Minggu, 10 Februari 2008

[psikologi_transformatif] ARUPS, apakah itu?

ARUPS, apakah itu?

Buat yg belum yang sempat mengikuti, cerita2 dari seorang teman di UNDIP di bawah ini mungkin dapat menambah sekadar wawasan.

Juneman


---
Monday, October 02, 2006


1st ARUPS Congress

(sebenernya sudah lama nulis ini. tapi baru kali ni minat mempublish disini, krn inget bbrp temen yg dari dulu pengin denger cerita ttg acr ini tp blm sempat kuceritakan detail. sory klo lama nunggu…^_^. juga yg sabar bacanya...buanyak banget soale..)

Tanggal 1-2 Agustus 2006 kemarin, alhamdulillah aku berkesempatan mengikuti 1st ARUPS CONGRESS di hotel Shangri La, Jakarta. Kongres yang dihandle oleh pengurus HIMPSI (Himpunan Masyarakat Psikologi Indonesia) Pusat ini sekaligus menjadi momen penandatanganan deklarasi berdirinya ARUPS (ASEAN Regional Union of Psychological Societies) atau Himpunan Masyarakat Psikologi se-Asia Tenggara. Pendirian ARUPS ini sendiri awalnya diprakarsai oleh presiden HIMPSI, Dr. Rahmat Ismail, yang kemudian diamini oleh presiden Psychological Association of The Philippines, Dr. Allan B. I. Bernardo; presiden Malaysian Psychological Association, Prof. Dr. Mahmood Nazar Mohamed; dan presiden Thai Psychological Association, Prof. Soree Pokaeo, Ph.D.

Berdirinya ARUPS ini telah mendapat 'restu' dari IUPsyS (International Union of Psychological science) dengan hadirnya Executive Board Member of IUPsyS, Dr. Elizabeth Nair (dari Singapura). Para peserta kongres ini meliputi para psikolog dan ilmuwan psikologi dari berbagai daerah di Indonesia, juga perwakilan dari Filipina, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Sebagai 'bonus', panitia juga mengundang mahasiswa di beberapa kampus dalam negeri untuk menghadiri kongres ini, masing-masing 2 perwakilan. Aku kebetulan 'dihadiahi' undangan ini oleh ketua DeMaPsi (BEM-nya psikologi UNDIP), bersama komting 2004, p-man. Kesempatan yg langka, maka aku menyambut tawaran ini dengan antusias. Sayang sekali, ada beberapa kampus yang tidak mengirimkan delegasinya untuk mengahadiri kongres ini. Aku hanya bertemu temen-temen dari UI, UGM, UNPAD, UNAIR, UNS, UNTAR (Univ. Tarumanegara) Jkt, UII, Univ Gajayana Malang, UIN Syarif Hidayatullah Jkt, dan beberapa temen mahasiswa dari UKM (Universitas Kebangsaan Malaysia). Padahal undangan lebih dari itu, maka beruntunglah temen-temen dari UI yang diminta datang secara mendadak untuk mengisi jatah kursi-kursi yang kosong, free tentunya :).

Tema kongres kali ini adalah "STANDARDIZATION, NETWORKING, AND IMPROVEMENT OF THE PSYCHOLOGICAL SERVICES IN ASEAN". Dalam kongres tersebut, secara keseluruhan ada 23 sesi/forum diskusi + wellcoming dinner, opening ceremony dan closing ceremony. Di hari pertama, 1/8/06, ada 12 sesi diskusi yang diselenggarakan di 4 ruangan (Ballroom, Sumatera Room, Java Room, dan Sulawesi Room), sedang di hari ke-2 ada 11 sesi. Peserta dipersilakan memilih mengikuti sesi mana yang diinginkan. Sesi ke-1 dijadwalkan pkl 08.30-10.00, sesi ke-2 pkl 10.30-12.00, sesi ke-3 pkl 13.30-15.00, dan sesi ke-4 pkl 15.30-17.00. Semua sesi/forum mempergunakan bahasa inggris, kecuali 1 sesi terahir di sulawesi room. Tapi syukurlah, semua yang di sana berlidah asia, jadi logat inggris-nya masih jelas kedengaran di telinga. yang bahasa inggrisnya sedang2 saja pun masih bisa mengikuti pembicaraan/diskusi dengan lancar. Yah, tapi kadang yang keberatan ngomong inggris dipersilakan menggunakan bahasa inggris campuran atau bahasa Indonesia.

Menurut yang tersebut di undangan, sebenernya mahasiswa diundang hanya untuk sesi Student Forum yang dijadwalkan 3 kali, satu sesi di sore hari tanggal 2/8, dua lainnya masing2 pada sesi ke-1 dan ke-2 tanggal 2/8. tapi, pada kenyataannya kami diperbolehkan mengikuti semua sesi dari opening ceremony sampai closing ceremony. Sayang sekali aku baru tahu ini setelah sampai di tempat acara pada sore hari tanggal 1/8, padahal temen2 dari UI dan UGM dan beberapa temen lain udah nongkrong di sana sejak opening ceremony pagi harinya. Yah, tidak masalah, masih ada hari kedua, jadi aku niatkan untuk mengikuti full agenda di hari kedua itu.

Karena aku baru ngikuti sesi di hari pertama pas sore hari, aku tidak bisa cerita banyak tentang rangkaian acara sebelum itu. Yg jelas di jadwalnya tertera ada opening ceremony di sesi pertama, dilanjutkan sesi-sesi di 4 ruang (Ballroom, Sumatera Room, Java Room, Sulawesi Room). Di Ballroom diselenggarakan diskusi dengan tema "PSYCHOLOGY SCIENCE & PRACTICE: CURRENT CONDITION IN ASEAN COUNTRIES" pada sesi ke-2, "ASEAN CURRENT MAGNITUDE ISSUES: THE ROLE OF PSYCHOLOGY IN CONFLICT & TERRORISM ISSUES" pada sesi KE-3, dan PRACTITIONER GATHERING pada sesi ke-4. Di Java Room, pada sesi ke-2 tema diskusinya "ETHICAL ISSUES ON PSYCHOLOGICAL PRACTICES", sesi ke-3 untuk menyusun "ARUPS ACTION PLAN AND MOU", dan pada sesi ke-4 untuk menyusun "ARUPS STANDING POINT". Di Sumatera Room ada diskusi dg tema "PUBLIC POLICY AND LEGAL ISSUES ON COUNTRY AND REGIONAL STANDARIZATION" DI SESI KE-2, "THE ROLE OF PSYCHOLOGY IN DISSASTER MANAGEMENT" pada sesi ke-3, dan pada sesi ke-4 ada student forum dg tema "THE FUTURE OF PSYCHOLOGY IN ASEAN". Dan di Sulawesi Room ada dIskusi dg tema "PSYCHOLOGICAL SOCIETIES PREPAREDNESS TOWARD REGIONAL STANDARIZATION", sesi PRACTITIONER GATHERING, dan INVITED SCHOLAR.

Di hari ke-2, di ballroom ada diskusi2 dg tema "NETWORKING TO IMPROVE SERVICES", dan "HR ISSUES" (PRACTITIONER GATHERING). Di java room ada "PSYCHOLOGICAL EDUCATION (PREPARING QUALIFIED PSYCHOLOGIST)", "STANDARIZING OF PSY CURRICULUM IN UNIVERCITIES IN ANTICIPATING GLOBALIZATION ERA", "THE IMPORTANT OF NETWORKING IN DEVELOPING B ETTER OUTPUT OF RESEARCH". Di sumatera ada diskusi "WHAT KIND OF PSYCHOLOGIST IS NEEDED IN THE FUTURE", "CROSS CULTURAL PSYCHOLOGY AS A BRIDGE TO UNDERSTAND OTHER BETTER". Di sulawesi room ada diskuisi "PSYCHOLOGICAL FIELD STATE OF THE ART/RECENT DEVELOPMENT OF REGIONAL EACH ASSOCIATION" dan juga presentasi paper penelitian.

(sengaja nih kutulis materi2 diskusi secara lengkap, biar jelas gambaran hal2 yg dibicarakan dalam kongres ini, terutama bagi temen2 psikologi..siapa tau terinspirasi tuk bikin seminar atau diskusi ttg topik yg sama di kampus masing2...)
aku mengikuti sesi ke-4 di sumatera room yang mengambil tema "THE FUTURE OF PSYCHOLOGY IN ASEAN", dengan pembicara Prof. Dr. M. Noor Rachman Hadjam dari UGM. Inti dari materi diskusi tersebut adalah bahwa di masa sekarang dan yang akan datang, ada beberapa orientasi yang mesti diperhatikan oleh psikologi, yaitu: 1) multidisiplin (connected dg disiplin ilmu yg lain), kuncinya: research collaboration; 2) applied (bisa diterapkan di masyarakat), kuncinya: competence advance; dan 3) kontekstual, kuncinya: cultural sensitiveness. Di sini juga banyak dibicarakan tentang pentingnya cross cultural psychology dan indigenous psy di ASEAN, karena ASEAN ini negeri dengan beragam budaya. Kita mestinya mulai mengambil langkah2 bertahap untuk 'mengubah' western psychology yang kental dengan nuansa behaviorisme dan kognitif, menuju eastern psychology yang lebih sesuai dengan kondisi masyarakat di Asia Tenggara. Pak Djamaluddin Ancok ikut nimbrung diskusi dengan menambahkan bahwa beberapa konsep yang lebih sesuai untuk pengkajian eastern psychology misalnya FEELING (sebagai ganti 'thingking' dalam konsep western), MEDITATION, ESQ, EQ (sebagai ganti IQ), dll.

Hari kedua, tgl 2 Agustus, aku sudah nongkrong di tempat sekitar pkl 08.20. sesi diskusi baru dimulai sekitar pkl 08.45, molor 15 menit dari jadwal. Aku mengikuti sesi ke-1 (student forum) di sumatera room. Tema diskusi yg diambil adalah "WHAT KIND OF PSYCHOLOGIST IS NEEDED IN THE FUTURE" dengan pembicara Bpk Rahmat Ismail dan Prof. Soree Pokaeo (baca: sori pokeo). Diskusi berlangsung menarik dan lumayan akrab, ada canda tawa, ngga kaku gitu deh. Baik pak Rahmat Ismail maupun Prof. Soree Pokaeo ternyata bisa melucu. Pak rahmat mengisahkan cerita lucunya waktu beliau mengira prof. Soree mengatakan "I'm sorry...", padahal yang dimaksud Prof. Soree adalah "I'm Soree" ?. Sedangkan prof. Soree membuat kami tertawa saat beliau mengucapkan "liyam..", padahal beliau bermaksud bilang "ayam..". Itu salah satu cerita candanya.

Cerita seriusnya, kami mendiskusikan tentang bagaimana masa depan psikologi, terutama di Asia Tenggara. Kedua pembicara tidak banyak memberikan hal-hal teoritis atau analisis yang sistematis mengenai masa depan psikologi di Asia Tenggara. Beliau berdua lebih banyak memotivasi kami para mahasiswa untuk bisa openmind di era globalisasi ini. Psikologi itu ilmu yang sangat luas, hampir semua bidang kerja manusia memerlukan psikologi, karena memang manusia itu lah yang dipelajari oleh psikologi. Di mana ada manusia, maka di sanalah diperlukan psikologi. Pak rahmat memberi 'petuah' agar kami2 ini tidak berpikiran sempit, tidak memandang psikologi secara parsial. Maka kami diharapkan tidak kebingungan setelah nanti lulus dari psikologi, "mau ngapain ya....??!". Lahan psikologi terbentang luas di depan mata. Mau di bidang pendidikan, di media, di industri, di perusahaan, di organisasi2, jadi akademisi, jadi politikus, atau jadi businessman, buka biro konsultasi, jadi konselor, dsb...dsb...semua oke2 saja, ilmu kita dibutuhkan di sana. But, the problem is...kalau kita mempelajari begitu banyak disiplin ilmu (misal, psikologi komunikasi, psikologi industri, psikologi politik, dsb...), sedangkan disiplin ilmu tersebut sudah dipelajari secara mendalam oleh jurusan lain, kita akan terjebak menjadi generalis dan bukannya spesialis. Itulah salah satu hal yang menjadi diskusi hangat pagi itu. Itu juga yang menjadi pertanyaanku sudah sejak lama. Jawaban yang diberikan pak Rahmat tidak cukup memuaskan menurutku, beliau hanya mengatakan bahwa kita tidak perlu terlalu khawatir akan hal tsb. Justru dengan luasnya lahan kita itulah kita bisa mengembangkan diri dan ilmu kita di mana saja. yeah, well, memang tdak semua kita harus jadi ilmuwan psikologi sih. Jadi businesman boleh, jadi praktisi pendidikan boleh, dsb..dsb...

Diskusi tersebut juga menyinggung sedikit tentang kurikulum pendidikan psikologi. Barangkali memang sistem/kurikulum pendidikan psikologi di Indonesia perlu terus diperbaiki. Sekarang ini lulusan S1 psikologi tidak berwenang menandatangani tes psikologi (ngetesnya boleh, interpretasinya ga boleh), tidak mendapat surat ijin buka praktek konsultasi, dan tidak diberi kewenangan lain terkait dengan penanganan penuh terhadap seorang klien. Untuk mendapat kewenangan tsb kita mesti ngambil program profesi yang sepaket dengan magister (jadi kalau lulus gelarnya psikolog + M.Psi), sedangkan biaya kuliah magister saat ini bukan main mahalnya. Di UI saja saat ini pendaftarannya sekitar 15 juta, semesterannya sekitar 8 juta. Wow!!.

Di berbagai belahan dunia memang terdapat perbedaan sistem pendidikan psikologi ini. Mba moderator diskusi tersebut mengambil contoh sistem pendidikan psikologi di Canada, dimana psikologi itu dikategorikan sebagai profesi sebagaimana arsitek, pengacara, sehingga untuk mengambil jurusan psikologi seorang mahasiswa harus terlebih dulu meraih gelar sarjana muda dari disiplin ilmu tertentu (bisa ekonomi, komunikasi, hukum, dsb). Menurut cerita salah seorang temen yg kuliah di UKM (malaysia), di Malaysia tidak ada istilah psikolog, yang ada konselor. Karena standar yang berbeda ini, maka temen2 dari Indonesia yang kuliah di Malaysia tetap tidak memiliki kewenangan sebagaimana psikolog. Kalau ingin dapat gelar psikolog mereka tetep aja mesti ngambil profesi/magister dulu di Indonesia. Nah lo, repotnya!

Kata pak Rahmat sendiri sih memang HIMPSi juga terus melakukan usaha-usaha untuk memperbaiki baik sistem pendidikan psikologi maupun pelayanan psikologi di Indonesia. Sistem yang terbaru, yg menggunakan sistem magister, diberlakukan mulai 2004. yah, masih percobaan. Evaluasinya masih panjang.

Itu tadi diskusi dg pak Rahmat. Sedangkan Prof. Pokaeo yang ahli di bidang konseling ini banyak mengutarakan tentang 'kebijaksanaan2' yg mesti dimiliki orang psikologi. Salah satunya, kita mesti memahami diri sendiri dulu sebelum bisa memahami dan menolong orang lain. Understand ourselves before understand others, begitu kata beliau. Aku jadi teringat sebuah ungkapan populer di kalangan psikologi, yang mengacu pada slogan terkenal sebuah majalah psikologi pertama di Indonesia: 'PSIKOLOGI UNTUK ANDA'. Slogan ini sering digunakan untuk apologi bagi orang psikologi yang tidak 'nyikologis'. "lho, kan psikologi untuk anda, bukan untuk saya", begitu kelit org2 psikologi yg tidak berperilaku sebagaimana layaknya org yang paham psikologi. Ya, mestinya psikologi memang tidak hanya untuk anda, tapi juga untuk saya. Kita mestinya tidak hanya fasih menasihati org lain tentang menghargai perasaan orang, empati, bersimpati, mendengar aktif, berkomunikasi yang efektif, peka, dsb..dsb..., tapi kita juga mestinya memiliki karakter2 tersebut dalam diri kita. Ada satu lagi 'petuah' dari Prof. Pokaeo, kita mesti "live life fully". Aku tidak bisa menangkap maksud beliau tentang ungkapan ini dengan sempurna, tapi ungkapan ini mengingatkanku akan jargon sebuah iklan "bikin hidup lebih hidup!" ?. Hidup itu ya dijalani sungguh2, jadikan ia bener2 hidup. Buat tujuan2 yg jelas, buat visi misi yang jelas, dan nikmatilah. Begitu kira2 interpretasiku akan ungkapan ini. Kalau salah ya mohon dikoreksi...

Selepas sesi 1, kami dipersilakan menikmati coffee break. Selain menikmati hidangan ringan dan secangkir kopi atau teh, kami gunakan kesempatan ini untuk berkenalan dengan peserta lain. Lumayan, jadi nambah link.

Sesi ke-2 aku tetap mengikuti yg student forum di sumatera room. Kali ini temanya "CROSS CULTURAL PSYCHOLOGY AS A BRIDGE TO UNDERSTAND OTHER BETTER", dengan pembicara Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D. Psychologist (UGM) dan Prof. Dr. Kusdwiratri Setiono, S. Psi (UNPAD). Sesuai temanya, kami pun banyak membicarakan ttg cross cultural psychology. Aku baru tau ternyata ada asosiasi psikologi lintas budaya di tingkatan internasional (International cross-cultural psychology assosiation) yang berkedudukan di Jerman. Dan ternyata ketuanya dari Indonesia, yaitu salah satu pembicara di sesi ini: Prof. Kusdwiratri. Sesi ini pun berlangsung dengan 'meriah' penuh tawa karena kehadiran Prof. Kuntjoro yang gaya kocaknya sungguh 'menghibur'. Dengan bhs inggris yang medhok logat jawa, beliau menyampaikan materi diskusi tentang sumber2 konflik, peran perbedaan budaya sebagai sumber konflik, tentang pentingnya pemahaman antar sesama, tentang kemampuan2 apa yang mesti dimiliki oleh seorang psikolog, dan sekilas tentang psikologi dan bencana. Komplit tenan pokoke materi beliau ini :).

Beliau mengeluarkan teorinya tentang SMEPPA sebagai skill yang mesti dimiliki oleh seorang psikolog. SMEPPA ini singkatan dari Senyum (smile), Mendengarkan (listen), Empati (empathy), Peka (sensitive), Peduli (care), Pandai (smart in choosing right words), and Aksi (action). Itulah gambaran psikolog yang ideal menurut pak Koen. Oke deh, sepakat pak...!! :)

Prof. Kusdwiratri di sini memaparkan tentang penelitian beliau yang berjudul "MORALITY FROM THE VIEWPOINT OF JAVANESE TRADITION". Aku rasa Anda sekalian sudah bisa membayangkan apa isi penelitian tsb, jadi tidak perlu kujelaskan panjang lebar. Intinya, beliau mencoba merumuskan konsep moralitas menurut budaya Jawa, di-compared dengan konsep moralitas ala barat (beliau ngambil teorinya Kohlberg). Penelitian ini merupakan salah satu model penelitian untuk membangun eastern psychology. Prof. Koes mengemukakan 3 langkah bagi kita untuk merumuskan konsep baru yang sesuai budaya kita, yaitu: 1. percayai dulu konsep barat ; 2. cari konsep local; 3. kombinasikan/tambahkan teori barat tsb dg konsep lokal. Kalau blm jelas, silakan tanyakan langsung pada Prof Kus ^_^.

Berikutnya, aku ngikuti diskusi di java room, tema: "SCCROSS THE BOUNDARIES TO EXPAND THE HORIZON, THE IMPORTANT OF NETWORKING IN DEVELOPPING BETTER OUTPUT OF RESEARCH", dengan pembicara Dr. Allan Bernardo (filipina) dan Dr. Arifin Hj. Zaenal (UKM-malaysia). Beliau berdua banyak memaparkan tentang perkembangan psikologi di negara masing2. Aku tidak mengikuti sesi ini sampai akhir karena dikompori oleh temenku tuk pindah ke ruang lain. Kabarnya di sebelah ada diskusi yg lebih menarik. Kami pun pindah ke ruang sulawesi tuk ngikuti materinya Prof. Dr. Sawitri Supardi Sadarjoen (Chairman of The Indonesian Clinical Psychology Association, dosen UNPAD) dan Prof. Dr. Andreas Budiarjo (ketua APIO-asosiasi psikologi industri dan organisasi- Indonesia). Cukup menarik diskusi di ruang ini. Ternyata banyak hal di lapangan yang bisa memperkaya teori kita. Maka penting bagi para akademisi untuk juga aktif di lapangan guna memperkaya wawasan. Di sini juga didiskusikan bagaimana masyarakat psikologi perlu memberi pemahaman pada masyarakat akan image-image ataupun paradigma yg salah tentang psikologi. Misalnya, anggapan bahwa mendatangi psikolog berarti dia gila atau mengalami gangguan jiwa, sehingga masyarakat enggan datang ke psikolog. Hal-hal yang begini perlu diluruskan. Memasyarakatkan di psikologi, itulah yg perlu kita lakukan, karena sebagian masyarakat kita belum mengetahui apa peran dan fungsi psikolog.

Akhirnya, semua sesi diskusi selesai. Coffee break sejenak sebelum ikut closing ceremony. Setelah semua berkumpul, ternyata memang tidak terlalu banyak peserta kongres ini. Aku tidak menghitungnya tentu saja. Tapi cukup banyak kursi-kursi yang kosong. Salah satunya mungkin karena sebagian peserta sudah pulang duluan. Setelah sambutan2 dari presiden HIMPSI dan IUPsyS, dilakukan penandatanganan deklarasi berdirinya ARUPS oleh perwakilan dari Indonesia, Philippine, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Diumumkan juga presiden terplih ARUPS untuk periode 2006-2008, yaitu……..Dr. Rahmat Islmail dari Indonesia. Belaiu berarti menjadi presiden pertama ARUPS. Presiden berikutnya adalah Dr. Allan B.I.Bernardo (filipina). Sebagai tuan rumah kongres ARUPS berikutnya dipercayakan pada Thailand. Insya Allah akan bertempat di Chulalangkorn University, Bangkok, Thai. Yang berminat hadir, silakan nabung dari sekarang :).

SEMANGAT!! ^_^


Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:

http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:

http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/join

(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:psikologi_transformatif-digest@yahoogroups.com
mailto:psikologi_transformatif-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
psikologi_transformatif-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:

http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar