Ini sebuah analisis dari salah satu temen di FS
Kenapa tiket pesawat Surabaya-Jakarta
lebih murah ketimbang
Surabaya-Bandung?
"Tiket pesawat Surabaya - Bandung Rp.
600 ribu, Kalo Surabaya-Jakarta
Cuma Rp. 160 ribu......apa nggak
bingung tuh......matematika siapa yang
salah...., " kata Srigunani.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan
harga-harga tiket tersebut.
Walaupun secara matematika saya tidak
tahu pasti karena terus terang
saya jeblok di mata pelajaran ini,
tapi perlu diketahui bahwa ada
beberapa pertimbangan yang diambil
oleh airline operator dalam
menentukan 'airfare' yang berlaku,
misalnya :
PROFIL PENUMPANG.
Berdasarkan survey terhadap penumpang
pesawat dari Surabaya, mereka yang
berangkat dengan tujuan ke Jakarta
adalah dalam rangka 'Bisnis' (baca:
cari duit), sedangkan mereka yang
berangkat ke Bandung sebagian besar
dalam rangka 'Shopping' (baca: buang
duit) seiring makin menjamurnya
Factory Outlet di kota kembang
tersebut. Maka diadakanlah program
tarif
bersubsidi silang untuk meringankan
ongkos penumpang yang sedang
kesusahan cari duit.
OPERATIONAL COST.
Biaya pelayanan penumpang tujuan
Bandung biasanya lebih mahal, karena
mereka menuntut nasi timbel panas,
sayur lalapan segar, gurame goreng,
pete bakar, sambal cobek terasi dan es
kelapa muda lengkap dengan
batoknya. Hal ini tentu menimbulkan
biaya tambahan karena mempersiapkan
dan memasak hidangan ini di pesawat
tentu lebih sulit dibandingkan
katering siap-saji biasa yang cukup
dihangatkan dalam microwave.
LOAD FACTOR.
Kapasitas angkut penumpang terpaksa
dikurangi hingga 30-40% agar dapat
memuat set cobek sambal, kelapa degan,
panggangan ikan, kobokan tangan
dll tanpa melebihi batas Maximum Take-
Off Weight. Passanger seat pun
terpaksa dicabut karena penumpang
lebih memilih duduk lesehan di tikar,
"Ameh asa di saung" kata mereka.
NAVIGASI.
Dibandingkan Jakarta, papan penunjuk
arah jalan di kota Bandung sering
tidak jelas dan membingungkan. Sering
terjadi pilot salah belok dan
kemudian terjebak jalan satu arah yang
ternyata dipadati oleh angkot.
Apalagi kemacetan yang terjadi setiap
akhir pekan, menuntut pilot
bekerja extra untuk menahan pedal
kopling lebih lama. Oleh karena itu
jangan heran bila banyak pilot yang
tidak mau menggunakan argometer dan
lebih memilih sistem borongan.
SUKU CADANG.
Faktor ketersediaan suku cadang turut
berpengaruh terhadap besaran
tarif. Bila pesawat mengalami
kerusakan di Jakarta , terdapat
alternatif
pasar suku cadang dengan harga miring
di Asem Reges, sebaliknya di
Bandung besar kemungkinan justru suku
cadang dan komponen pesawat itu
yang dipreteli untuk mengisi stok
onderdil di pasar Sumur Bandung. Jadi
mungkin saja pesawat B737 yang terbang
ke Bandung pulangnya berubah
wujud menjadi Gantole.
FLIGHT CREW.
Prosedur standar penerbangan di
Indonesia biasanya menerapkan 2-man
cockpit crew. Tapi untuk penerbangan
ke Bandung diperlukan crew tambahan
selain Captain dan First Officer,
yaitu Translator. Hal ini diperlukan
untuk mengatasi kendala bahasa yang
mungkin terjadi ....
Contohnya seperti ini nih :
PILOT : "Bandung Tower , selamat
siang ... Japati 601 with Bravo,
inbound for landing"
TOWER : "Japati 601 ... rek naon maneh
ka dieu?"
PILOT : " Bandung Tower, Japati 601
request permission to land ..."
TOWER : "Gelo ... Teu bisa! Ayeuna
Persib keur tanding euy ...."
TRANSLATOR : "Sok siah ... Dasar si
borokokok, lamun teu di bere
lending, ku aing dibaledog ti
luhur ..."
TOWER : "Anjrit ...nya sok atuh
lah ... klir to len, mangga Japati 601
...."
PILOT : "Affirmative ... Japati 601
cleared to land, Roger ..."
TOWER : "Rojer nu mana deui ... ngaran
aing mah Asep ... Asep Surasep ti
Babakan tea ...."
lebih murah ketimbang
Surabaya-Bandung?
"Tiket pesawat Surabaya - Bandung Rp.
600 ribu, Kalo Surabaya-Jakarta
Cuma Rp. 160 ribu......apa nggak
bingung tuh......matematika siapa yang
salah...., " kata Srigunani.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan
harga-harga tiket tersebut.
Walaupun secara matematika saya tidak
tahu pasti karena terus terang
saya jeblok di mata pelajaran ini,
tapi perlu diketahui bahwa ada
beberapa pertimbangan yang diambil
oleh airline operator dalam
menentukan 'airfare' yang berlaku,
misalnya :
PROFIL PENUMPANG.
Berdasarkan survey terhadap penumpang
pesawat dari Surabaya, mereka yang
berangkat dengan tujuan ke Jakarta
adalah dalam rangka 'Bisnis' (baca:
cari duit), sedangkan mereka yang
berangkat ke Bandung sebagian besar
dalam rangka 'Shopping' (baca: buang
duit) seiring makin menjamurnya
Factory Outlet di kota kembang
tersebut. Maka diadakanlah program
tarif
bersubsidi silang untuk meringankan
ongkos penumpang yang sedang
kesusahan cari duit.
OPERATIONAL COST.
Biaya pelayanan penumpang tujuan
Bandung biasanya lebih mahal, karena
mereka menuntut nasi timbel panas,
sayur lalapan segar, gurame goreng,
pete bakar, sambal cobek terasi dan es
kelapa muda lengkap dengan
batoknya. Hal ini tentu menimbulkan
biaya tambahan karena mempersiapkan
dan memasak hidangan ini di pesawat
tentu lebih sulit dibandingkan
katering siap-saji biasa yang cukup
dihangatkan dalam microwave.
LOAD FACTOR.
Kapasitas angkut penumpang terpaksa
dikurangi hingga 30-40% agar dapat
memuat set cobek sambal, kelapa degan,
panggangan ikan, kobokan tangan
dll tanpa melebihi batas Maximum Take-
Off Weight. Passanger seat pun
terpaksa dicabut karena penumpang
lebih memilih duduk lesehan di tikar,
"Ameh asa di saung" kata mereka.
NAVIGASI.
Dibandingkan Jakarta, papan penunjuk
arah jalan di kota Bandung sering
tidak jelas dan membingungkan. Sering
terjadi pilot salah belok dan
kemudian terjebak jalan satu arah yang
ternyata dipadati oleh angkot.
Apalagi kemacetan yang terjadi setiap
akhir pekan, menuntut pilot
bekerja extra untuk menahan pedal
kopling lebih lama. Oleh karena itu
jangan heran bila banyak pilot yang
tidak mau menggunakan argometer dan
lebih memilih sistem borongan.
SUKU CADANG.
Faktor ketersediaan suku cadang turut
berpengaruh terhadap besaran
tarif. Bila pesawat mengalami
kerusakan di Jakarta , terdapat
alternatif
pasar suku cadang dengan harga miring
di Asem Reges, sebaliknya di
Bandung besar kemungkinan justru suku
cadang dan komponen pesawat itu
yang dipreteli untuk mengisi stok
onderdil di pasar Sumur Bandung. Jadi
mungkin saja pesawat B737 yang terbang
ke Bandung pulangnya berubah
wujud menjadi Gantole.
FLIGHT CREW.
Prosedur standar penerbangan di
Indonesia biasanya menerapkan 2-man
cockpit crew. Tapi untuk penerbangan
ke Bandung diperlukan crew tambahan
selain Captain dan First Officer,
yaitu Translator. Hal ini diperlukan
untuk mengatasi kendala bahasa yang
mungkin terjadi ....
Contohnya seperti ini nih :
PILOT : "Bandung Tower , selamat
siang ... Japati 601 with Bravo,
inbound for landing"
TOWER : "Japati 601 ... rek naon maneh
ka dieu?"
PILOT : " Bandung Tower, Japati 601
request permission to land ..."
TOWER : "Gelo ... Teu bisa! Ayeuna
Persib keur tanding euy ...."
TRANSLATOR : "Sok siah ... Dasar si
borokokok, lamun teu di bere
lending, ku aing dibaledog ti
luhur ..."
TOWER : "Anjrit ...nya sok atuh
lah ... klir to len, mangga Japati 601
...."
PILOT : "Affirmative ... Japati 601
cleared to land, Roger ..."
TOWER : "Rojer nu mana deui ... ngaran
aing mah Asep ... Asep Surasep ti
Babakan tea ...."
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar