Dari: "Benny Handoko" <benhandoko@yahoo.com>
Pak Hud,
Menarik posting ini, setelah membaca sekilas di wikipedia, saya ingin
coba komentar atas isu ini.
mengutip wikipedia di
http://en.wikipedia.org/wiki/Law_of_Attraction_(New_Thought)
-----------------------
"The Law of Attraction is commonly associated with New Age and New
Thought theories. It states people experience the corresponding
manifestations of their predominant thoughts, feelings, words, and
actions and that people therefore have direct control over reality and
their lives through thought alone. A person's thoughts (conscious and
unconscious), emotions, beliefs and actions are said to attract
corresponding positive and negative experiences "harmonious vibrations
of the law of attraction". The "law of attraction" states "you get
what you think about; your thoughts determine your experience." The
idea has received intense criticism from multiple circles in the
media, the scientific community, and even other areas of the New Age
Movement.
History
Believers in the theory cite a famous quotation from the Buddha as
proof that the law of attraction is factual. Gautama Buddha, "What you
have become is the result of what you have thought", is an expression
of the idea that thoughts introduced into reality can attract like
energy."
-------------------
Menarik karena teori hukum tarik-menarik ini mengutip sabda Sang
Buddha. Saya tidak tau mereka kutip dari sutta yang mana, mungkin Pak
Hud bisa bantu. Yang saya ingat sutta ini:
-----------------
"Mind precedes all mental states. Mind is their chief; they are all
mind-wrought. If with an impure mind a person speaks or acts suffering
follows him like the wheel that follows the foot of the ox.
Mind precedes all mental states. Mind is their chief; they are all
mind-wrought. If with a pure mind a person speaks or acts happiness
follows him like his never-departing shadow."
From The Dhammapada: The Buddha's Path of Wisdom,
translated from the Pali by Acharya Buddharakkhita
----------------
Keduanya kutipan ini mungkin maknanya hampir sama, yaitu segala hal
(mundane) dikondisikan oleh pikiran.
Saya rasa mereka menggunakan prinsip ini untuk merumuskan hukum tersebut.
Saya pernah membaca buku yang mirip2 dengan filosofi The Secret ini
kira2 2 tahun yang lalu, (saya lupa judul dan pengarangnya, nanti
dicari2 lagi) isinya kira2 seperti ini: bila kita bisa
mengimajinasikan apa yang kita inginkan, dan membuat permintaan kepada
kosmos, dan dengan tekun selalu mengondisikan pikiran kita terhadap
objek yang kita inginkan itu, maka keinginan itu akan mewujud dalam
kenyataan.
Saya rasa hal ini bukan hal baru, banyak pepatah kuno yang sudah
mengatakan demikian, bahkan BERDOA (yang dilakukan umat monotheis) pun
saya rasa termasuk praktek yang sama. Hanya saja karena dikemas dalam
kemasan baru dan adanya beberapa pernyataan kontroversial, seperti
yang telah diuraikan Pak Hudoyo, maka hal ini menjadi "barang" baru.
Sebenarnya kekuatan pikiran untuk menentukan apa yang didapatkan juga
pernah saya lakukan (sebelum membaca buku tersebut), dan berhasil
beberapa kali. Semua berkaitan dengan karier (pekerjaan saya). Saya
berhasil bekerja di tempat yang saya inginkan, dengan gaji yang saya
harapkan, dan dengan itu berhasil menyelesaikan masalah yang menjadi
latar belakang saya mempunyai keinginan kuat berkaitan dengan karier
tersebut. Maka saya rasa hukum itu bisa dibuktikan juga. Entah kalau
100% pasti efektif atau ada faktor lain yang menentukan (kalau menurut
pengetahuan umat Buddhist faktor Merit atau buah Karma Baik misalnya).
Dengan adanya hukum ini, maka kelompok tertentu beranggapan bahwa
hidup bisa ditentukan oleh pikiran.
Saya rasa ide ini sekarang sudah masuk dalam aliran mainstream,
contohnya dengan menjamurnya seminar2 Motivasi Diri, program2 berpikir
positif, lahirnya motivator2 baru di kalangan eksekutif, dan buku2nya
menjadi top seller di Gramedia. Bahkan akhir2 ini mereka mulai masuk
ke tempat ibadah, membawakan ceramah dengan visi SUKSES dalam
KEHIDUPAN yang kira2 dimulai dari pikiran positif, dan bermimpi
(dream, cita2) yang tinggi.
Inilah yang sekarang jadi mainstream Pak Hud... Rasanya pas sekali
kalau saya coba mengutip JK seperti ini:
---------------------
You worship success
We all want to become something: a pacifist, a war hero, a
millionaire, a virtuous man, or what you will. The very desire to
become involves conflict, and that conflict produces war. There is
peace only when there is no desire to become something, and that is
the only true state because in that state alone there is creation,
there is reality. But that is completely foreign to the whole
structure of society, which is the projection of yourself. You worship
success. Your god is success, the giver of titles, degrees, position,
and authority. There is a constant battle within yourself-the struggle
to achieve what you want. You never have a peaceful moment, there is
never peace in your heart because you are always striving to become
something, to progress. Do not be misled by the word progress.
Mechanical things progress, but thought can never progress except in
terms of its own becoming.
Collected Works, Vol. VI, - 196
----------------------
Buddha berkata Mind precedes all mental states. Ini adalah pernyataan
Kebenaran. Statement of Truth.
Aliran New Age menggunakan "Kebenaran" ini untuk meraih kesuksesan
kehidupan, kebahagiaan dalam hidup, dengan cara mewujudkan keinginan
menjadi kenyataan hidup lewat kekuatan pikiran.
JK berkata dengan cara itu, tidak pernah akan ada kedamaian di hatimu. :)
Bagaimana menurut Pak Hud?
Salam,
Benny Handoko
=========================
HUDOYO:
Rekan Benny yg baik,
Terima kasih atas sharing pemikiran Anda.
Saya tidak meragukan atau mengingkari peran pikiran dalam kehidupan manusia. Dari sejak Sang Buddha hal itu sudah dinyatakan oleh para arif sepanjang zaman; pada posting lain saya mengutip bait 1-2 kitab Dhammapada. Anda sendiri telah membuktikannya dalam kehidupan Anda.
Yang saya permasalahkan dalam thread ini adalah IMPLIKASINYA, khususnya implikasi sebagaimana diajarkan dalam The Secret. Bandingkan: Buddha (abad 6 SM), Krishnamurti (abad 20), Teosofi/New Age (abad 20), dan The Secret (abad 21):
- Buddha / Krishnamurti mengajak kita untuk berhenti total, untuk melihat apa adanya sekarang. Berhenti bukan berarti berhenti hidup, atau tidak hidup. Di dalam berhenti ada sesuatu lain--yang bukan aku, bukan si individu--yang mengambil-alih.
- Teosofi mengajak kita untuk naik ke taraf-taraf kesadaran yang lebih tinggi, dalam suatu hirarki spiritual--entah benar entah tidak--di mana individualitas tetap ada.
- The Secret sepenuhnya materialisme berkedok spiritualitas.
Memang betul kata Anda, akhir-akhir ini makin banyak kita lihat talk-show atau ceramah diselenggarakan di vihara-vihara atau oleh kelompok-kelompok Buddhis dengan menampilkan motivator dengan tema bagaimana memperoleh kehidupan sejahtera di dunia, yang dimulai dengan pikiran. Di samping itu ditampilkan bhikkhu-bhikkhu sebagai bumbu pelengkap/penyedap. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau seorang teman--yang telah belasan tahun tinggal di A.S.--ketika berkunjung ke Indonesia terheran-heran melihat keberagamaan umat Buddha di Indonesia. Teman itu melihat umat Buddha di Indonesia tidak bebeda bobot spiritualitasnya dengan umat Kristen dan kelompok-kelompok agama lainnya. -- Apa boleh buat, memang baru sampai di situlah taraf kehidupan mainstream umat Buddha di negeri ini. -- Padahal di Amerika, kata teman itu, orang Barat pada umumnya tertarik pada ajaran Buddha yang mengutamakan meditasi (vipassana, zen, vajrayana). Pada dasarnya Buddha mengajarkan orang untuk "berhenti".
Di sini saya rasa pas untuk mengingat kembali eposide dalam kehidupan Buddha berkaitan dengan soal "berhenti" ini:
Pada suatu hari Buddha bertemu dengan Angulimala, seorang perampok & pembunuh yang ingin membunuhnya. Angulimala berseru agar Buddha berhenti. Buddha memang berhenti, tapi di mata Angulimala Buddha tampak terus berjalan. Dikejarnya Buddha, tapi ia hanya berlari berputar-putar di sekitar Buddha yang berhenti. Angulimala berseru lagi; "Hai, Petapa, berhenti!" Buddha menjawab dengan tenang: "Angulimala, aku sudah lama berhenti. Engkaulah yang masih terus berlari." (Akhirnya Angulimala pun menjadi bhikkhu, dan berhasil "berhenti" sepenuhnya.)
Salam,
Hudoyo