Rabu, 12 Maret 2008

[psikologi_transformatif] Re: Samudra-samudra Pengetahuan Nabi Muhammad saw

Halo Mas Arief hamdani

opo khabar?????

senang ketemu Mas Arief disini, banyak yang gelo disini, perlu
dijewer, namun ada pesan sponsor karena disini banyak orang rada
sedeng (miring) maka jangan dimasukkan ke Neraka ya......

salam,
goen

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, arief dani
<ariefdani@...> wrote:
>
> Samudra-samudra Pengetahuan Nabi Muhammad saw
> Mawlana Syaikh Nazhim Adil al Qubrusi al Haqqani
> Cyprus, April 2, 2003
>
> Bismillah hirRohmaanir Rohim
> Subhanaka! Subhanaka! Subhanaka!
>
> Halaman-halaman baru. Halaman-halaman yang tak terbatas. Semua
yang dimiliki Allah Yang Maha Agung adalah tak terbatas. Jika kalian
mampu untuk menemukan suatu limit atau batas dari bilangan, kalian
boleh untuk berbicara sedikit tentang karunia-karunia Allah
> Ta'ala. Karena itulah, Allah `Azza wa Jalla mengatakan bahwa
seandainya samudera dan lautan menjadi tinta, dan pohon-pohon
menjadi pena untuk menulis, maka itu semua
> hanya akan menjadi setitik zarah kecil dari pengetahuan surgawi
yang dimiliki Allah Ta'ala. Dan tinta tersebut akan habis, bahkan
jika seandainya kalian membawa tujuh samudera bukan hanya satu
samudera.
>
> Bahkan seluruh samudera yang menjadi tinta itu akan habis dan
kering, sedangkan pengetahuan dan ilmu yang Allah Subhanahu wa
Ta'ala terus karuniakan pada Penutup Para Nabi yaitu Nabi Muhammad
saw, tak akan pernah habis, karena beliaulah satu-satunya yang
berbicara mewakili Allah Ta'ala – yang pertama. Allah Ta'ala tak
pernah
> berbicara pada siapa pun yang lain dalam Hadirat Ilahiah-Nya
kecuali pada dia yang paling terhormat di antara seluruh ciptaan,
Sayyidina Muhammad saw.
>
> Tak seorang pun mampu mendekati Hadirat Ilahi seperti Penutup para
Nabi saw. Allah Ta'ala mula-mula menciptakan ruhnya, ruhnya yang
berkilau bercahaya, dan ruh tersebut adalah `nur'. Dan dari `nur'
tersebut, Allah menciptakan! Segala sesuatu diciptakan
> (oleh-Nya) dari `nur' tersebut. Tak seorang pun atau apa pun mampu
mencapaii langsung esensi (Dzat) dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tak
ada yang dapat mencapainya, tak mungkin!!.
>
> Hanya melalui Penutup para Nabi ringkasan dan esensi dari seluruh
ciptaan adalah bersama beliau. Itu telah dikaruniakan pada beliau,
dan karunia tersebut terus berlanjut bagi beliau tanpa berhenti,
mengalir tak pernah berhenti atau terputus, tidak!
>
> A'udhu billahi mina-sh-shaitani- r-rajim, bismillahi-r- Rahmani-r-
Rahim. La haula wa la quwatta illa billahi-l 'aliyyi-l 'adhim.
>
> Sultan-ul-Arifin Aba Yazid al-Bisthami, semoga Allah merahmatinya,
(berkata) untuk menjaga dan memelihara zikir mereka, untuk menjaga
tetap mengingat mereka, untuk berusaha selalu bersama dengan para
pewaris dari Penutup para Nabi, untuk berusaha agar ruh kalian
berada dalam samudera-samudera dari ruh-ruh suci mereka; karena
setiap orang dari mereka Awliya (para Waliyyullah kekasih Allah),
para pewaris dari Penutup para Nabi, para Grand Wali (Wali-wali
besar) tersebut telah dianugerahi samudera-samudera pula.
>
> Tetapi, samudera-samudera milik mereka, bahkan seandainya seluruh
samudera milik para Nabi dan Wali dikumpulkan bersama dan disatukan,
jika itu semua dibandingkan dengan apa yang telah dianugerahkan pada
Penutup para Nabi, hanyalah bagaikan setetes air yang
> menempel di ujung jarum ketika kalian mencelupkan jarum itu sesaat
ke dalam suatu samudera. Hanya seperti itulah perbandingan sel uruh
samudera (milik para Nabi dan Wali) dengan samudera milik Penutup
Para Nabi saw.
>
> Dan seluruh Awliya' dan para Wali, terutama Grand Wali, Grand
Syaikh, orang-orang pada barisan pertama, yang dekat dengan Penutup
para Nabi, Sayyidina Muhammad saw, mereka mengambil secara langsung
dari beliau dan mereka telah diberi lebih banyak dari yang lain. Dan
ruh-ruh mereka tengah meminum `air' dari samudera-samudera itu dan
ruh-ruh mereka pun menjadi samudera-samudera. Ruh dari setiap orang
dari mereka adalah bagaikan sebuah samudera dan hanya Nabi saw yang
mengetahui apa yang ada dalam samudera tersebut.
>
> Allah tentu saja mengetahui segala sesuatunya; tetapi, pada maqam
dari ciptaan (makhluq), apa yang telah dikaruniakan pada seluruh
Nabi, dan demikian pula pada
> para Nabi-nabi besar, Awliya' besar, Syaikh-syaikh besar – mereka
yang berada pada saf pertama pewaris Rasulullah saw hanya Nabi saw,
lah yang mengetahuinya. Dan apa yang berada dalam samudera milik
setiap orang, mereka mengetah uinya, demikian pula Nabi saw
mengetahuinya.
>
> Karena itulah, mereka memiliki alam semesta-alam
semesta, `awalim', ciptaan-ciptaan dalam samudera-samudera mereka.
Dan ciptaan tersebut adalah suatu karunia dari Penutup para Nabi
saw. Dan karunia Tuhannya bagi dirinya terus bertambah lebih banyak
dan lebih banyak, dan karunia tersebut tidaklah tetap sama. Allah
Ta'ala berfirman: "Wahai hamba-Ku yang tercinta! Wa ladaynaa maziid!
Aku memberi dan tak akan pernah berhenti. Apa yang Ku-karuniakan
padamu tak akan pernah berakhir". Karena itulah, apa yang
> dikaruniakan pada RasulAllah saw ketika beliau bersama kita,
tidaklah sama saat ini. Setiap detik, setiap tarikan nafas, karunia
tersebut digandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
>
> Karena itulah, ketika kami berkata tentang Aba Yazid al-Bisthami
(r.a.): Jagalah Auliya', berusahalah untuk berada bersama mereka,
bahkan sekalipun hanya dengan nama-nama mereka dan dengan
asosiasi/majelis mereka. Saat kita menyebut nama-nama mereka, suatu
kasyf atau pembukaan datang pada diri kita. Tidak kosong. Nabi saw
mengatakan bahwa saat kita menyebut orang-orang yang salih para
Wali, Grand Wali, para Nabi, Nabi-nabi Besar, dan Penutup para Nabi,
tanzil-ur-Rahmah' , rahmah dari samudera-samudera rahmah akan
mendatangi diri kita. Karena itulah, `manakib-ul-aulia' (pembacaan
kisah para Wali) ada.
>
> Quran Suci menyebut pula nama-nama para Nabi, karena setiap kali
kita menyebut nama mereka, rahmah yang berlimpah dari samudera-
samudera rahmah mengaliri diri kita. Karena itulah, diulang berkali-
kali (dalam Quran) akan apa yang terjadi pada Bani Israil, apa yang
terjadi pada Sayyidina Adam, apa yang terjadi pada Sayyidina Nuh,
apa yang terjadi pada Sayyidina Ibrahim dan pada Nabi-nabi lain.
>
> Ini adalah untuk menerima kemuliaan dari mereka, untuk mengambil
bagian dari `nur' mereka, dari cahaya-cahaya ilahiah milik mereka,
agar datang pada dirimu. Dan ini
> adalah suatu persiapan bagi kalian untuk kehidupan abadi kalian,
karena keabadian dapat menampung sebanyak apa pun yang telah
dikaruniakan pada kalian, tanpa batas. Mereka yang berada pada (atau
berusaha untuk) kehidupan abadi dan memiliki target untuk meraih
keabadian, mereka boleh meminta lebih dan lebih – tak terbatas.
>
> Sama seperti suatu pesawat terbang yang tengah terbang melayang
semakin banyak petrol (minyak bahan bakar) yang kita isikan ke
dalamnya, semakin lama ia akan terbang, tak pernah berkata `cukup',
tidak! Sebanyak yang kita isikan ke dalamnya, ia akan terus terbang.
Dan ruh-ruh kita dalam Hadirat Ilahiah, jangan berpikir bahwa ruh-
ruh terebut diam berhenti mereka berlari dan berenang melalui
samudera-samudera yang tak terkira banyaknya. Semuanya itu milik
dari keabadian.
>
> Karena itu, adalah suatu perintah sohbet, asosiasi kalian harus
menjaga jalur (hubungan) dengan mereka secara langsung. Hubungan itu
akan mengalir melalui wujud sejatimu. Jangan berpikir bahwa ini
(tubuh wadag kasar kita) adalah wujud kita yang sejati. Ini
> hanyalah suatu bayangan dari wujud sejatinya. Wujud sejati
tersbut, dunia ini tak mampu menampungnya. Karena itulah, Pemimpin
Malaikat Jibril (as) kadang-kadang datang dalam bentuk seorang laki-
laki, dan kita berkata Jibril (as) baru datang.
>
> Apakah ia meninggalkan maqam (posisi)nya dan datang ke sini? Saat
ia datang pada Nabi, apakah maqamnya kosong ia tinggalkan? Apakah ia
datang dengan wujud sejatinya? Bagaimana mungkin? (Apa yang nampak
datang) hanyalah perwakilan (dari wujud sejatinya), sebagai suatu
bayangan dalam bentuk seorang laki-laki. Wujud sejatinya tak pernah
bergerak ke sini dan ke sana dari Hadirat Ilahi. Tak pernah! "Tak
seor ang pun yang
> matanya dapat melihat ke sana-sini!" Apakah kalian pikir bahwa
adalah wujud sejati Penutup para Nabi yang pernah bersama kita (saat
beliau hidup, red)?
>
> Bagaimana mungkin dunia ini dapat menampungnya? Seluruh ciptaan
akan lenyap jika wujud sejati beliau termanifestasikan untuk eksis
di sini. Tak ada lagi ciptaan, segala sesuatunya akan lenyap dalam
samudera-samudera beliau, tak ada yang akan pernah
> muncul. Tetapi segala sesuatunya, melalui Hikmah Ilahiah, telah
diatur dan diprogram. Tak seorang pun tahu bagaimana keadaannya dan
bagaimana ia wujud, tidak! Kita berada pada maqam kedudukan kita,
dan Firman Ilahiah datang mula-mula pada Rasulullah dan
> kemudian pada kita. Jika seandainya Nabi tidak menjadi perantara
(mediator), Wahyu Ilahiah akan membakar segala sesuatunya di muka
bumi ini. [Syaikh membaca ayat]
>
> "Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quraan ini kepada sebuah gunung,
pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan
ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan- perumpamaan itu Kami
buat untuk manusia supaya mereka berfikir." [Surat al-Hashr, 21]
>
> Karena itulah, orang-orang jahil yang berpikiran sempit itu masih
pula mengatakan bahwa Sayyidina Muhammad saw hanya seperti seorang
tukang pos – hanya membawa dan menyampaikan suatu pesan. Betapa
bodohnya! Dan kebodohan ini kini menjalar ke seluruh dunia Islam, di
Timur dan di Barat. Mereka sama sekali tak memahami hikmah diutusnya
Sayyidina Muhammad dan karunia Qur'an Suci bagi beliau. Gunung-
gunung tak mampu memikul (beban ini); tapi, hanya kalbu dari ia yang
paling berkilau bercahaya dan paling mulia-lah yang mampu untuk
memikul berat dari Wahyu Ilahiah. Bagaimana mungkin kalian
mengatakan bahwa ia telah habis dan mati sekarang, kemudian kita
bisa bersama Allah tanpa Muhammad saw. Kebodohan macam apa ini yang
kini kita tengah berada di dalamnya?
>
> Karena itu, begitu banyak masalah berdatangan pada orang-orang
itu. Ya, memang ini adalah suatu samudera yang demikian dalam yang
kami tengah coba untuk tunjukkan bagimu; kita tak mampu mencapainya.
Aba Yazid al-Bisthami – semoga Allah merahmatinya, dan semoga cahaya-
cahaya dari samuderanya menerangi kalbu-kalbu kita. Kalbu-kalbu yang
bercahaya, itulah kalbu-kalbu yang hidup! Kalbu dan hati yang tak
> bercahaya, itulah hati yang mati, kalbu yang terkunci. Karena
itulah, kalbu-kalbu dari begitu banyak ulama besar tengah terkunci.
Mereka tidak memahami apa yang kalian katakan.
>
> Terkunci! Allah membuka kalbu dan hati kita pada Awliya'-Nya. Kita
memohon agar saat kita berbicara tentang Awliya', agar mereka
mengaruniakan pada kita sesuatu, yang sesuai dengan kebutuhan kita.
Karena itu, inilah yang disebut `rabithah' – koneksi dari kalbu ke
kalbu. Saat kalian mel akukan `rabitah', cahaya-cahaya Ilahiah yang
dianugerahkan pada Wali tersebut, Grand Wali, atau Nabi, atau Grand
Nabi, atau Khatm ul-Anbiya', akan mengalir melalui kalbu kalian, dan
kalian akan tercahayai olehnya.
>
> Saat kita melihat ke langit di waktu malam, kita melihat bintang-
bintang yang bercahaya; tapi, ada pula miliaran bintang yang tidak
bercahaya, karena `nur' itu tidak datang pada mereka. Dan hal ini
serupa pula pada manusia. Makhluk-makhluk Langit tengah melihat
> manusia dan memperhatikan siapakah di antara manusia tersebut yang
bercahaya dan berkilau – sama seperti ketika kita melihat bintang-
bintang yang berkilau di langit. Karena itu, `rabita', koneksi,
hubungan, adalah medium yang paling penting untuk meraih
> cahaya-cahaya surgawi.
>
> Siapa yang menyangkal hal ini akan terputus, tak ada cahaya yang
datang ke kalbu mereka – habis! Orang-orang, karena itu, kini tengah
berada dalam kegelapan, karena mereka tidak memiliki hubungan
dengan `orang-orang langit' atau dengan hamba-hamba Allah yang
bercahaya yang hidup di dunia ini di antara kita. Kebanyakan orang
kini tidak peduli lagi, mereka tidak tertarik, dan mereka senang
untuk hidup dalam kegelapan mereka, dalam `dunya' mereka yang gelap.
Sama seperti burung-burung malam (kelelawar) yang senang untuk
berada dalam kegelapan malam. Mereka tak suka untuk keluar di siang
hari, karena mereka tak menyukai cahaya.
>
> Dan kini, 99% orang-orang di bumi tidak mau mencari cahaya-cahaya
surgawi agar diri mereka pun bercahaya, dan mereka pun senang berada
dalam dunia yang gelap, dalam suatu atmosfer yang gelap. Karena
itulah mereka melakukan begitu banyak hal, yang jika mereka dapat
melihatnya, tentu mereka tak akan mau melakukannya. Jika hati mereka
tercahayai, mereka tak akan berkelahi, tak akan bertengkar dan
mengeluh. Mereka akan berbahagia dengan apa yang telah dikarunia kan
pada mereka dari Sang Pencipta, Rabb as-Samaawaati. Tapi, kegelapan
telah mencegah dan menghindarkan mereka dari mencapai titik itu,
karena mereka tak mau mencari hubungan ke dunia spiritual
(ruhaniyya) atau
> hubungan dengan spiritualitas dan makhluq-makhluq surgawi di muka
bumi atau di langit.
>
> Itulah masalahnya. Semua orang-orang yang hidup dalam atmosfer
gelap ini, yang tak mau meminta hubungan dengan makhluk-makhluk
surgawi, dengan wujud spiritual makhluk-makhluk itu, semua orang-
orang ini adalah pembuat masalah.
>
> Orang-orang di negara kecil ini – tak seorang pun mengakui negara
ini – mengatakan, 80 juta orang di Turki dan 200.000 di Cyprus
Utara, mereka meminta untuk bergabung dengan kelompok Negara-negara
Eropa. Mereka berpikir bahwa jika mereka terhubungkan dengan
> Uni Eropa, mereka akan menjadi bahagia, mereka berpikir bahwa
masalah-masalah mereka akan selesai dan segala sesuatunya akan
berjalan lancar dan indah. Ini adalah kesalahan terbesar mereka dan
kesalahpahaman; karena materi (benda-benda) tak akan pernah memberi
istirahat atau suatu kehidupan yang baik bagi orang-orang; tak akan
pernah memberi mereka suatu kehidupan yang penuh kenikmatan dan
kesenangan – `hayaat-ut-tayyib' – tak pernah!
>
> Sama saja! Jika mereka menjadi anggota Ekonomi Eropa, mereka tetap
akan memiliki masalah-masalah yang sama, karena mereka membawa
bakteria yang sama dari penyakit mereka bersama me reka. Sekalipun
mereka mungkin bergabung dengan EU, tapi penyakit yang sama masih
bersama mereka – atmosfer yang sama! Kegelapan (di sini), kegelapan
(di sana)! EU tak akan pernah memberi mereka cahaya apa pun, mereka
tak akan tercahayai. Mungkin mereka akan mendapat sejumlah besar
uang, hal-hal materi, tapi mereka akan tetap tak bercahaya, selesai.
Jika masalah Iraqi telah selesai, masalah lain akan muncul karena
penyakit yang sama masih bersama orang-orang – bahwa mereka menolak
hubungan (koneksi) dengan wujud yang tercerahkan, dengan orang-orang
yang
> bercahaya. Mereka hanya berlari mengejar kegelapan dan orang-orang
gelap.
>
> Semoga Allah mengampuni saya, dan memberikan memberikan pada kita
pemahaman yang baik, karena ini adalah suatu hal penting yang mesti
diketahui bangsa-bangsa. Seluruh bangsa dan negara telah memutuskan
hubungan mereka dengan makhluk-makhluk
> langit, mereka menyangkal keberadaannya, mereka menyangkal
kenabian (nubuwwah) dan kewalian (wilayah), dan segala sesuatunya
yang terkait dengan Langit, dan mereka terjatuh dalam dunia yang
gelap. Dunia gelap, ke mana pun mereka berlari, mereka hanya akan
> menjumpai kegelapan dan masalah.
>
> Allah! Allah! Ya Rabb! Ampuni kami, Ya Rabb! Kami memohon ampun
dan maaf dan barakah-Mu. Demi kehormatan dari ia yang paling
terhormat dalam Hadirat Ilahiah-Nya, Nabi Muhammad sallAllahu alaihi
wasallam, Bihurmatil habib. Al-Fatiha
>
> Wa min Allah at Tawfiq
>
> wasalam, arief hamdani
> www.mevlanasufi. blogspot. com
> www.sufilive. com
>
>
> ---------------------------------
> Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

new professional

network from Yahoo!.

Y! Messenger

Quick file sharing

Send up to 1GB of

files in an IM.

Popular Y! Groups

Is your group one?

Check it out and

see.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar