Dear Mbak Ita,
Saya juga nggak terlibat di bidang psikologi klinis, jadi kalau ditanya perkembangannya di Indonesia, saya tidak tahu. Tapi setahu saya, Bipolar (Tipe I & II) memang termasuk kelompok gangguan jiwa berat, dimana gangguannya sudah bukan sekedar dalam psikis, melainkan berdampak/mencakup unsur biologis juga. Karena sudah berdampak/mencakup unsur biologis, tentu saja sekedar terapi tidak akan berhasil. Unsur biologis yang terkena harus diobati/ditanggulangi secara fisik, dengan obat-obatan.
Setahu saya pula, gangguan jiwa berat seperti ini memang akhirnya harus tergantung pada obat-obatan, dan menjadi ranah kerja Psikiater (dokter spesialis kejiwaan, yang lulus dari Fakultas Kedokteran dan kemudian mengambil spesialisasi kejiwaan). Gangguan jiwa berat seperti ini bukan lagi ranah kerja Psikolog Klinis (lulusan Fakultas Psikologi dengan spesialisasi pada gangguan kejiwaan), karena seorang Psikolog tidak berhak meresepkan obat-obatan seperti Psikiater.
Jadi, kalau memang teman Anda itu sudah didiagnosa sebagai penderita Bipolar, maka memang dia benar: yang paling dibutuhkannya adalah obat-obatan, dan pendampingan psikologis (konseling) hanya akan berfungsi untuk membantunya menerima keadaan (tidak menyembuhkan gangguannya). Artikel2 yang Anda baca itu benar; memang yang lebih dibutuhkan adalah obat.
Namun.. yang harus hati-hati adalah pada penegakan diagnosa ini. Dari email Mbak Ita, saya mendapat kesan bahwa diagnosa ini bukan berasal dari psikolog maupun psikiater? Dari siapa diagnosa ini didapatkan?
Jika memang ini belum terdiagnosa secara pasti, hanya baru berupa tebak2an, yang saya sarankan adalah membawanya pada Psikolog Klinis. Yakinkan bahwa untuk mendapatkan diagnosa seperti ini, dibutuhkan seorang ahli, karena gejala antar satu gangguan kejiwaan (ringan dan berat) saling bertumpang tindih. Psikolog Klinis lebih berpengalaman memilah-milah gangguan kejiwaan tersebut, karena memang dilatih untuk itu. Jika memang tergolong Bipolar, dimana perlu obat, maka Psikolog Klinis akan merekomendasikannya kepada Psikiater.
Saya sarankan tidak langsung dibawa ke Psikiater. Dengan tidak mengurangi rasa hormat pada Psikiater, selalu ada kecenderungan bahwa psikiater akan langsung memperlakukan setiap klien yang datang sebagai PASTI menderita gangguan jiwa berat dan PASTI butuh obat. Hal ini adalah sesuatu yang wajar, mengingat background pendidikan seorang psikiater adalah kedokteran; mereka dilatih untuk mencari masalah fisik (biologis) dan menyembuhkannya dengan obat. Sementara, sebaliknya, psikolog dilatih untuk mencari masalah jiwa terlebih dahulu, karena tidak semua masalah kejiwaan membutuhkan obat.
Untuk bahan referensi, boleh dilihat juga di sini panduannya: http://allpsych.com/disorders/mood/bipolar.html
Semoga membantu, Mbak Ita.
Salam,
--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "goenardjoadi" <goenardjoadi@...> wrote:
>
> Mbak Ita,
>
> saya lebih awam lagi soal psikologi, namun saya sudah ketemu pasien
> Bipolar tipe II, ada yang sudah sembuh, ada yang belum sembuh,
> vincent.
>
> Bipolar itu artinya swing, kadang manic [maniak], kadang
> depressive. pasien bisa 3 hari menangis mau bunuh diri, namun
> setelah itu bisa menjadi over confident.
>
> Mengapa bisa jadi begini?
>
> 1. Kalau seseorang sudah merasa dikhianati terlalu banyak orang,
> atau merasa ditipu, dan dibohongi oleh terlalu banyak orang
>
> 2. Kalau seseorang merasa sudah mendekatkan diri pada batin, marasa
> sudah menguasai batin, dan mengatas-namakan batin, maka cenderung
> batin tersebut bisa tiba-tiba hilang, atau ragu, pada saat itu, yang
> tadinya over confident, maka bisa kehilangan pegangan, seolah-olah
> tidak ada lagi yang mendukung dirinya lagi.
>
> Bagaimana cara mengobati?
>
> Berdasarkan pengalaman saya:
>
> 1. Melakukan pendekatan jiwa yang benar, melalui proses step-by-step
> yang benar, apakah itu jiwa?
>
> 2. pengenalan jiwa
>
> 3. memberi makan jiwa
>
> 4. menemukan kembali jiwa yang hilang
>
> 5. melatih rasa confident, bahwa masih ada orang baik di dunia ini.
>
> salam,
> goen
>
>
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "Carmelita Renatha"
> carmelita_renatha@ wrote:
> >
> > Rekan rekan,
> > perkenalkan saya Ita, awam psikologi.
> > Apakah ada yang bisa memberi masukan mengenai Bipolar Tipe II?
> > Mengenai perkembangannya di Indonesia? Apakah penyakit ini hanya
> > bisa diselesaikan dengan obat antidepresan? Apakah konseling
> > psikologi tidak mampu banyak membantu? jika konseling membantu,
> > bagaimana meyakinkan seseorang yang meyakini dirinya mengidap
> > Bipolar II untuk berkonsultasi dengan psikolog di saat dia hanya
> > menginginkan antidepresan? Beliau menolak untuk diajak ke psikolog
> > namun untuk ke psikiater juga sulit. Terus menerus mengajukan
> > pertanyaan seputar antidepresan. Ajakan saya untuk bertemu
> psikolog
> > sepertinya berujung kekecewaan pada dirinya, merasa tidak di-
> > mengerti bahwa yang dideritanya adalah sakit dan hanya butuh obat.
> >
> > Saya sangat memerlukan informasinya karena beberapa artikel
> tentang
> > bipolar II yang saya temukan hanya berbicara bahwa sakit ini
> seakan2
> > hanya butuh obat antidepresan dan dipergunakan rekan saya sebagai
> > semacam pembenarannya.
> >
> > Terima kasih sebelumnya.
> >
> > salam hangat,
> > Ita
> >
>