--- In psikologi_transform
wrote:
>
> "Timur" sebagai nasihat-nasihat tidaklah terlalu penting. Yang
> menurut teman tersebut yang istimewa adalah Timur sebagai disiplin
> berpikir alternatif. Cara berpikir timur : holistik, melihat
> interkoneksi antara bagian-bagian, melihat baik Yin maupun Yang, non-
> linier.
> (catatan :umumnya yang diartikan timur adalah China, Jepang dan
> India; Jawa lain lagi : mengutamakan kehalusan rasa).
> ............
> Mari kita gali terus Cara Berpikir Timur !
>
harez:
Saya tidak menyangkal bahwa sejauh ini "timur" lebih banyak diartikan sebagai China, Jepang dan India, karena memang pemikiran-pemikiran dan fenomena-fenomena dari sanalah yang telah lebih dahulu digali dan dikenal. Walaupun demikian, dalam pemahaman saya, "timur" tetaplah lebih luas dari sekedar "China, Jepang, India".
Pada kongres ARUPS (ASEAN Regional Union of Psychological Societies) atau Himpunan Masyarakat Psikologi se-Asia Tenggara pada tahun 2006 yang lalu,pada sesi ke-4 hari pertama bertema "THE FUTURE OF PSYCHOLOGY IN ASEAN", Prof. Dr. M. Noor Rachman Hadjam dari UGM antara lain mengemukakan bahwa di masa sekarang dan yang akan datang, ada beberapa orientasi yang mesti diperhatikan oleh psikologi, yaitu: 1) multidisiplin (connected dg disiplin ilmu yg lain), kuncinya: research collaboration; 2) aplied (bisa diterapkan di masyarakat), kuncinya: competence advance; dan 3) kontekstual, kuncinya: cultural sensitiveness.
Pada sesi tersebut juga banyak dibicarakan tentang pentingnya cross cultural psychology dan indigenous psy di ASEAN, karena ASEAN ini negeri dengan beragam budaya. Kita mestinya mulai mengambil langkah2 bertahap untuk `mengubah' western psychology yang kental dengan nuansa behaviorisme dan kognitif, menuju eastern psychology yang lebih sesuai dengan kondisi masyarakat di Asia Tenggara. Pak Djamaluddin Ancok ikut nimbrung diskusi dengan menambahkan bahwa beberapa konsep yang lebih sesuai untuk pengkajian eastern psychology misalnya FEELING (sebagai ganti `thingking' dalam konsep western), MEDITATION, ESQ, EQ (sebagai ganti IQ), dll.
Pada sesi ke-2 hari kedua yang bertema "CROSS CULTURAL PSYCHOLOGY AS A BRIDGE TO UNDERSTAND OTHER BETTER", Prof. Dr. Kusdwiratri Setiono, S. Psi (UNPAD), yang juga Ketua International Association for Cross-cultural Psychology (berkedudukan di Jerman), memaparkan tentang penelitian beliau yang berjudul "MORALITY FROM THE VIEWPOINT OF JAVANESE TRADITION". Intinya, beliau mencoba merumuskan konsep moralitas menurut budaya Jawa, dibandingkan dengan konsep moralitas ala barat (beliau ngambil teorinya Kohlberg). Penelitian ini merupakan salah satu model penelitian untuk membangun eastern psychology.
Prof. Koes mengemukakan 3 langkah bagi kita untuk merumuskan konsep baru yang sesuai budaya kita, yaitu: 1. percayai dulu konsep barat ; 2. cari konsep lokal; 3. kombinasikan/
Gambaran lebih lengkap dapat dilihat di http://www.isyqi.
Apa yang dilakukan dalam Kongres ARUPS tersebut di atas kiranya dapat menggambarkan bahwa upaya-upaya menggali Cara Berpikir Timur juga senantiasa dilakukan, dan penggaliannya tidak terbatas pada Cina, Jepang dan India saja. Menurut saya, berbagai Cara Berpikir Timur bahkan juga dapat digali dari berbagai ajaran agama, tidak terbatas pada Zen (Budhism) dan Konfusian (Konghucu), tetapi juga dari Islam maupun Kristen. Sebagai contoh, ajaran, tatacara dan pola pikir Kristen Ortodoks Timur, memiliki cukup banyak perbedaan dengan dengan ajaran, tatacara dan pola pikir Kristen sebagaimana yang banyak kita kenal (yang notabene berkembang dari barat).
"Wajah Timur" tidak seragam dan tidak bisa disamaratakan, memiliki banyak keragaman variasi yang sangat kaya untuk digali. Contoh sederhana, lokasi di simpang tiga seringkali dianggap sebagai lokasi yang kurang bagus (entah pakai hongshui, fengshui, dan sebagainya), kalau bagi orang Padang (tidak bermaksud SARA), wah lokasi ini bagus, strategis dan harganya murah, mari kita bikin warung/restoran. Kemudian, berdirilah rumah makan Padang "SIMPANG TIGA" (SIMPANG TIGO). Dan nyatanya laris-laris saja tuh ;)
salam,
harez
--- In psikologi_transform
>
> Saya mendapat pengetahuan berharga, via suatu milis, dari seorang
> Chinese-Indonesia yang tinggal di Amerika. Karena latar belakang
> keahliannya Filsafat, dia menekankan pentingnya membedakan
> antara "Timur" sebagai cara berpikir dan "Timur" sebagai pepatah-
> pepatah, ujar-ujar arif, nasihat-nasihat.
>
> "Timur" sebagai nasihat-nasihat tidaklah terlalu penting. Yang
> menurut teman tersebut yang istimewa adalah Timur sebagai disiplin
> berpikir alternatif. Cara berpikir timur : holistik, melihat
> interkoneksi antara bagian-bagian, melihat baik Yin maupun Yang, non-
> linier.
> (catatan :umumnya yang diartikan timur adalah China, Jepang dan
> India; Jawa lain lagi : mengutamakan kehalusan rasa).
>
> Dengan pembedaan ini (cara berpikir vs nasihat) kita tidak perlu
> menuntut Pak Jusuf 'bertindak atau menulis lebih arif'. Cukuplah
> peranan Pak Jusuf memperkenalkan "timur" sebagai cara berpikir
> alternatif. Dan kepada Pak Jusuf juga tidak perlu sibuk menasihati
> orang, menggurui, ataupun 'bersikap arif'.
>
> Swas, misalnya, punya pedoman Kitab Suci sebagai sumber nasihat.
> Atau, bisa jadi, Fulan punya sumber nasihat dari budaya Jawanya.
> Resistensi, kesia-siaan, superioritas-
> terjadi kalau seseorang menasihati mereka dari sudut Zen, Lao Tse,
> Krishnamurti. Tapi...sebagai sharing nggak apa-apa. Toh sharing beda
> dengan menasihati.
>
> Mari kita gali terus Cara Berpikir Timur !
>
> WK
>
> Referensi kecil:
> Choi, Incheol and Richard Nisbett. Cultural Psychology of Surprise.
> Journal of Personality and Social Psychology. 79/6, 2000. A Korean
> and an American psychologist quantify global wave/particle cognitive
> complements. ---> East Asians are held to reason holistically,
> attending to the field in which objects are embedded and attributing
> causality to interactions between the object and the
> field
.Westerners are held to think analytically, attending
> primarily to the object and paying little attention to the field and
> preferring to attribute causality to properties of the object. (890)
>
> Choi, Incheol, et al. Individual Differences in Analytic versus
> Holistic Thinking. Personality and Social Psychology Bulletin. 33/5,
> 2007. Oh, East is East, and West is West, and never the twain shall
> meet. famously wrote Rudyard Kipling in 1895. Over a century later,
> it can now be quantified and explained that these great hemispheres
> are in fact complementary in kind. A collaboration of Seoul National
> University and the University of Virginia here reaffirms an
> archetypal reciprocity as the quotes express. Asian mentations are
> also said to consider a larger amount of information, and to pursue
> middle ground compromises, yin/yang style, rather than fixing on one
> option. ----> It is now widely accepted that East Asians hold a
> holistic assumption that every element in the world is somehow
> interconnected, whereas Westerners tend to view the universe as
> composed of independent objects. (692) In the holistic style of East
> Asians, attention tends to be oriented toward the relationship
> between objects and the field to which the objects belong. In
> contrast, the analytic style of Westerners tends to focus attention
> more on an object itself rather than on to field to which it
> belongs. The apparent difference in the allocation of attention
> allows East Asians to see the "whole picture" with more ease than
> they would see individual parts, whereas the reverse is the case for
> Westerners. (692)
>
> Clarke, John James. The Tao of the West. London: Routledge, 2000. An
> attempt to find a middle path between an Eastern sense of a
> holistic, ecological cosmos spontaneously engaged in self-creation
> and the Western penchant for a mechanistic, determinist model which
> defers to transcendence.
> Lihat :
> http://www.naturalg
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar