Ha ha ha, saya jadi kepingkal-pingkal baca tuyul. Yang betul kejadiannya
adalah: tuyul salah dua kali! Gak percaya, Yul? Begini, pertama, aku bukan
psikolgo atau berlatar belakang psikologi. Hiiii, tuyul kok gak pake mata
ketiga sih kali ini? Nah, kedua, Yul, aku ini sama sekali gak ngomongin soal
Derrida dan dekonstruksinya. Ilmuku belon nyampe ke situ. Hi hi hi. Yang
diobrolin itu soal kelatahan para ilmuwan sosial memakai dalil-dalil ilmu alam
dalam memahami manusia dan fenomena sosbud. Makanya kubilang, yang keliru dua
kali itu tuyul.
Lalu, soal adanya pengakuan ilmu alam bahwa ia membatasi diri pada panca indera
dan mengakui keterbatasan itu. Bisa jadi dan boleh jadi. Tapi buat saya, ini
cuma opini individual tuyul dan mungkin juga beberapa ilmuwan IPA lain. Tapi,
pandangan mainstream di kalangan ilmuwan IPA tidaklah demikian, Yul. Sosok-
sosok biolog evolusi, neurolog, dan ilmuwan kognitif yang saya sebutkan ke Alex
itu jelas-jelas dalam tulisan mereka menganggap bahwa IPA-lah yang paling bisa
menawarkan kebenaran yang sejati. Buktinya, Yul, Anda sendiri biang bahwa yang
SAINS itu cuma IPA. He he he. Monopoli nih yee. Arogansi begini ini kok jadi
kontradiktif ama pengakuan tuyul bahwa IPA punya keterbatasan? Dengan bersikap
begitu, bukankah ilmuwan IPA memaksakan kategori sains-nya (yang serba terbatas
itu) ke ilmu-ilmu lain? (Oh, gak boleh dibilang ilmu ya, cuma IPA sih ya yang
ilmu? He he he. Yah udah deh, sosbud itu disebut saja "elmu").
Nah, sekarang sila dilanjut adu ilmunya sama Alex. Kami-kami yang di luar SAINS
nonton aja deh.
Oh ya satu catatan kecil: pemahaman Anda tentang dekonsturksi Derrida ternyata
keliru besoaaar. Baca-baca lagi ya? Atau nanya pabrik_t yang hali Derrida. Biar
gak asal njeplak.
manneke
Quoting tuyul50 <tuyul50@yahoo.com>:
> Hi pak Alex. Ini komentar tuyul nyang ditulis langsung dibawah
> kata2 pak Alex:
>
> --------
> Alex > : Mohon anda lihat kembali email yang anda tanggapi tersebut,
> pernyataan tersebut yang menulis adalah Pak Manneke, bukan saya.
>
> komentar = OK deh
rupanya tuyul silap mata
. Kalo gitu kita
> sepakat, dong, sama2 Positivisme Logis sebagai landasan Sains
> (natural science).
. Tapi notabene Pak Manneke itu bidangnya
> Psikologi, nyang kagak ngerti Sains, lantaran psikologi itu bukan
> Sains dalem artikata nyang streng. Baca misalnya,
> (http://www.arachnoid.com/psychology/) Kutipan:
>
> CONCLUSION:
.. This, in turn, is because human psychology is not a
> science, it is very largely a belief system similar to religion.
>
> Buat ilmu2 sosial, belakangan ada disiplin filsafat nyang memadai,
> yaitu nyang disebut filsafat *Dekonstruksi & Konstruksi*, asalnya
> dari filsuf Perancis/Algeria yang bernama Jacques Derrida.
> Sayangnya, di Indonesia sering di-salah-mengerti dan disalah-
> gunakan, terbukti dengan kerancuan nyang gak keruan dimilis
> psikologi transformatif ini; Kedua kubu nyang bertempur seru
> menggunakan *ilmu Dekon* secara salah-kaprah. Nyang benar, Metoda
> Dekonstruksi & Rekonstruksi ini HANYA TERBATAS BERLAKU untuk subject
> matter nyang abstrak, bikinan manusia, seperti misalnya pengertian
> *Negara*, *Bangsa* atao *Pancasila*. Tapi tidak berlaku buat
> subject matternya Sains, yaitu benda2 nyang bisa dipersepsi oleh
> pancaindera. Sebab disini nyang menentukan kebeneran atao TRUTH itu
> tidak lain adalah data2 pancaindera, sekalipun mesti dirakit dengan
> RASIO agar supaya dimengerti (make sense). Jadi, pak Manneke keliru
> dua kali dengan mengatakan bahwa para ilmuwan tidak mengenal atao
> mengakui keterbatasannya. Kesalahan pertama, Sains dengan sadar dan
> sukarela membatasi diri hanya kepada perseppsi pancaindera. Dan
> hasilnya terbukti antara lain dengan komputer yang kita pakek
> disini, serta jaringan komunikasi lewat satelit nyang menggunakan
> gelombang elektromaknetik, SEMUA nya hasil2 Sains nyang gilang
> gemilang dan tidak bisa dibantah lagi, kecuali oleh orang2 nyang
> kagak waras otaknya. Kesalahan kedua, psikologinya pak Manneke pun
> juga TERBATAS, malahan pak Manneke sendiri tidak tau dan tidak
> mengakui (sorry nih pak Manneke) keterbatasan metoda Dekon-nya
> Derrida. Mankanya hasilnya ternyata cuma carut-marut tingkat
> pecomberan seperti contohnya pertempuran dahsyat dimilis psikologi-
> transformatif ini (tuyul main2 disini mah cuma sebagai hiburan,
> supaya bisa ketawa ngakak sepanjang ari dan gak bosan terus2an riset
> didunia Kuantum dan Relativitas).
>
> > http://en.wikipedia.org/wiki/Hidden_variables
> Anda benar-benar membaca wikipedia tersebut atau sekedar menggertak?
>
> komentar = duhh, pak Alex ada2 saja
Istilah ngegertak itu kagak
> eksis dalem kamusnya tuyul!
>
> > Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Hidden_variables
> Hidden variable theory yang dibahas adalah mengenai keberatan
> Einstein terhadap mekanika kuantum karena adanya kemungkinan benda
> bergerak melebihi kecepatan cahaya dalam mekanika kuantum karena
> sifatnya yang nondeterministik. (Note: Einstein percaya kecepatan
> maksimal adalah kecepatan cahaya) Einstein kemudian mengklaim adanya
> hidden variable yang menyebabkan hal ini. Dan hal memang terbukti
> salah.
>
> komentar = Einstein terbukti salah, toch ? Yah sudah, beliau memang
> salah ! Kecepatan maksimal = kecepatan cahaya dirunag hampa memang
> terbukti benar sampai hari ini. Tapi bukan berarti di hari depan
> bisa ditemukan cara untuk melebihinya. Kecuali dalam soal Hidden
> Varible, Einstein dengan pandangannya yang deterministik itu masih
> banyak lagi salahnya, antara lain dengan Twin Paradox nya
> (diskusinya lain kali saja, atao per japri, sebab panjang sekali dan
> membutuhkan rumus2 matematika)
>
> > Motif Einstein disini adalah untuk menyatakan prediksi statistik
> dalam mekanika kuantum adalah bukan kebenaran ultimate.
>
> komentar = dalem dunia Sains tidak ada nyang namanya *kebenaran
> ultimate*. Itu hanya ada dalem pengertian agama2 nyang
> fundamentalis. Mangkanya satu sama lain saling bertengkar tak ada
> habisnya sampai beratus2 taon, bahkan sampe membunuh dengan berjihad.
>
> > (A hidden variables theory of quantum mechanics is one which does
> not
> take the statistical predictions of the quantum formalism as the
> ultimate truth about reality.That is, it is an interpretation of the
> mathematics of quantum physics which does not necessarily go along
> with the traditional Copenhagen interpretation in viewing nature as
> inherently random, and the process of wave-function collapse as
> indescribable beyond what our existing equations tell us.)
>
> komentar = semua juga maklum bahwa interpretasi Einstein dkk (EPR
> paradox) nyang deterministik itu berlawanan dengan intepretasi
> Copenhagen (Niels Bohr dkk), mangkanya Einstein memerlukan dan
> mempostulatkan adanya *hidden variables*, dan menginterpretasi bahwa
> hasil2 pengukuran atas suatu sistim itu hanya sebagai statistik.
> Ini sekali lagi interpretasi (Einstein ?) nyang keliru atas ajaran
> Copenhagen school, nyang mengatakan bahwa fungsi gelombang itu sudah
> mencakup segala sesuatu nyang lengkap (awas, ini amat penting: sudah
> tentu dibawah pengandaian/asumsi yang di-idealisasikan!). Misalnya,
> fungsi gelombang ~ exp i(kx-wt) secara LENGKAP merepresentasikan
> partikel bebas dengan kecepatan tertentu dalam satu dimensi,
> samasekali tidak perlu statistik atao mempostulatkan adanya
> variable2 yang tersembunyi (disamping momentum hk dan
> energi/frekwensi hw). Seperti diketahui, fungsi gelombang datar
> tadi otomatis (secara matematis/logis) memenuhi prinsip ketidak-
> pastian Heisenberg (Heisenberg Uncertainty Principle), yaitu melalui
> Fourier transform nyang menghubungkan momentum k dengan koordinat
> x. Buktinya secara eksperimental adalah dengan spektroskopi ion
> tunggal (single ion spectroscopy) yang telah diuraikan dalem tulisan
> yang lalu. Yaitu dalam perangkap elektromaknetis sebuah ion nyang
> SAMA, statenya bisa di-ukur ber-kali2 dengan spektroskopi. Ternyata
> hasil pengukurannya PERSIS seperti nyang di turunkan oleh persamaan
> Schroedinger (sebagai fungsi waktu) buat sebuah ion dalam medan
> radiasi resonans antara dua state |1> dan |2>, yang frewkensinya
> tergantung dari sinar laser yang digunakan, yaitu menurut rumus Rabi
> (Rabi frequency). Oleh karena frekwensi Rabi diketahui, maka hasil
> pengukuran dalam tempo radiasi yang lebih singkat daripada ½ periode
> Rabi ternyata hasil pengukurannya SELALU state |1>, sedangkan jika
> waktu radiasinya diperpanjang sampai melebihi ½ periode Rabi, maka
> hasil pengukurannya terbukti SELALU state |2>. Ini yang dinamakan
> orang sebagai lelucon dibawah nama *the Coffee Pot that Never
> Boils*, sebab coffee pot itu tidak akan pernah mendidih
> (mendidih=state |2>) jika setiap kali tutupnya dibuka dan isinya
> dilihat (= diukur). Jika pak Alex masih belum tahu dan ingin tahu
> lebih lanjut, bisa cari sendiri dengan Google, atao nanti tuyul
> carikan atao turunkan, deh, secara matematis.
>
> > Jadi jelas anda melenceng dari topik pembicaraan yaitu dari HIDDEN
> VARIABLE menjadi HIDDEN VARIABLE THEORY. Yang saya bahas adalah
> tentang adanya hal yang tidak dipahami dimasukkan ke dalam suatu
> model , sekarang anda coba buka link pada wikipedia tersebut:
> http://en.wikipedia.org/wiki/Latent_variable
>
> > In statistics, Latent variables (as opposed to observable
> variables), are variables that are NOT DIRECTLY observed but are
> rather inferred (through a mathematical model) from other variables
> that are observed and directly measured. They are also sometimes
> known as HIDDEN VARIABLES, model parameters, hypothetical variables
> or hypothetical constructs.
>
> komentar = Dalam SEMUA artikel ilmiah/fisika yang reliable dan
> credible, Hidden Varible tidak lain artinya adalah Theory of Hidden
> Variable, yang pertama kali digagaskan oleh John S. Bell untuk
> mengetest EPR paradoxnya Einstein, juga dikenal dengan nama Bell's
> Theorem. Coba pak Alex buka website
> (http://en.wikipedia.org/wiki/Bell%27s_inequality#Bell_Inequalities).
>
> > Jadi yang disebut hidden variable itu sendiri adalah variabel yang
> tidak dapat diamati tetapi dibutuhkan untuk MENJELASKAN suatu
> fenomena yang terjadi.
>
> Komentar = AHAAAA !!!! Jadi pak Alex bukannya bicara soal EPR
> paradox atao Hidden Varible nya Einstein, to
! Melainkan yang pak
> Alex maksud itu pengertian umum, bahwa dalam setiap MODEL selalu ada
> variabel2 nyang oleh pak Alex disebut *hidden*, padahal istilah
> nyang benar adalah dengan sengaja *eliminated*, demi untuk
> memudahkan analisa matematisnya. Tuyul kira itu sih gak usah
> didebatkan lagi, sebab dengan sndirinya (tacitly understood) sudah
> SELALU termasuk dalam setiap model. Bahkan juga dalam model nyang
> super-kompleks, seperti misalnya model Global Warming ...!
>
> Komentar pak Alex yang lain tuyul tunggu. (wah naga2nya tuyul mesti
> banyak absen dari bah Yun Hok. Kesian, deh, si Vincent Liong)
>
> Ttd.
> tuyul
>
>
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "Alexander"
> <alexanderkhoe@...> wrote:
> >
> > Hi Tuyul
> >
> >
> > > - pak Alex bilang: Akibatnya, bagi para ilmuwan alam, semua yang
> > > berada di luar kategori material atau kasat mata diasumsikan
> > sebagai tidak ada.
> > --------
> > Mohon anda lihat kembali email yang anda tanggapi tersebut,
> > pernyataan tersebut yang menulis adalah Pak Manneke, bukan saya.
> >
> >
> > > - pak Alex bilang: Masalah hal yang kasat mata sudah
> diantisipasi
> > > dalam sains alam pak,ini yang disut hidden variabel dalam
> mekanika
> > > kuantum.
> > > * wah, wah ! Terbukti lagi pak Alex ini dah kliru mengaji sains,
> > ato sedikitnya ketinggalan jaman gak kira-kira. Hidden Variables
> > (Bell Inequalities) dalem mekanika kuantum udah dibuktikan sebagai
> > tidak eksis, artinya tidak ada. Juga kagak pernah dimasukkan
> dalam
> > > textbook2 yang diajarkan di univeritas, sebab cuma merupakan
> > > spekulasi, yang kemudian terbukti keliru. Harap cepat2
> dikoreksi,
> > > dan pak Alex lain kali harus hati2, apalagi jika diskusi dengan
> > > pakar2 sains. Silahkan pak Alex baca, misalnya situs
> > http://en.wikipedia.org/wiki/Hidden_variables
> > ----------------------------
> > Anda benar-benar membaca wikipedia tersebut atau sekedar
> menggertak?
> >
> > Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Hidden_variables
> > Hidden variable theory yang dibahas adalah mengenai keberatan
> > Einstein terhadap mekanika kuantum karena adanya kemungkinan benda
> > bergerak melebihi kecepatan cahaya dalam mekanika kuantum karena
> > sifatnya yang nondeterministik. (Note: Einstein percaya kecepatan
> > maksimal adalah kecepatan cahaya) Einstein kemudian mengklaim
> adanya
> > hidden variable yang menyebabkan hal ini. Dan hal memang terbukti
> > salah.
> >
> > Motif Einstein disini adalah untuk menyatakan prediksi statistik
> > dalam mekanika kuantum adalah bukan kebenaran ultimate.
> >
> > (A hidden variables theory of quantum mechanics is one which does
> not
> > take the statistical predictions of the quantum formalism as the
> > ultimate truth about reality.That is, it is an interpretation of
> the
> > mathematics of quantum physics which does not necessarily go along
> > with the traditional Copenhagen interpretation in viewing nature
> as
> > inherently random, and the process of wave-function collapse as
> > indescribable beyond what our existing equations tell us.)
> >
> >
> > Jadi jelas anda melenceng dari topik pembicaraan yaitu dari HIDDEN
> > VARIABLE menjadi HIDDEN VARIABLE THEORY. Yang saya bahas adalah
> > tentang adanya hal yang tidak dipahami dimasukkan ke dalam suatu
> > model , sekarang anda coba buka link pada wikipedia tersebut:
> > http://en.wikipedia.org/wiki/Latent_variable
> >
> > In statistics, Latent variables (as opposed to observable
> variables),
> > are variables that are NOT DIRECTLY observed but are rather
> inferred
> > (through a mathematical model) from other variables that are
> observed
> > and directly measured. They are also sometimes known as HIDDEN
> > VARIABLES, model parameters, hypothetical variables or
> hypothetical
> > constructs.
> >
> > Jadi yang disebut hidden variable itu sendiri adalah variabel yang
> > tidak dapat diamati tetapi dibutuhkan untuk MENJELASKAN suatu
> > fenomena yang terjadi.
> >
> > Untuk komentar anda yang lain akan saya tanggapi kalau ada waktu.
> > Salam,
> > Alexander
> >
> >
> >
> > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "tuyul50"
> > <tuyul50@> wrote:
> > >
> > > - pak Alex bilang: Akibatnya, bagi para ilmuwan alam, semua yang
> > > berada di luar kategori material atau kasat mata diasumsikan
> > sebagai
> > > tidak ada.
> > > * wah, wah
.!. entah pak Alex ini mengaji sains dari tulisan2
> > > populer melulu, ato kurang teliti mengaji textbooknya, ato
> memang
> > > punya maksud menyelewengkan khalayak ramai dengan memfitnah
> sains!
> > > Para ilmuwan alam kagak pernah berasumsi seperti yang pak Aklex
> > > bilang, yaitu bahwa semua yang berada diluar kategori material
> ato
> > > kasat mata (persisnya persepsi empiris) sebagai *tidak ada*.
> Nyang
> > > sak benernya adalah, semua nyang diluar persepsi empiris itu
> > > (termasuk ada ato tidaknya Allah) itu kagak ada artinya buat di
> > > diskusi kan oleh sains, alias bukan subject matter nya sains.
> > > Artinya, sains dengan sadar membatasi diri hanya dalam hal2
> nyang
> > > bisa dipersepsi oleh pancainddera. Bukannya berarti nyang tidak
> > > bisa dipersepsi itu tidak ada, ato tidak penting. Misalnya ada
> ato
> > > tidaknya hidup setelah mati itu justru diakui sebagai pertanyaan
> > > nyang sentral dalam hidup manusia. Demikian juga ada/tidaknya
> > tuyul
> > > tidak perlu didusksikan (cukup jika tulisan2nya dimilis ini
> dibaca
> > > dan difahami, sebab cuma itu saja nyang bisa dipersepsi oleh
> > > pancaindera).
> > >
> > > - pak Alex bilang: Masalah hal yang kasat mata sudah
> diantisipasi
> > > dalam sains alam pak,ini yang disut hidden variabel dalam
> mekanika
> > > kuantum.
> > > * wah, wah ! Terbukti lagi pak Alex ini dah kliru mengaji sains,
> > ato
> > > sedikitnya ketinggalan jaman gak kira-kira. Hidden Variables
> (Bell
> > > Inequalities) dalem mekanika kuantum udah dibuktikan sebagai
> tidak
> > > eksis, artinya tidak ada. Juga kagak pernah dimasukkan dalam
> > > textbook2 yang diajarkan di univeritas, sebab cuma merupakan
> > > spekulasi, yang kemudian terbukti keliru. Harap cepat2
> dikoreksi,
> > > dan pak Alex lain kali harus hati2, apalagi jika diskusi dengan
> > > pakar2 sains.
> > > Silahkan pak Alex baca, misalnya situs
> > > http://en.wikipedia.org/wiki/Hidden_variables
> > >
> > > In 1935, Einstein, Podolsky and Rosen wrote a four-page paper
> > > titled "Can quantum-mechanical description of physical reality
> be
> > > considered complete?" that argued that such a theory was in fact
> > > necessary, proposing the EPR Paradox as proof. In 1964, John
> Bell
> > > showed through his famous theorem that if hidden variables
> exist,
> > > certain experiments could be performed where the result would
> > > satisfy a Bell inequality. If, on the other hand, Quantum
> > > entanglement is correct the Bell inequality would be violated.
> > > Another no-go theorem on hidden variable theories is the Kochen-
> > > Specker theorem.
> > > Physicists such as Alain Aspect and Paul Kwiat have performed
> > > experiments that have found violations of these inequalities up
> 242
> > > standard deviations[3](excellent scientific certainty). This
> rules
> > > out local hidden variable theories, but does not rule out non
> local
> > > ones. Theoretically, there could be experimental problems that
> > > affect the validity of the experimental findings.
> > >
> > > * TAMBAHAN: demikian juga interpretasi Einstein bahwa Teori
> Kuantum
> > > itu tidak lain adalah statistik gaya baru, telah terbukti
> keliru.
> > > Sebaliknya nyang terbukti benar adalah lawannya, yaitu
> interpretasi
> > > Niels Bohr (terkenal dengan nama *Copenhagen interpretation of
> > > Quantum Mechanics*). Sejak beberapa belas tahun terakhir, bukti
> > > eksperimental tsb sudah menjadi rutin di laboratorium2 fisika
> > > diseluruh dunia, yaitu dengan teknik laser spectroscopy
> mengamati
> > > sebuah ion tunggal (single ion) dalam perangkap medan
> > > elektromaknit. Ternyata ion nyang tunggal tersebut bener2
> > mengikuti
> > > fungsi gelombang Schroedinger sebagai fungsi daripada waktu,
> jadi
> > > bukannya semata2 satistik dari sekumpulan besar ion, seperti
> yang
> > > dikira oleh Einstein. Silahkan pak Alex cari sendiri lewat
> Google.
> > >
> > > - pak Alex bilang: Dan selanjutnya dideduksi lebih lanjut dengan
> > > sifat kesimetrian dalam teori superstring.
> > > * Saat ini teori superstring masih digolongkan kepada
> > pseudoscience,
> > > sebab tidak bisa di verifikasi secara langsung. Silahkan pak
> Alex
> > > verifikasi sendiri lewat Google. Sekali lagi, pak Alex lain kali
> > > harus hati2, lebih2 jika diskusi dengan pakar2 sains.
> > >
> > >
> > > - pak Alex bilang: Maka, menganggap mereka tak ada, merupakan
> > > sebentuk arogansi ilmiah.
> > > * wah
wah ..! Lantaran dah terbukti salah, malah sampe dua
> kali,
> > > maka nyang tuyul anggep arogans adalah pak Khoe sendiri ....
> > >
> > >
> > >
> http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/35166
> > > - pak Alex bilang: 1. Physical Reality, yang sebenarnya tidak
> kita
> > > ketahui secara pasti kebenarannya (truth). Hal ini dikarenakan
> kita
> > > berada didalam Physical reality itu sendiri,
> > > * pak Alex kagak sepenuhnya benar. Per definisi, Physical
> Reality
> > > bisa diketahui dengan pasti, yaitu berupa data2 yang dipersepsi
> > oleh
> > > pancaindera (definisi kata *physical*). Tapi pak Alex benar,
> bahwa
> > > persepsi pancaindera itu tidak identik dengan *truth*. Ini
> justru
> > > nyang dimaksud oleh Kant dengan *Das Ding An Sich*, nyang tidak
> > kita
> > > ketahui, sebab kita terkutuk buat selamanya terkunkung dan
> uthek2
> > > dalam dunia persepsi pancaindera melulu. Disini Kant belajar
> dari
> > > agama Budha, tetapi dimanfaatkan olehnya guna kemajuan Sains.
> > Baru2
> > > ini di-jiplak secara tidak lengkap dan tidak rasional oleh Harun
> > > Yahya, filsuf fundamentalis/kreasionis Islam model baru, nyang
> > jelas
> > > ketinggalan jaman beratus2 taon, bila bukannya beribu2 taon
> (sejak
> > > Budha).
> > >
> > > - pak Alex bilang: 2. Sensory Experience, inilah yang biasanya
> > > disebut realitas dalam sains.
> > > * Disini pak Alex benar (salut buat pak Alex). Tapi koq pak
> Alex
> > > membantah sendiri poin no.1 diatas tentang Physical Reality.
> Harap
> > > cepat2 di koreksi, supaya pembaca bisa mengerti.
> > >
> > > - pak Alex bilang: 3. Mental Constructs, inilah yang dapat
> disebut
> > > sebagai dunia konseptual. Tujuan utama dari dunia konseptual ini
> > > adalah untuk memprediksi sensory experience yang akan terjadi di
> > > masa depan.
> > > * Sekali lagi pak Alex benar (salut lagi buat pak Alex). Apa
> nyang
> > > kita sebut *pengetahuan* sebenarnya adalah Mental Construct ini.
> > >
> > > - pak Alex bilang: Confucius saja berkata yang "While you do not
> > > know life, how can you know about death? Yang kasat mata 'ada'
> > bukan
> > > dikarenakan spekulasi manusia saja tetapi ada karena memang
> > > mempunyai efek terukur dalam realitas nyata! Jika anda tertarik
> > > membahas masalah seperti "Ada atau tiadanya Tuhan dan jiwa
> (soul)",
> > > itu domain filsafat bung bukan science. Tidak ada yang bisa
> diukur
> > > sampai saat ini dalam hal tsb.
> > > * Disini pak Alex benar sepenuhnya (salut lagi buat pak Alex).
> > Tapi
> > > koq naga2nya pak Alex membantah sendiri statement nyang paling
> awal
> > > diatas, yaitu *semua yang berada di luar kategori material atau
> > > kasat mata diasumsikan sebagai tidak ada.* (diasumsikan =
> > > spekulasi!) Nyang benar menurut filsafat Logical Positivism
> adalah,
> > > ada ato tidaknya Allah ato jiwa itu bukan domain daripada sains,
> > > tapi domain filsafat dan agama.
> > >
> > > Secara garis besar paka Alex benar. Tetapi tuyul usulkan, pak
> Alex
> > > perlu menyeragamkan pikiran2nya, agar bebas dari self-
> contradiction.
> > >
> > > Ttd,
> > > tuyul
> > > (Permisi, nyeleweng dikit nih, dari pesenannya babah Yun Hok)
> > >
> > > Sedikit koreksi buat tulisan pak Alex dari masa yg lalu:
> bilangan
> > > <minus tak terhingga> itu tidak sama dengan <plus tak
> terhingga>,
> > > bahkan berkebalikan ato bertentangan. Jika di paksakan untuk
> sama,
> > > maka pasti akan menghasilkan banyak sekali kontradiksi.
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "Alexander"
> > > <alexanderkhoe@> wrote:
> > > >
> > > >
> > > > > Selain itu, hard science juga masih enggan mengakui
> > > keterbatasannya
> > > > dalam memahami hal-hal yang tak kasat mata atau immaterial.
> > > > Akibatnya, bagi para ilmuwan alam, semua yang berada di luar
> > > kategori
> > > > material atau kasat mata diasumsikan sebagai tidak ada.
> Padahal,
> > > ilmu
> > > > alam sendiri selalu berevolusi.
> > > > ------------------
> > > > Enggan? saya pikir tidak, keterbatasan adalah inheren ada
> dalam
> > > > setiap model yang dibangun. Semua yang mendalami pembentukan
> > model
> > > > pasti akan tahu tentang ketidaklengkapan suatu model. Seperti
> > yang
> > > > anda katakan model ini terus menerus dikoreksi tetapi
> landasannya
> > > > tetap sama sehingga dikatakan sifatnya konvergen. Ini
> perbedaan
> > > utama
> > > > dengan sains sosial seperti ekonomi dan psikologi, sains
> sosial
> > > tidak
> > > > mempunyai landasan yang sama dalam perkembangannya masing-
> masing
> > > > berdiri dengan asumsinya sendiri2 contohnya psikologi kognitif
> > > dengan
> > > > psikologi transpersonal...
> > > >
> > > > Masalah hal yang kasat mata sudah diantisipasi dalam sains
> alam
> > > pak,
> > > > ini yang disut hidden variabel dalam mekanika kuantum. Dan
> > > > selanjutnya dideduksi lebih lanjut dengan sifat kesimetrian
> dalam
> > > > teori superstring. Positivisme logis yang mementingkan
> pengamatan
> > > > terletak pada validasi konsekuensi dari teori tersebut.
> > > >
> > > >
> > > > > Apa yang 100 tahun lalu dianggap tak ada karena teknologinya
> > > belum
> > > > menjangkau fenomen itu, kini sudah diterima sebagai ada. Tapi,
> > > masih
> > > > banyak lagi fenomen di luar sana yang belum terjangkau tangan-
> > > tangan
> > > > ilmu. Maka, menganggap mereka tak ada merupakan sebentuk
> arogansi
> > > > ilmiah.
> > > > ------------------------
> > > > Apa sih disebut ilmu (disini adalah knowledge atau science)
> pak?
> > > > Apakah yang disebut ilmiah? Saya pikir anda telah rancu,
> ketika
> > > > berbicara tentang sains (science) dengan pengetahuan
> (knowledge).
> > > > Masalah utamanya dalam science bukan pada ada tidaknya
> fenomena
> > > > tersebut, tetapi pada KEMAMPUAN MENJELASKAN dan KEMAMPUAN
> > > > PREDIKSInya. Dan memang banyak pengetahuan (knowledge) lain
> > > seperti
> > > > naturopathy, homeopathy, akupuntur yang jelas bermanfaat
> tetapi
> > > belum
> > > > termasuk sains. Apa yang tidak bisa dijelaskan bukan dianggap
> > > tidak
> > > > ada, apalagi yang sifatnya dapat terukur. Tetapi sifatnya
> masih
> > > > berupa data dan informasi yang kita belum mampu menjelaskan
> > > apalagi
> > > > memprediksi konsekuensinya.
> > > >
> > > > Jadi istilah arogansi ilmiah itu sama sekali tidak ada bagi
> yang
> > > > benar-benar mendalami hal ini. Yang ada adalah standar baku
> untuk
> > > > diakui sebagai suatu hal yang ilmiah.
> > > >
> > >
> >
>
>
>