sangat besar.
Pengalaman keberhasilan Mujahidin mengusir tentara super power Uni
Sovyet secara psikologis melahirkan konsep diri positif pada
mujahidin, yakni merasa sanggup mengatasi masalah seberat apapun. Oleh
karena itu gelombang veteran perang Afghanpun mengalir ke Bosnia
bahkan ke Chehnya, Daghestan dan Moro, juga Poso dan Ambon.

Pokoknya dimanapun terjadi penindasan terhadap kaum muslimin, para
mujahidin itu siap untuk jihad dan syahid. Ketika para pahlawan perang
yang tangguh itu kemudian tidak lagi menemukan medan jihad, maka
sebagian besar kembali ke habitatnya sebagai orang biasa, ada petani,
pedagang dan guru agama, tetapi ada juga yang mengalami problem
psikologis seperti veteran perang Vietnam di Amerika. Hambali, Amrozi
, Imam Samudera dan yang lain-lain yang jumlahnya cukup banyak adalah
orang desa (lokal) yang masuk pusaran global.

Mereka tinggal di desa kecil, tetapi informasi dunia global selalu
diikuti melalui internet, dan seperti Rambo jiwanya mudah terguncang
ketika melihat arogansi Amerika yang selalu menggunakan standar ganda.
Mereka bukanlah terrorist seperti yang di stigmakan oleh publik opini
media Barat, tetapi mereka adalah pejuang ideologis yang sedang
membutuhkan tempat berpijak yang tepat. Oleh karena itu memperlakukan
kelompok itu secara "gebyah uyah" dengan menggunakan paradigma perang
melawan terorisme international seperti yang dikumandangkan oleh
presiden Bush, bukan saja tidak efektif, tetapi akan membangkitkan
kembali jiwa perang veteran yang sudah tenang di habitat asalnya.

Laporan Badan Penasehat Pentagon, Defence Science Board yang bertajuk
Strategic Communication sebagaimana dikutip situs BBC (Kamis
25-11-2004) secara terbuka menyalahkan perang melawan terorisme yang
justeru melebarkan jaringan terorisme terhadap Amerika, karena
diplomasi publik oleh AS soal demokrasi ke dunia Islam tak lebih
sebagai kepura-puraan semata. Tindakan AS terhadap dunia Islam, kata
laporan tersebut didorong oleh motif tersembunyi dan secara sengaja
dikendalikan demi memenuhi kepentingan nasional AS dengan mengorbankan
dunia Islam.

Wassalam,
agussyafii

==============================================
Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui
achmad.mubarok@yahoo.com atau http://mubarok-institute.blogspot.com
==============================================

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

new professional

network from Yahoo!.

Green Y! Groups

Environment Groups

Find them here

connect with others.

HDTV Support

The official Samsung

Y! Group for HDTVs

and devices.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar