Dear Friends, Berikut percakapan YM antara saya di
Jakarta dengan Mas Ananto (nama samaran) di Yogyakarta
tentang MENJADI DIRI SENDIRI, dan PENDIDIKAN BANGSA.
Semoga bermanfaat bagi rekan2 lainnya. (Leo).
++++++++++++
A = Ananto
L = Leo
A = Malam Bung.
L = Malem mas, eh udah pagi ya?
A = Iya nih , malam mingguan yah?
L = Aku baru bangon tidur, hm.
A = Saya baca semua posting Bung, wah... wah... ttp
benar kok yang dikatakan mereka, you lebih low profile
mungkin tersa di pilihan kata yah?
L = Well, terserahlah, kata2 itu muncul sendiri.
A = Ada karya tulis lain yang menyibak spiritualitas
Indonesia?
L = Hm, kayaknya aku gak pernah nulis khusus tentang
spiritualitas indonesia. Kalo ditanya, ya aku jawab
apa adanya saja.
A = Ttp, kalau saya perhatikan, jawaban Bung terhadap
berbagai pertanyaan, kayaknya kok bisa menjurus ke
arah spiritualitas yah, misal dalam sanggahan Bung
terhadap serangan kaum psi konvensional, lalu soal
power?
L = Ya, misinya kan ngajarin orang untuk "Menjadi Diri
Sendiri". Menjadi Diri Sendiri is a spiritual
matter, hal yang rohaniah.
A = Ttp, bagi saya Transpersonal itu sesuatu yang
baru.
L = Itu bagian dari Psikologi yang orang2 Psikologi
gak bisa jalanin.
A = He... he...
L = Bisa juga diajarkan teorinya di fakultas2
psikologi, tetapi belum tentu yang belajar psikologi
transpersonal bisa menjadi praktisinya.
A = Konkritnya? Misal soal mengendalikan mimpi?
L = Hm,... mimpi dan penafsirannya itu bagian dari
psikologi juga. Dipelajari di fakultas psikologi,
tetapi pendekatannya beda2. Ada yang bilang mimpi cuma
release hormon saja. Itu psikologi biasa. Ada yang
bilang mimpi itu isinya sublimasi seksual saja, itu
pengikut Sigmund Freud.
A = Ya saya lihat serangan itu kepada Bung, atau
mungkin karena ini ilmu barat maka empiriknya
lebih disana, beda seandainya empiriknya di timur?
augustine siswanto:
L = Hm,... kalau aku lihat, mereka yang belajar
psikologi dan tidak menguasai transpersonal itu agak
iri kepada saya,... cuma itu saja. Mereka bilang itu
perdukunan. Pedahal transpersonal itu memperhitungkan
segala aspek manusia. -- Manusia sebagai makhluk yang
memiliki relasi timbal balik dengan alam semesta,
maupun dengan al khalik.
A = Persis, sebuah eksplorasi yang tadi saya katakan
bahwa lingkungan barat dan timur mungkin akan
menghasilkan kesimpulan berbeda.
L = Kalau psikologi biasa maunya main yang bisa
dihitung saja, yang bisa dipetakan saja, seperti
tes IQ dan tahap2 perkembangan manusia sampai dewasa,
atau tahap2 degradasi manusia sampai lupa diri dan
jadi "gila". Banyakan main pelabelan saja.
A = Pernah dengar mengenai Hamemayu Hayuning Bawono ?
L Pernah tapi gak tahu artinya. Bawono = Bumi ?
A = Oh ok, kayaknya itu dalam pemahaman saya juga
seperti yang Bung bicarakan. Bawono = Bumi, benar dan
Bumi itu Micro dan Macro, kayaknya itu masalah
vertikal dan horizontal.
Hamemayu artinya merawat, mempercantik dan mengatur
agar karunia sang pencipta yang cantik itu, Hayuning
Bawono adalah Bawono yang indah dan cantik, itu
selalu dijaga dan dirawat sebagai ungkapan rasa
syukur manusia karena karunia itu maka, manusia akan
selalu berusaha untuk menyelaraskan diri dengan alam
dan lingkungannya.
L = Ya itulah.
A = Apakah itu spiritualitas, Bung?
L = Itu spiritualitas, interpretasi spiritualitas
klasik. Di jaman posmo, itu bisa dibulak-balik, dan
orangnya masih bisa merasa ok aja.
A = Kami sedang berusaha menggarap itu, Bung. Iya dan
kadang2 justru terjebak ke atribusi posmo itu sendiri.
L = Well, posmo sebagai istilah jarang dipakai
benernya. Yang kita tahu, orang2 sekarang itu sudah
jadi posmo tanpa tahu istilah posmo. Itulah. Posmo itu
kan penjungkir-balikkan istilah2 jaman dulu. Pakem2
itu diputarbalikkan. Dan masih bisa merasa ok aja.
A = Kalau menurut Bung, mengapa ilmuwan atau orang
Indonesia cenderung silau dengan ilmu2 barat, terutama
untuk sosial? Padahal lingkungannya kan beda banget?
L = Karena "mind" mereka tidak dipakai. Mereka tidak
bisa melihat bahwa segalanya itu "simbol2" belaka.
Bahwa Barat, dengan segala peristilahan mereka, itupun
belief system belaka. Persepsi atau cara pandang
belaka yang menggunakan "simbol2" mereka sendiri.
A = Tetapi, bagi ilmuwan, bukankah itu justru yang
seharusnya dipakai?
L = Ilmuwan Barat menggunakan simbol2 Barat, itu ok
aja. Tetapi, ilmuwan Indonesia tidak mau melihat bahwa
simbol2 Barat itu cuma simbol belaka, dianggapnya itu
realita. Well, kurang lebih begitulah... aku seh
selama ini melihat bahwa baik Barat maupun Timur
memiliki kosa kata berbeda. Memiliki pengertian
berbeda.
A = Ok, ironis kan, seperti di politik dan ekonomi?
Ironis, in the same side...
L = Politik dan Ekonomi seharusnya dilihatnyapun
berbeda. Tapi ilmu2 itu kan memakai konsep Barat tanpa
perduli pandangan asli kita ini. Maunya diambil alih
begitu saja, dilihat dengan konsep Barat thok.
A = Persis.
L = Paradigma yang asalnya dari Barat langsung dipakai
begitu saja. Pedahal, kita bisa bikin paradigma
sendiri.
A = Contohnya menggali yang klasik tadi yah?
L = Ya, menggali yang klasik dan memberikannya
sentuhan baru sehingga orang akan mengerti. Kita
harus mengartikulasikan yang lawas dengan pakaian baru
sehingga orang akan bisa mengerti. Re-interpretasi is
another word. -- Banyak orang kita gak berani. Masa
melakukan re-interpretasi aja gak berani? Keterlaluan
kan?
A= Pendidikan adalah kata kunci, bagaimana ide atau
pemikiran Bung untuk memperbaiki ini?
L = Pendidikan is very basic. Ide aku tentang
pendidikan cuma satu, yaitu mendidik generasi penerus
untuk MENJADI DIRI SENDIRI.
A = Ttp, kita terikat oleh sistem yang Bung bicarakan
itu.
L = Memang ada sistem, dan sistem itu bergerak seperti
Lingkaran Setan. Tetapi, kalau orang mau menjadi diri
sendiri, ... maka Lingkaran Setan itu akan mulai
terputus. Sedikit demi sedikit terputus.
Menjadi Diri Sendiri dimulai oleh orang per orang.
Jujur terhadap diri sendiri, jujur terhadap sesama,
jujur terhadap Tuhan. Tanpa takut mendapat celaan,
tanpa takut ketinggalan oleh tetangga.
A = Bung membutuhkan actor kan?
L = Actor? Actor adalah pelaku, panutan?
A = He... he..., dalam setiap kesempatan beretemu aku
selalu menekankan: 1.) Jujur kepada diri sendiri 2.)
Jujur kepada keluarga dan lingkungan, dan 3.) Jujur
kepada Tuhan.
L = Ya, itulah. Dan dimana-mana, hambatannya cuma
satu, yaitu FEAR (ketakutan).
A = Gerakan sosial apa tidak butuh aktor?
L = Aktor itu perlu, tetapi karena aktor besar tidak
ada, maka jadilah aktor2 kecil. Gak apa2.
A = Lingkungan saya pada mengumpat denga tiga urutan
itu.
L = Ha ha ha, "Tuhan" kan konsep doang. Yang pasti itu
DIRI SENDIRI, itu pasti. LINGKUNGAN itu juga pasti.
A = Maaf, ttp saya percaya Tuhan itu ada, seperti
halnya dalam konsep HHB tadi.
L = Ya, itu konsep, musti dijabarkan lagi, musti ada
aktornya, musti ada volunteer, musti ada pengikut,
musti ada penganut. Musti ada MARTIR. -- Itulah mas,
martir itu harus lho.
A = Iyah, ttp kan harus masuk melalui pintu mereka dan
keluar dari pintu martir agar tidak konyol.
L = Well, dijalani sajalah. Aku melihat sekarang
banyak movement yang paralel. Banyak gerakan untuk
menjadi diri sendiri, walaupun tidak disebut sebagai
"gerakan".
Manusia2 yang berjalan sendiri. Kelompok2 dengan
tujuan tertentu tapi ternyata interest-nya di tempat
tertentu yang beda jauh. Banyak itu, ...
A = Saya juga merasakan itu. Saya menyebutnya sebagai
kondisi obyektif
L = Ya, kejenuhan orang. Orang2 sudah pada jenuh
dengan materialisme yang kebablasan seperti sekarang.
Mau menjadi diri sendiri saja susahnya bukan main.
Di Jakarta, PNS yang mau jadi diri sendiri saja
susahnya bukan main.
A = Nah, akhirnya sebenarnya jati diri sebuah bangsa
itu ada... Ok lah , Jkt memang lain, ttp Indonesia
kan bukan hanya Jkt?
L = Jati diri bangsa itu kan "akumulasi" dari jati
diri orang2 yang mengaku bangsa itu.
A = Bagaimana ide Bung agar budaya buruk Jkt tidak
meng-indonesia?
L = Sudah meng-Indonesia. Sudah kebablasan, menurut
aku. Well, gak bisa dibendung. Menurut aku, biar saja
sampai mencapai titik Nadir. Setelah itu akan balik
lagi ke atas.
A = Ok, anda bilang tadi harus dimulai pelan-pelan
melalui aktor kecil, dan tentu saja di berbagai
bidang,.. katanya harus ada yang memutus lingkaran
setan itu bit by bit?
L = Ya, memutus itu dilakukan oleh orang per orang.
Kalau secara organisatoris juga bisa. Tapi itu segmen
per segmen. Tanpa huru hara, tanpa gembar gembor.
Jalan saja apa adanya.
A = Ttp kalau sampai ke titik nadir, apa mungkin kalau
bung sudah meliat mengenai kejenuhan itu?
L = Aku sudah lihat, titik Nadir akan sampai cepat
atau lambat. Kalau bisa dipercepat lebih baik sebab,
kalau sudah menthok, pasti akan balik ke atas. Itu kan
hukum alam.
A = Get them along with? Saya menyebutnya, kondisi
subyektif ketemu dengan kondisi obyektif.
L = Ya, begitulah. Secara obyektif orang merasa tidak
berdaya. Tetapi, sebenarnya itu "persepsi" belaka.
Perubahan itu, on the other hand, cuma bisa dimulai
dari kondisi "subyektif". Di diri orang, pribadi per
pribadi.
Kalo orang mau sukarela berubah, dan makin lama makin
banyak orang yang mau berubah,... maka kondisi
obyektif akan berubah.
A = Kira2 he.. he.. bagaimana dalam teropongan Bung?
Itu yang aku jalani sekarang. Aku bilang sama orang
supaya gak usah perduli dengan "orang lain" (kondisi
obyektif). Urusin aja diri sendiri (kondisi
subyektif).
A = Jalani saja itu juga konsep dalam HHB. Ttp,
sebenarnya , kalau HHB jalan, tenteram dan damai
itu terwujud kok.
L = Ya, kalau diri sendiri udah di-urusin bener,
jujur, jadi diri sendiri,... dan itu ter-akumulasi,
maka kondisi "obyektif" akan berubah.
Well, semua bermula dari diri sendiri, dan by any
other name. Itu juga yang sering aku pakai. Any
other name maksudnya macem2 konsep, macem2 cara
pandang. Biar aja.
A = By any other name? I don't get it.
L = Maksudnya, orang memiliki cara pandang beda2, yang
disebutnya dengan istilah ber-beda2 (any other name).
Akhirnya semuanya akan SINKRON. -- Ha ha ha,... banyak
nama dalam "aliran" ini mas, namanya banyak. Macem2.
Tapi tujuannya memang ke arah sana. To the destination
that you see.
Banyak yang melihat, tapi yang melihat dan ingin jalan
kesana juga memiliki ide. Dan ide itu dinamakan beda2.
Itu yang aku namakan, by any other name. Sebutannya
beda2, biar aja. Malah bisa ada yang kelihatan
bertentangan, biar aja, ... semuanya SINKRON.
A = Oh, ok.
L = Ha ha, aku mao tidur lagi neh. Talk to you later
yah. Bye!
A = As you said, we are friends in the same direction.
Bye!
++++++++++++
[Leo adalah seorang praktisi PSIKOLOGI TRANSPERSONAL,
dan bisa dihubungi di nomor HP: 0818-183-615.
E-mail: <leonardo_rimba@ yahoo.com>.
Tentang REKON MATA KETIGA, please see this link:
<http://groups.
Untuk bergabung dengan MILIS SPIRITUAL-INDONESIA
please click this link:
<http://groups.
Send instant messages to your online friends http://uk.messenger
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar