Belajar Naik Sepeda
Liburan lebaran memang paling asyik bermain-main dengan keponakan di halaman rumah. Seperti saat ini aku menemani bermain dua orang keponakan Yesta dan Tasha. Yesta (4th) ingin belajar naik sepeda dengan kakak sepupunya Tasha (9th).
Dua sepeda mini sudah dikeluarkan dari dalam rumah, mereka mengendarai masing-masing sepedanya. Pertama kali mencoba naik sepeda mini Yesta berulang kali harus menjejakkan ke dua kakinya ke atas tanah, tapi lantaran keinginannya yang kuat agar bisa mengendarai sepeda, sedikit demi sedikit menjadi lancar. Sepeda melaju dan terhenti kembali.
Anak-anak memang memiliki hasrat mencontoh kakaknya, melihat Tasya sudah mahir bersepeda Yestapun mencontohnya, dia yakin kalau dia mampu berbuat serupa dengan kakaknya.
Beberapa kali dia harus terjatuh, bahkan kendaraannya bertubrukan dengan sepeda kakaknya karena medan lapangan tempat berlatih tidaklah luas, jadi mereka berputar-putar saja di depan halaman rumah.
Kembali sepeda terhenti mendadak rupanya Yesta belum mampu mengontrol rem. Setelah terjatuh dan sepedanya masuk ke rimbunan pepohonan baru Yesta mulai tersadar bahwa dia memang belum bisa mengendarai.
Sambil mencoba kembali, dia memperhatikan kakaknya mengontrol setir, menjaga keseimbangan dan akhirnya Yestapun BISA mengendarai sepeda. Upaya Yesta, berlatih kembali membuahkan hasil, sekarang dirinya sudah terampil bersepeda, proses pembelajaranpun selesai. Beberapa jam telah berlalu, Yesta kini yakin bahwa dirinya sudah mampu mengendarai sepeda.
Derai tawanya menandakan bahwa dia sudah bisa, dan dia memamerkan kebolehannya kepadaku.
Betul apa yang dikatakan Al Quran, �Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali dirinya mau merubahnya�.
-o0o-
Dari gambaran belajar naik sepeda di atas, merupakan cermin bagaimana kita bisa merubah suatu keinginan menjadi pencapaian 'realitas'. Jika sesuatu mungkin bagi seseorang, maka hal itu mungkin bagi yang lainnya. Dengan catatan, mau belajar, punya semangat tinggi, menunjukkan komitmen untuk tetap berusaha dalam situasi apapun. Aku bertanggung jawab atas pemikiranku.
Menurut pepatah China : Kesuksesan datang dari keputusan yang baik -> Keputusan yang baik datang dari penilaian yang tepat -> Penilaian yang tepat diperoleh dari pengalaman -> pengalaman didapat dari penilaian yang buruk.
Yang baik adalah maju terus -> ambil resiko -> Evaluasi -> Selaraskan. Tidak ada kegagalan, hanya umpan balik yang tidak tepat. Selebihnya pasrahkan diri keHadirat Illahi Robbi, agar bekenan merestui usahanya. Jadi kita ini lari dari satu takdir ke takdir yang lain, demikian menurut Imam Ali bin Abi Thalib.
Selamat berjuang merubah nasibmu! Bisnis itu seperti kita belajar naik sepeda, terkadang untuk melaju kita harus jatuh bangun pada saat belajar mengendarainya.
Salam,
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar