Pa kabar mas…seneng liat sampeyan muncul lagi
Betul sih, bisa jadi seorang tukang becak cinta profesinya, dan mungkin saja dia bisa menemukan kedamaian di kondisi itu…tapi bila tidak ada peningkatan kualitas hidup, tidak ada perubahan…itu indikasi kadar fatalitic yang lebih tinggi…. fatalitisme bukanlah kondisi digital ya dan tidak tapi adalah gradasi kadar diantara keduanya…dan kontekstual
pointnya disini adalah “perubahan” …keniscayaan, dan bahkan esensi dari hidup adalah perubahan, dan kondisi statis, adalah indikasi fatalistisme…karena semakin rendah kadar fatalistic, semakin akan ada afirmasi (niat) dalam benaknya yang akan menggerakkan dia untuk berubah tanpa meninggalkan keniscayaan proses yang harus dijalani (usaha)
dalam hal tukang becak, setuju bahwa keikhlasan menjalankan proses saat “mbecak” itu perlu…tapi tidak boleh ikhlas, nerimo sebagai tukang becak, yang berarti fatalistik dalam konteks ketukang-becak-
menurut saya, kesalahan pemaknaan “ikhlas” ini umum terjadi di bangsa kita…kadar “nerimo ing pandum” yang tinggi…hingga gerak majunya seret
kedamaian, kebahagiaan, memang berpeluang ditemukan dalam kondisi tingkat kesejahteraan, standard maupun kualitas hidup rendah maupun tinggi…tapi peluang lebih tinggi bila kualitas hidup/kesejahteraan tinggi pula
yang skeptis akan bilang, emang harta bisa jadi jaminan rasa damai, bahagia? Memang tidak. Tapi seperti kata teman saya “kaya dan miskin itu ujian…lha karena sama2 diuji…..ya mending milih diuji jadi orang kaya” J
Salam,
Anwar
From:
Sent: Friday, January 18, 2008 2:15 PM
To:
Subject: [psikologi_transfor
Halooo mas Anwar...,
Lha kalau ada yang bener-bener udah jatuh cinta ma profesinya jadi
tukang becak gimana? Mereka belum tentu fatalistik lho....
Salam,
Adhi Purwono.
--- In psikologi_transform
<aharyono@..
>
> Salam mas Agus,
>
>
>
> Masalahnya adalah, seorang yang ikhlas menjadi tukang
becak..meskipun hati
> damai, tapi selamanya jadi tukang becak
>
>
>
> Ikhlas ga berarti fatalistic, jadi bila ikhlas dimaknai secara benar
sebagai
> ikhlas atas hasil bukan pada niat dan usaha, semua tukang becak di
dunia ini
> dah gak jadi tukang becak lagi....dan semua hatinya damai :-)
>
>
>
> Salam,
>
> Anwar
>
>
>
> _____
>
> From: psikologi_transform
> [mailto:psikologi_transform
> Sent: Monday, January 14, 2008 1:32 PM
> To: psikologi_transform
> Subject: [psikologi_transfor
>
>
>
> terima kasih mas atas pertanyaannya,
>
> alangkah indahnya jika setiap orang mampu bekerja ikhlas sekalipun
> itu tukang becak. kemampuan bekerja ikhlas melebihi kerja keras dan
> kerja cerdas..siapapun yang kerja ikhlas akan menemukan kedamaian
> dihati..kalo istilahnya Mas goen, bekerja tidak memikirkan diri
> sendiri, yang dipikirkan kepentingan usernya. makanya membawa
> kedamaian dihati orang yang kerja ikhlas.
>
> ayo..kerja ikhlas..
>
> salam,
> agussyafii
>
> --- In psikologi_transform
> <mailto:psikologi_
> "tuhantu_hantuhan"
> <tuhantu_hantuhan@
> >
> >
> > Quote 01: Kerja keras belum tentu produktip, lihat tukang becak ,
> > sungguh ia
> > sudah kerja keras mengayuh becaknya hingga ngos-ngosan keringatan,
> > tetapi hasilnya ternyata tidak memadai. End of quote.
> >
> > Quote 02: Nah ada jenis kerja lain,yaitu kerja ikhlas.
> > Dapat banyak alhamdulillah, dapat sedikit alhamdulillah, belum
> dapat,
> > sabar dan berusaha lagi. End of quote.
> >
> > Tuhantu: Pak Agussyafii, gimana kalau seandainya para kaum penarik
> becak
> > tersebut (quote 01) adalah termasuk mereka yang dipaparkan pada
> quote
> > 02?...
> >
> > Be Fun
> >
> > Tuhantu
> >
> > http://hole- <http://hole-
> <http://hole- <http://hole-
> >
> >
> >
> >
>
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar