<gotholoco@.
>
> Spiritualis(
> terjangkau oleh orang-2 awam atau kebanyakan, jadi upaya untuk
> sosialisasinya terpaksa harus menurunkan 'bahasa kelangitan'
tersebut
> menjadi "bahasa keseharian", dari bahasa mesin(asembler) diturunkan
> melalui interpreter menjadi bahasa umum.
> Misalnya: tulisan-tulisan sampeyan (bung Audivacx) itu bisa
dinikmati
> hanya oleh kalangan terbatas(ceruk pasar yang sedikit, "orang-2
> pinter" itu hanya sedikit).
Audifax:
hehehe...yup. Memang itu mesti diakui, memang tulisan saya, kalo
minjem teorinya Hermawan Kartajaya, mengambil 'positioning'
dan 'diferensiasi' seperti bung gotho katakan.
<gotholoco@.
> Contoh: "Upacara" minum teh(botol?) ataupun minuman-2 laen, sebagai
> pintu masuk "spiritualism" misalnya seperti yang dilakukan oleh
grup
> kompatiolog itu sah-sah saja(pengalengan dan pembotolan secara
> betulan, bukan artifisial), hanya ketika dikomersilkan maka bukan
lagi
> bicara "spiritualism" melaikan masuk ke wilayah 'komersialisme"
alias
> bagian "kapitalisme"
> Mengapa nggak minum sekalian yang memabukan seperti minuman yang
ada
> dalam kaleng atau botol yang bertuliskan "spirit" he..he.he..
Audifax:
wakakakkk...
<gotholoco@.
> Poin jebulnya, dalam rangka meluaskan ceruk pasar, perlu misalnya
> ditulis buku turunan (diferensiasi) dari buku "Semiotika Tuhan",
agar
> lebih mudah dibaca oleh kalangan awam.
Audifax:
hehehe...lha di segmen itu sudah ada bukunya Mbah Goen je...hehehe
<gotholoco@.
> Semiotika Tuhan itu bicara mengenai Tuhannya orang Semit (yahudi)
> bukan ? ha..ha..ha..
Audifax;
Semiotika Tuhan sebenarnya bicara apa saja yang bisa ditempatkan
sebagai Tuhan
>
>
> --- In psikologi_transform
> <audivacx@> wrote:
> >
> > Lha ya itu bung Gotho,
> > Kalo kira-kira prospek bisnisnya bagus, saya mau biki juga ah
> > Punya usul enaknya apa nih yang bisa dikalengkan atau
dibotolkan?
> > hehehe....
> >
> > gotholoco <gotholoco@> wrote:
> > Mau spiritual "kalengan" atau "botolan" namanya juga
usaha !
> > Yang penting halal.
> > he..he..he..
> >
> > --- In psikologi_transform
> > <audivacx@> wrote:
> > >
> > > Kalau saya lebih bertanya-tanya ke ESQ itu sendiri ketimbang
apakah
> > yang bikin beneran rektor UI atau enggak.
> > >
> > > Bagi saya, ada banyak hal yang masih terasa mengganjal dari
> > Spiritual Quotient itu sendiri. Apalagi ketika kemudian
dikombinasikan
> > dengan EQ. Apa iya semua itu memang bisa di-quotient? Pertanyaan
lain,
> > apa iya dari training beberapa hari itu sudah bisa terjadi
perubahan
> > pada apa yang disebut sebagai 'kecerdasan spiritual' seorang
manusia?
> > >
> > > Sejauh saya memahami, sebuah perubahan dalam hal spiritual,
> > berkait dengan peristiwa yang idiosinkretis, bukan dalam bentuk
> > training. Contohnya, mungkin dengan mudah bisa kita temui dari
> > kisah-kisah religius atau kisah para orang suci.
> > >
> > > Lha ini sekarang malah ada 'spiritualitas kalengan'. Sudah
> > dipacking dan tinggal dilahap dalam beberapa hari.
> > >
> > > piye, Mas Goen?
> > >
> > >
> > > salam,
> > >
> > > Audifax
> > >
> > > goenardjoadi <goenardjoadi@
> > > training ya training
> > >
> > > tapi mbok jangan pake nama Rektor UI, masak sih Rektor UI mau
bikin
> > > seminar? lha muridnya saja sudah 10,000 orang piye ngurusine?
> > >
> > > audifax, piye?
> > >
> > > salam,
> > > goen
>
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar