Oleh: Imam Khomeini Imam Husein as. telah mengajarkan kepada kita apa yang harus dilakukan terhadap kedzaliman dan pemerintahan yang tiran. Imam tahu bahwa memilih jalan ini akan mengorbankan keluarga dan para sahabatnya, pun beliau tahu betul akan pengaruh serta dampak pilihannya itu. Berkat kebangkitan Imam Husein, wajah asli Yazid bin Muawiyah dan orang-orangnya tersingkap. Sejak awal, Yazid dan pengikutnya telah menginjak-nginjak nilai-nilai Islam, menyimpan kedengkian dan permusuhan terhadap Islam dan para pemimpin Islam. Di sini, pengorbanan Imam Husein berhasil menghancurkan dinasti Bani Umayyah. Berikutnya, kaum muslimin mulai menyadari betapa besarnya musibah yang menimpa mereka. Musibah inilah yang kemudian menggulingkan pemerintahan Bani Umayyah. Imam Husein as. juga mengajarkan kepada kita bahwa inilah jalan yang harus ditempuh oleh para pengikutnya. "Kalian jangan takut karena jumlah kalian sedikit". Kuantitas itu tidak akan berpengaruh. Kualitas kesiapan dan jihad lah yang akan menentukan. Mungkin saja jumlah suatu kelompok itu besar, namun mereka kehilangan nilai kualitas. Sebaliknya, ada kelompok yang berjumlah sedikit dan mampu menunjukkan kualitas mereka. Pada jaman itu, beberapa saat setelah kesyahidan Imam Husein as, sebagian orang yang jahil mempropagandakan bahwa beliau adalah pemberontak yang melakukan makar terhadap pemerintahan yang berdaulat. Meski begitu, cahaya Ilahilah yang tetap memancar dan menerangi dunia. Lalu, apakah tugas ulama, khatib dan lapisan rakyat lainnya di bulan Muharam yang suci ini? Imam Husein as. bersama keluarga dan para sahabatnya telah menjelaskan tugas itu kepada kita, yaitu berjuang di tengah medan dan berdakwah di luar medan. Sejalan dengan pengorbanan Imam Husein as. di medan jihad yang bernilai di sisi Allah dan berperan dalam kesuksesan misi beliau, khotbah-khotbah Imam Sajjad as[2] dan Siti Zainab[3] pun mengambil peran dengan nilai yang nyaris sama atau bahkan sebanding dengan pengorbanan Imam Husein as. Orang-orang suci ini menjelaskan kepada kita bahwa dalam menghadapi kedzaliman, baik laki-laki maupun wanita, tidak boleh ada yang merasa takut. Di hadapan Yazid, Siti Zainab berdiri dengan tegas dan tegar, tetapi merendahkan diri sedemikian rupa di hadapan khalayak. Citra buruk Imam Husein as dan Ahlul Bait yang diupayakan oleh Bani Umayyah menjadi pudar dan hilang berkat pidato-pidato Imam Sajjad as dan Siti Zainab di Syam serta Kufah. Saat ini, negara Islam buah dari revolusi Imam Husein as juga menghadapi masalah serupa. Badan Amnesti Internasional yang lebih tepat disebut sebagai "Badan Pemalsu Internasional" atau "Badan Pembohong Internasional", mengeluarkan pernyataan yang memuat tuduhan-tuduhan terhadap Republik Islam Iran, persis dengan tuduhan musuh-musuh Islam terhadap Rasulullah, keluarga 'Ahlulbayt' dan para pengikutnya di masa-masa awal Islam. Orang akan merasa malu tatkala ia hidup di dunia yang di dalamnya media massa dan organisasi sebesar Badan Amnesti Internasonal itu membual kebohongan. Orang akan menilai sebuah kebejatan ketika ia hidup di jaman yang di dalamnya nilai-nilai kemanusiaan dikorbankan demi kepentingan kekuatan adidaya yang hanya mementingkan materi belaka. Sangat disesalkan bahwa sekarang ini kita dihadapkan pada bencana semacam ini. Seberapa besar dan agungnya tujuan seseorang itu, sebesar itu pula kesusahan yang harus ia tanggung. Kita sendiri pun masih belum tepat mengukur seberapa besar kemenangan kita. Kelak, dunia akan mengerti prestasi kemenangan kita ini. Namun begitu, semakin besar kemenangan ini, sekadar itu pula besarnya musibah dan cobaan kita. Kita tidak boleh lalai, lalu berharap bahwa musuh-musuh kita akan membiarkan kita, tidak lagi berusaha melenyapkan kita. Perjuangan pengikut Husein saat ini harus seperti perjuangan pada awal revolusi. Tugas para ulama, khatib Jum'at dan imam Jamaah maupun orang-orang yang hendak berbicara dengan masyarakat, ialah menerangkan kepada mereka hakikat dan tujuan perjuangan Imam Husein as. serta apa yang telah dikorbankannya demi perjuangan itu sampai akhir, meski sebenarnya perjuangan beliau belum berakhir, dan akan terus berlanjut. Kita semua, khususnya para penceramah, harus sadar bahwa kalau bukan karena kebangkitan Imam Husein as, sesungguhnya kita tidak akan menang dalam revolusi. Persatuan rakyat yang merupakan sumber kemenangan (revolusi) kita muncul berkat acara-acara duka memperingati Asyura. Acara-acara ini efektif sebagai lahan dakwah Islam. Imam Husein as, penghulu para syahid kita, telah menyiapkan sarana bagi rakyat supaya mereka bisa berkumpul tanpa ada kesulitan. Masjid-masjid menjadi basis perjuangan rakyat. Dari sanalah asas-asas kemenangan Revolusi dirintis dan dibangun. Selain itu, Imam Husein as. telah mengajarkan kepada kita apa yang harus dilakukan di dalam dan luar medan pertempuran; apa yang harus dilakukan oleh mereka yang berjuang dengan senjata, dan apa yang harus didakwahkan oleh mereka yang berada di garis belakang. Beliau ajarkan bagaimana cara sebuah kelompok yang kecil jumlahnya menghadapi kelompok yang besar jumlahnya. Keluarga beliaupun mengajarkan kepada kita apa yang dilakukan setelah musibah itu terjadi. Apakah kita harus menyerah? Ataukah kita turunkan perlawanan kita? Ataukah kita harus menapaki jejak Siti Zainab as. yang senantiasa tegar di tengah musibah yang tiada bandingnya itu dan berbicara lantang di hadapan kekufuran dan menyingkapkan kebenaran? Atau seperti Imam Sajjad as. yang dalam keadaan sakitnya tetap melakukan dakwah meneruskan misi ayahnya? Peran Acara-acara Asyura dalam Kebangkitan Rakyat Dulu, orang munafik selalu katakan bahwa kita adalah bangsa cengeng, supaya kita meninggalkan majlis-majlis Asyura. Majlis-majlis Asyura ini dibubarkan oleh orang-orang yang justru hadir di dalamnya. Apakah pembubaran ini karena majlis-majlis itu sendiri, atau karena mereka tahu betapa pengaruhnya seperti sekarang ini hingga mereka larang penyelenggaraannya? Masalah pelarangan dan pembubaran ini sama halnya dengan pelarangan memakai serban, karena mereka tahu bahwa serban dan majlis duka ini akan menjadi penjegal kepentingan dan maksud mereka. Di bulan Muharam ini, ketika sebuah bangsa berkumpul guna memperingati kesyahidan Imam mereka, jangan kalian kira bahwa mereka datang hanya untuk menangisi Imam Husein as. Beliau sama sekali tidak butuh pada tangisan kita. Tangisan itu tidak berpengaruh (untuk pribadi beliau, peny.). Bahwa rahasia majlis-majlis ini menyatukan mereka dan mampu membangun persatuan di antara mereka. Di dua bulan suci ini (Dzulhijjah dan Muharam, pent.), khususnya hari Asyura, jutaan orang berkumpul dan menyerukan hal yang sama. Dalam bulan Muharam ini, para ulama dan khatib dapat memobilisasi rakyat dan menghimpun mereka untuk satu tujuan. Sisi politis majlis-majlis ini lebih kuat ketimbang sisi-sisi lainnya. Para Imam maksum as. tidak sembarang -waliyadzubillah- menyuruh kita untuk berkabung mengenang musibah mereka. Bukan sebuah omong kosong bahwa kita akan mendapatkan pahala saat kita menangis, membuat orang menangis, atau pura-pura menangis sekalipun, demi memperingati musibah para Imam kita. Inti masalah Asyura bukan menangis atau pura-pura menangis, tapi muatan politis yang ada pada majlis-majlis itu. Melalui majlis-majlis ini, para Imam as. hendak menyatukan pengikut-pengikutnya dan menggerakkan mereka untuk bangkit. Kebanyakan perkara dalam Islam bermuatan politis. Perkumpulan-perkumpulan yang sebagiannya diwajibkan atau di-mustahab-kan, semua itu adalah perkara-perkara politik. Salah satunya ialah haji. Di Mekkah, jutaan muslimin berkumpul untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan Allah atas mereka. Ini bukan berarti Allah membutuhkan ibadah kita. Dia mewajibkan haji supaya muslimin berkumpul di satu tempat dan membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan Islam. Sayangnya, karena ketidaktahuan kita, umat Islam memang berkumpul di Mekkah, tapi tidak tergerak untuk mendiskusikan masalah-masalah mereka. Alhamdulillah, sekarang kondisinya lebih baik. Alangkah baiknya bila negara-negara muslim itu sedikit mau bersusah payah; memberangkatkan sebagian rakyatnya untuk ibadah haji hingga mereka bisa berkumpul bersama saudara muslim lainnya. Muatan politis dalam muktamar besar umat Islam di haji adalah mereka saling berkenalan dengan yag lain, mengetahui persoalan masing-masing dan mencoba untuk mencari jalan keluarnya. Kalaulah umat Islam menunaikan ibadah haji itu sesuai dengan ruhnya, tentu mereka tidak akan menemui berbagai problema seperti sekarang ini. Alangkah baiknya bila negara-negara ini memahami hikmah pertemuan rakyat mereka di Mekkah dan tidak tunduk pada kekuatan-kekuatan besar dunia. Semestinya, mereka paham bahwa memerintah rakyat yang sadar masih lebih baik daripada memerintah rakyat yang tidak tahu apapun. Menanggung musibah karena menentang kediktatoran lebih baik ketimbang hidup senang dalam perbudakan. Kalau saja mereka sadari hal ini, mereka akan permudah urusan haji bagi rakyat mereka hingga ibadah haji berlangsung lebih baik lagi daripada sekarang. Atau, mereka sendiri yang pergi haji dan duduk bersama pemimpin-pemimpin negara lain guna membicarakan jalan keluar persoalan mereka. Bila hal ini terwujud, niscaya Islam akan menjadi satu kekuatan dunia yang tak tertandingi. Selain haji, ada hari raya Ied; satu momentum lain bagi muslimin untuk berkumpul dan bersatu. Begitu pula halnya shalat Jumat yang di dalamnya dibicarakan berbagai masalah terkini. Masih ada lagi shalat-shalat Jamaah di masjid yang memungkinkan umat Islam untuk berkumpul. Namun, harus diusahakan supaya masjid tidak hanya dipenuhi oleh orang-orang tua, tapi anak-anak muda juga harus bergabung bersama mereka di sana. Kalaulah kita sadari betapa banyak masalah politik yang bisa diselesaikan dalam perkumpulan-perkumpulan seperti ini, kita tidak akan lagi santai seperti sekarang dan membiarkan masjid-masjid itu hanya disesaki orang-orang tua. Bulan-bulan Muharam, Shafar dan Ramadhan menyediakan banyak berkah yang tak terhitung. Berkumpulnya rakyat untuk mengenang Imam Husein as. tetap memiliki berkahnya yang khas, meskipun masalah-masalah politik tidak diungkapkan di dalamnya. Upaya-upaya Anti Syiar Islam Pada jaman ini, kita lebih membutuhkan majlis-majlis ini lebih dari sebelumnya. Jangan sampai kita dihasut oleh sebagian orang agar kita mengeluarkan uang demi membiayai perang atau korban perang. Memang benar bahwa kita harus memperhatikan para korban perang dan menghargai jerih payah mereka selama perang. Namun, bukan berarti kita harus konsentrasikan diri kita pada hal ini saja dan melalaikan yang lain. Sekali lagi saya tekankan, sekarang kita lebih memerlukan majlis-majlis takziyah (berkabung) lebih dari dahulu. Pawai-pawai Asyura ini telah memiliki warna politis dan hal ini memang benar adanya. Ketika jutaan orang berkumpul memperingati kesyahidan Imam Husein as. dan di sana para penceramah membicarakan isu-isu terkini, di sinilah revolusi. Maka itu, kita perlu syiar Ilahi. Sebagian orang sering katakan bahwa karena kita sudah sukses dalam Revolusi, maka itu kita tidak lagi perlu peringati Asyura. Ini sama saja kita tidak perlu shalat lagi setelah kita menang dalam Revolusi. Justru kita lakukan revolusi demi menegakkan shalat dan syiar-syiar Islam lainnya, bukan untuk meruntuhkannya. Menjaga Asyura tetap hidup adalah tugas politis-ibadah. Berkabung untuk orang yang telah berkorban demi Islam berperan besar dalam memajukan Revolusi. Kita sangat berhutang budi pada majlis-majlis duka ini serta takbir-takbir yang diserukan di sana. Kita tidak berkumpul dalam majlis-majlis ini untuk sekedar menangis. Tangisan kita adalah tangisan politis. Air mata kita akan menghancurkan segala hal yang membendung laju Islam. Dahulu pun mereka berkumpul meratapi kekalahan Iran dari Islam. Kalau memang tangisan itu bermasalah, kenapa mereka tangisi kegagalan usaha mereka untuk memenangkan Majusi atas Islam? Sebagian orang tidak menginginkan kita menangisi seorang syahid Islam. Mereka mempermasalahkan tangisan kita. Mereka tidak ingin kita menghidupkan sebuah peristiwa yang menghancurkan penguasa jaman itu. Mereka tidak menghendaki kita menjadi seperti para syahid Karbala. Mereka dikerahkan untuk mempropagandakan hal ini dan sayangnya, sebagian orang malah tertipu oleh mereka. Para pemuda hendaknya sadar bahwa semua propaganda anti syiar Islam berasal dari musuh-musuh Islam dan disebarkan oleh antek-antek mereka. Rahasia apa yang ada di balik serban dan majlis duka ini hingga mereka berambisi melenyapkannya? Sesungguhnya majlis-majlis ini adalah pemersatu umat. Mereka takut para penceramah bicara di tengah rakyat dan menyatukan mereka menentang penjajahan. Inilah yang mereka takutkan. Sekedar kita hadir untuk menangis tidak membuat mereka kuatir, selama minyak kita dapat mereka ambil lalu kita diam saja. Yang mereka kuatirkan ialah dampak politis majlis-majlis ini. Mereka yang percaya diri sebagai cendekiawan jangan berpikir bahwa majlis-majkis semacam ini sudah tidak berarti lagi. Sebaliknya, tangisan-tangisan inilah yang melancarkan kerja kita dan menyadarkan rakyat. Kita harus mengambil pelajaran dari pelarangan Ridha Khan terhadap penyelenggaraan majlis Asyura. Ia larang majlis Asyura karena majlis ini bertentangan dengan kepentingannya. Ia menentang ulama karena mereka membahayakannya. Begitu pula halnya ketika ia menentang universitas. Ia baru menyetujui universitas yang seiring dengan kemauannya dan para alumnusnya bekerja untuk kepentingannya. Di jaman ini, kekuatan besar dunia menentang semua lambang keislaman bangsa kita. Propaganda mereka lebih berbahaya dibanding ancaman perang mereka. Di sini kita harus serius menghadapinya. Bangsa yang siap untuk syahid dan memandang kesyahidan sebagai sebuah kemuliaan, tidak pernah merasa takut perang. Lagi pula, ketika perang terjadi, rakyat kita akan lebih sadar dan gairah. Kalian lihat, perang ini (perang Iran-Irak, pent.) kembali menghidupkan Iran dan membakar semangat Revolusi. Meskipun mulanya kita pikir bahwa perang ini merugikan, tapi ia juga membawa sisi positif. Memang kita banyak kehilangan anak-anak muda kita dalam perang ini. Namun, demi tegaknya Islam, tidak ada yang perlu ditakuti. Yang harus dikhawatirkan adalah propaganda-propaganda mereka untuk meliburkan majlis-majlis Asyura. Rakyat harus bersungguh-sungguh menjaga syiar-syiar Islam, khususnya Asyura ini. Makna sabda Rasulullah saww. " Aku bagian dari Husein " adalah bahwa agamaku tetap hidup karena dia. Semua karunia ini berasal dari syahadah beliau. Bani Umayyah bertekad untuk melenyapkan Islam dari muka bumi dan mendirikan kerajaan Arab. Dengan syahadahnya Imam Husein as, umat Islam sadar bahwa permasalahannya bukan antara Arab dan non-Arab, tapi antara Islam dan kekufuran. Oleh karena itu, jagalah acara-acara Asyura ini baik-baik. Sesungguhnya acara seperti ini menghidupkan Islam dalam hati kalian. Jagalah shalat Jamaah, shalat Jumat, hari-hari besar Islam dan syiar-syiar di dalamnya. Para ulama dan penceramah harus membimbing rakyat dalam masalah-masalah sosial-politik Islam dan jangan lupakan majlis-majlis takziyah ini, karena dengannya kita akan tetap hidup. Islam telah diperjuangkan dengan sepenuh jiwa Rasulullah saww, Keluarga dan para sahabatnya. Ia datang dari sisi Allah dan ini harus kita jaga. Seandainya -wal`iyadzubillah- kemenangan kita berubah menjadi kekalahan lantaran kelalaian kita, ketahuilah bahwa Islam tidak akan kembali tegak hingga berabad-abad nanti. Ini adalah tugas besar yang harus kita terima. Akhir jalan ini adalah syahadah dan berjumpa dengan Sayyid Al-Syuhada Al-Husein as serta manusia-manusia seperti beliau. Ini adalah puncak harapan semua pecinta Allah. Kita dengar bagaimana para pemuda juang kita beribadah dengan khusuk di malam hari dan berjihad penuh semangat di siang hari. Ini adalah suatu kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita. Jagalah nikmat ini sebaik-baiknya. Kalian para ulama yang ada di sini dan di tempat lain bertanggung jawab menjaga dan mensyukuri nikmat Allah ini. Tabligh adalah perwujudan rasa syukur kalian. Kalian harus sampaikan kepada masyarakat asas yang diperjuangkan Imam Husein as, jalan yang ia tempuh dan kemenangan yang ia turunkan untuk Islam. Kalian sampaikan bahwa jalan memperjuangkan Islam adalah apa yang beliau lakukan. Beliau tahu bahwa seorang dzalim yang punya segalanya (dari segi materi) tidak bisa dilawan dengan segelintir orang. Namun begitu, beliau yakin bahwa kesyahidanlah yang akan memenangkan Islam dan memberinya nafas baru. Kematian para syahid mihrab, mulai dari Madani -semoga Allah merahmatinya-1 sampai syahid terakhir kita inilah yang akan menjamin kemenangan kita. Kesyahidan ini akan mempermalukan musuh-musuh kalian di hadapan dunia, meski semua dunia memihak musuh kalian. Dengan semua kebohongannya, Badan Amnesti Internasional pun memiliki bukti yang kuat. Bukti kuat mereka adalah pernyataan kaum munafik (Barisan Mujahidin Khalg, peny.) bahwa kita mencintai kesyahidan. Ini adalah bulan Muharam dan saatnya kalian harus bertabligh. Hidupkan Muharam ini, karena semua yang kita miliki sekarang berasal dari Muharam dan acara-acara yang diadakan di bulan ini. Kita tablighkan Muharam dan kesyahidan Imam Husein as. Harus kita pahami seberapa besar pengaruh syahadah beliau di dunia sampai sekarang ini. Kalau bukan karena acara-acara duka ini, kita tidak mungkin menang dalam perjuangan kita. Semangat para pejuang kita di medan tempur tetap berkobar karena cinta mereka terhadap Imam Husein as. Dalam acara-acara yang diadakan di bulan ini, hendaknya para ulama dan penceramah membicarakan masalah-masalah sosial-politik terkini dan menerangkan tugas rakyat dalam menghadapi musuh. Sampaikan bahwa kita masih berada di tengah jalan, dan insya Allah kita akan sampai di akhir jalan ini. Di atas jalan ini, apabila kita tetap konsisten, kemenangan mutlak akan kita dapatkan, tentunya kalau kita tidak lalai dan lengah. Hanya Allah Pelindung Kita Di awal revolusi, kita serukan slogan "Republik Islam, Merdeka, Tidak Barat-Tidak Timur ". Kita serukan bahwa kita tidak di bawah Amerika, tidak pula di bawah Soviet. Kita hanya berada di bawah lindungan Allah dan panji Imam Husein as. Ketika kalian teriakan ini, tentu dunia akan bangkit menentang kalian. Sejak awal, harus kalian camkan bahwa tatkala Imam Husein as. bangkit menghadapi sekian banyak musuhnya dan syahid di jalan ini, kita pun harus siap untuk menjadi syahid. Sekarangpun, kalian lihat, meski sebagian imam Jum'at kita diteror, mereka yang masih hidup menyuarakan lantang bahwa mereka akan tetap mengemban tugas mereka dan siap untuk mati. Kita semua harus berjiwa demikian. Apabila kalian bangkit berjuang demi materi, demi ekonomi, demi kesenangan duniawi, tentu akan banyak orang yang tidak merasa puas. Nyatanya, rakyat tidak pernah mengeluh. Hanya mereka yang tidak dapat menikmati kembali kesenangan materi merasa tidak puas terhadap Revolusi. Sebaliknya, mereka yang bangkit demi Islam tidak punya angan-angan buta dan harapan kosong. Rakyat semacam ini tidak akan pernah merasa lelah. Mereka tidak akan mengatakan, karena kita tidak mampu mendapatkan kesenangan duniawi, maka tinggalkan saja Revolusi. Mereka melihat bahwa harapan mereka, yaitu Islam, telah tercapai. Sekarang, gelombang revolusi kalian telah menyebar ke penjuru dunia. Dahulu, orang Iran identik sebagai budak Amerika. Hari ini, semua orang akan membenarkan bahwa Republik Islam telah keluar sebagai pemenang, dan kemenangannya akan terus berlanjut. Optimis terhadap Rahmat Allah! Saudara-saudara sekalian, "Jangan putus asa dari rahmat Allah"1. Dengan inayah Allah, kalian akan menang di dunia ini. Kalian adalah bangsa pejuang. Bangsa yang tidak bisa melakukan apa-apa, niscaya terlantar, menyendiri. Amerika, Soviet atau kekuatan lainnya akan takut pada bangsa seperti ini. Dahulu, mereka perlakukan rakyat seperti domba yang mereka perah dan potong-potong. Memang benar sebagian orang dapat mengenyangkan perut mereka, tapi bagaimana dengan orang-orang miskin? Kebanyakan rakyat kita berada di bawah garis kemiskinan, tidak mendapat perhatian sama sekali. Sekarang, dalam waktu yang singkat ini, mereka mendapatkan perhatian lebih daripada waktu itu. Namun, hal ini bukan alasan dan tujuan kebangkitan kalian. Ini hanyalah sebuah berkah Revolusi. Yang kalian inginkan ialah Islam. Yang kalian harapkan ialah kemerdekaan dari belenggu Barat dan Timur, dan ini telah kalian capai. Untuk itu, jagalah hasil jerih payah kalian ini. Sekarang, sebagian orang percaya bahwa kita harus pilih Barat atau Timur. Tapi, rakyat sudah tidak lagi menerima hal ini, karena sejak awal kebangkitan, mereka ingin merdeka dan bebas dari keduanya. Setelah darah anak-anak mereka tumpah di jalan ini, apakah mereka bersedia berbalik ke belakang? Tidak, mereka tidak akan lakukan hal ini dan akan tetap teguh di jalan mereka. Jangan lupa bahwa kalian telah unjuk kekuatan di hadapan dunia. Semua dibuat bingung bagaimana cara menghadang kekuatan kita. Sebelum ini, belum pernah sebuah kelompok kecil mampu memamerkan kekuatannya melawan kekuatan-kekuatan besar dunia. Kalian telah hidupkan Islam dan kalian bertanggung jawab untuk menjaganya. Mulai dari para marjie (mujtahid) sampai talabeh (pelajar agama) yang baru memulai, semua berkewajiban untuk melindungi Islam. Para penceramah bertanggung jawab untuk membangunkan rakyat melalui khutbah-khutbah mereka. Para ulama dan imam Jamaah hendaknya bergabung bersama rakyat di pos-pos mereka. Alhamdulilah, rakyat pun selalu siap dan kita patut berterima kasih kepada mereka. Sejujurnya, kita benar-benar berhutang budi kepada mereka yang telah memberikan apa yang mereka miliki dan tidak meminta balasan dari kita, mulai dari wanita-wanita tua yang memberikan apa yang mereka simpan selama hidup, sampai orang-orang yang memecahkan celengan mereka demi Islam, semua turut serta dalam perjuangan. Saya tidak mampu untuk menghargai mereka sepenuh-penuhnya. Saya hanya bisa berharap semoga Allah selalu memberikan inayah-Nya kepada mereka. Dan, semoga Allah melindungi kalian semua, sehingga kita dapat menjaga majlis-majlis duka Imam Husein ini dengan semestinya. Wassalamu`alaikum wa rohmatullah wa barokatuh.[Alam F] Rujukan: [1] Disadur dari Sahifeh-e Nur, Intisyarat sahami Chapkhaneh Wizarate Islami, Tehran, 1362 HS, ceramah 25 Mehr 1361 HS/ 29 Dzulhijjah 1402 HQ. [2] Imam Ali bin Husein Zainal Abidin as (Putera Imam Husein as , Imam ke-5) dimakamkan di pekuburan Baqi Madinah [3] Sayyidah Zainab binti Ali bin Abi Thalib (Saudara Imam Husein as) 1 Syahid Asad Allah Madani, wakil Imam dan imam shalat Jum'at Tabriz yang dibunuh oleh munafiqin di mihrab. 1 Yusuf: 87 |