memang gak penting mulai darimana…hanya highlight saja…masalahnya sering orang kita bingung masuk ke dalam loop ini mbakyu….dan ujung2nya “doing nothing”…bisa jadi melongo saja….atau “menertawakan diri” nih baik sendiri2 maupun jamaah di milist2, warung2 sampek seminar2 mahal yang jadinya tak lebih dari, maaf….”masturbasi” …”plong”-nya dapet….gak jadi anak…he..he.
Salam,
Anwar
From:
Sent: Sunday, December 09, 2007 11:34 AM
To:
Subject: Re: [psikologi_transfor
bung Anwar,
menurutku ga perlu pake duluan mana dari apa.....
please dong ah.....
tentang mall nih, tuhanku.... eh tuhantu...
tempo2 ketika lunch meeting dengan beberapa klien bersama beberapa kolega saya,
kami juga ngobrolin tentang pembangunan mall dan trade center yang "CIHUIIIIIII" banget jumlahnya itu.
lepas dari segala pertimbangan dan keprihatinan yang begitu besar,
mencoba untuk menemukan berbagai hal bisa dijadikan positif,
kami bersetuju, bahwa jika terjadi bencana alam besarrrrrrrrrrrrrrr
On 12/8/07, tuhantu_hantuhan <tuhantu_hantuhan@
Quote: namun demikian, saya sungguh percaya bahwa potensi pikiran/kesadaran manusia selalu akan cukup untuk mengatasi setiap permasalahan.
Tuhantu: Cuman kadang manusia cendrung membatasi potensi kesadaran dan fikirannya sendiri, tanpa sengaja. Contoh, ketika seseorang mengajak Anda berdiskusi dan mengatakan ´silakan baca bukunya, dan kita diskusikan isi buku itu´.
Lalu, waktu dihabiskan berbusa-busa berfikir berdasarkan text book tersebut. Tapi bukan berdiskusi berdasarkan fenomena yang terjadi saat itu, ditempat para diskuser tersebut berada, yg belum tentu sama dengan lokasi si penulis buku yang mereka bicarakan.
Akibatnya, cendrung kita membicarakan hal-hal yang sifatnya ´tangan ke dua´, yakni hasil observasi si penulis buku. Padahal, ketika saat penulis melakukan obeservasi, membereskan draft tulisan, berurusan masalah kontrak-kontrak dgn percetakan, mengantar anak istrinya berbelanja dan rekreasi. Apa yang tadi dia observasi akan tidak sama seperti sebelumnya.
Sambil nulis ini, saya sedang membayangkan orang-orang pintar di
Dan kulihat pula, seorang yang sedang dongkol sedang mengamati diskusi tersebut, kemudian bergumam...
½Jakarta tidak butuh orang-orang pintar yang saking pintarnya justru tidak tahu kalau pembangunan mall dan trade center sudah melewati batas sehingga tidak ada lagi kawasan hijau di
Sesuai thread diskusi ini (mentertawai diri sendiri) kira kira... konteksnya cocok nggak?... Hikhikhikhikhik.
Be Fun
Tuhantu
http://hole-
--- In psikologi_transform
>
> Pak Jusuf,
>
>
>
> Saya belum baca bukunya, tapi fakta2 yang diungkap di bawah rasanya sangat
> cukup menggambarkan urgensi permasalah dunia yang ingin bapak
> ungkapkan.cukup nggegirisi.
>
>
>
> namun demikian, saya sungguh percaya bahwa potensi pikiran/kesadaran manusia
> selalu akan cukup untuk mengatasi setiap permasalahan.
> seluruh keberadaan dibentuk dari afirmasi. banyak contoh yang saya lihat dan
> alami yang mengkonfirmasi hal ini...dan satu2nya yang diperlukan untuk
> segala solusi hanyalah pembebasan potensi pikiran/kesadaran
>
>
>
> kekuatan pikiran manusia senantiasa tersembunyi di balik kerangkeng yang
> diciptakannya sendiri, yang utamanya hanya bersumber dari 2 hal.paradigma
> dan kekecewaan dari masa lalu..dan ketakutan pada masa depan.point inilah
> yang, sebagaimana saya tulis dalam diskusi dengan Mas Goen sebagai
> keikhlasan atas result, yang sudah maupun akan terjadi..hidup dalam kekinian
>
>
>
> cara pandang di atas sangat penting dalam melihat fakta2 seperti di
> bawah..saya kira cara pandang seprti ini bukanlah berarti mati rasa, atau
> tidak mampu merasakan kepedihan dunia.namun penting untuk menjaga kejernihan
> pikiran....dan dalam level tindakan, kita lebih baik fokus pada apa2 yang
> sudah menjadi jatah kita masing2....pada apa yang disebut mas Goen sebagai
> "panggilan jiwa".dan mengalir pada panggilan jiwa, legenda pribadi, tugas
> hidup..atau apapun namanya inilah yang akan membuat fungsi/manfaat
> keberadaan kita optimal
>
>
>
> dalam proses pembebasan potensi pikiran, saya sungguh setuju dengan P. Jusuf
> tentang menertawakan diri sendiri, yang menurut saya adalah titik awal
> terpenting.bahkan, metertawakan diri sendiri ini satu2nya tertawa yang
> menyehatkan, mencerdaskan di semua level kesadaran dan membebaskan
> kontaminasi ego..sementara di posisi seberangnya adalah mentertawakan yang
> lain sebagai yang akan merusak dilihat dalam keseluruhan rentang..dan
> sejatinya, pikiran/kesadaran yang terbebas akan memberikan pengaruh
> keseluruh keberadaan lebih daripada yang kita pahami dalam kerangka
> akal/rasio yang senantiasa menuntut penjelasan proses
>
>
>
> sebagai muslim.mentertawaka
> sebenarnya yang sedang saya coba lakukan dan ajak saat iseng2 jahil kasih
> komentar ke Hendrik-isme.
>
>
>
> mungkin bagus kali ya, kalau konperensi lingkungan hidup di bali dibuka sama
> tukul, biar ketawa smua.pikiran jadi bening, kreatif and produktif secara
> kolektif
>
>
>
> Oh ya..mengenai tulisan saya terakhir di bawah, itu karena menurut saya
> antara sikap/tindakan dan pikiran/kesadaran saling terkait dalam satu loop
> seperti keberadaan ayam dan telur.jadi tidak masalah mana duluan, yang
> penting.do it anyway.namun demikian, akan lebih mudah tertawa ndiri dulu
> biar sehat dan cerdas.dibanding nunggu cerdas dulu baru tertawa :-)
>
>
>
> selamat mentertwakan diri sendiri pak Jusuf.
>
>
>
> Salam,
>
> Anwar
>
> p.s: agak panjang pak, malem2 lagi nganggur :-)
>
>
>
> _____
>
> From: psikologi_transform
> [mailto:psikologi_transform
> Sent: Thursday, December 06, 2007 8:43 PM
> To: psikologi_transform
> Subject: Bls: [psikologi_transfor
> mentertawakan diri sendiri ?
>
>
>
>
> Tulisan tsb utamanya ditujukan supaya perhatian kita dipusatkan pada masalah
> mendesak zaman ini yang memerlukan penyelesaian segera dan sistematis demi
> masa depan umat manusia dan bumi tempat tinggalnya.
>
> Bacalah buku REVITALISASI PERTANIAN DAN DIALOG PERADABAN, Penerbit Buku
> Kompas.
>
> kaitannya dengan pangan dan peradaban.
>
> * Penduduk dunia sekarang sdh hampir 7 milyar dan terus bertambah
> setiap 15 tahun dengan 1 milyar.
> * Ini membutuhkan pangan, lapangan pekerjaan, kesehatan, pendidikan,
> perumahan dan sebagainya.
> * Padahal untuk memproduksi 1 kg gabah, mulai dari menyebar benih
> sampai panen, diperlukan 3 Ton air.
> * Kalau 1 kg gabah menjadi 0,6 kg beras, maka 1 kg beras memerlukan 5
> Ton air.
> * Dengan perubahan cuaca yang demikian dahsyat, masih bisakah umat
> manusia menyediakan pangan untuk generasi mendatang ?
> * Kalau menggunakan teknologi dgn pestisida dan pupuk buatan dosis
> tinggi akan berdampak pada lingkungan ; kalau menggunakan pupuk organik,
> hanya merupakan solusi lokal tapi belum bisa memberi makan seluruh dunia.
> * Ditambah lagi produk pertanian digunakan untuk bio-fuel , sehingga
> pertanian masa depan diperebutkan oleh manusia, ternak dan mobil. Masih akan
> ditambah lagi dengan untuk plastik ramah lingkungan.
> * Menggunakan tenaga nuklir, kalau bocor akibat gempa bumi, dampaknya
> bgm ?
> * Pandemi penyakit seperti flu burung saja, kita sudah kewalahan
> karena untuk memastikannya sample darah hrs dikirim ke luar negeri.
> * Deteksi dini bencana alam seperti tsunami, memerlukan kerjasama
> teknologi tinggi antar bangsa.
> * Keamanan barang2 yang dikonsumsi manusia ( makanan-obat2an -
> kosmetika) semuanya butuh teknologi tinggi untuk mengukur kandungannya. Ini
> memerlukan peralatan yang canggih dan standardisasi yang ditentukan oleh
> penguasaan iptek.
> * Lapangan kerja dan pelatihan untuk menampung pemuda yang masuk
> angkatan kerja
> * Pencemaran lingkungan
> * Pemanasan global yang membuat air laut naik dan akan memakan dataran
> subur di muara sungai yang menjadi penghasil tanaman pangan
>
> Soalnya sudah demikian mengglobal, kait mengkait sehingga penyelesaiannya
> memerlukan kerjasama antar bangsa.
> Padahal di dunia ini tidak ada satupun yang mempunyai kekuatan untuk memaksa
> bangsa lain sendirian memikul beban dalam mengatasinya, kecuali melalui
> dialog dan saling pengertian sehingga bisa mengatasi bersama secara gotong
> royong.
> Itulah sebabnya muncul gagasan mengenai Psikologi Transformatif dan
> Transpersonal !
> Kuncinya ada pada membangun kesadaran seperti dikatakan misalnya oleh
> Vimalakirti (awal abad Masehi)
> dalam syair sbb. :
>
> " Gunung Sumeru mengandung biji lada,
> Dalam setiap biji lada bersembunyi seluruh alam semesta ;
> Karena dunia sakit, saya merasa sakit,
> Karena umat manusia menderita, maka saya menderita "
>
> Kita bisa membangun gedung tinggi, jalan lebar, tapi gagal membangun hati
> dan pikiran yang mampu merasakan penderitaan dunia. Melalui komunikasi
> cellular (komputer, HP, TV) kita bisa mendekatkan jarak, tapi hubungan antar
> keluarga saja malah sulit karena ibu dan ayah , anak-anak sibuk
> sendiri-sendiri. Dengan tetangga kita sendiri di kiri kanan rumah juga tidak
> saling berkenalan.
>
> Salam,
> Jusuf Sutanto
>
>
>
> ----- Pesan Asli ----
> Dari: Anwar Haryono aharyono@...
> Kepada: psikologi_transform
> Terkirim: Kamis, 6 Desember, 2007 7:18:16
> Topik: RE: [psikologi_transfor
> mentertawakan diri sendiri ?
>
> Lupa satu lagi, duluan mana..mampu mengatasi ego ndiri trus bisa ngetawain
> diri ndiri.ato ngetawain diri ndiri trus jadi bisa mengatasi ego ndiri?
>
>
>
> _____
>
> From: psikologi_transform atif@yahoogroups .com [mailto: psikologi_transform
> atif@yahoogroups .com ] On Behalf Of Anwar Haryono
> Sent: Thursday, December 06, 2007 7:06 PM
> To: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
> Subject: RE: [psikologi_transfor matif] Mengapa kita tidak bisa lagi
> mentertawakan diri sendiri ?
>
>
>
> Duluan mana.cerdas dulu baru bisa ngetawain diri ndiri.ato ngetawain diri
> ndiri trus jadi cerdas?
>
>
>
>
>
> _____
>
> From: psikologi_transform atif@yahoogroups .com [mailto: psikologi_transform
> atif@yahoogroups .com ] On Behalf Of ratih ibrahim
> Sent: Thursday, December 06, 2007 6:29 PM
> To: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
> Subject: Re: [psikologi_transfor matif] Mengapa kita tidak bisa lagi
> mentertawakan diri sendiri ?
>
>
>
> butuh kecerdasan tersendiri untuk bisa mentertawakan diri sendiri
> pakkkkkkk... ......
>
> dan kemampuan mengatasi "ego" diri....
>
>
>
> best,
>
> ratih
>
>
> *btw, pecel pincuk itu jebul uenak buangetttttttttt*
>
>
> On 12/4/07, Jusuf Sutanto jusuf_sw@yahoo. co.id
> <mailto:jusuf_sw@... > wrote:
>
>
>
> Tulisan pendek ini ada dalam buku
>
> " KEARIFAN TIMUR DALAM ETOS KERJA DAN SENI MEMIMPIN ", Penerbit Buku Kompas,
> 2007
>
> Tertawa adalah cara bijak untuk
> mengatasi fanatisme
>
> Konflik bernuansa agama kini dan semenjak dulu
> menjadi masalah utama yang harus diselesaikan karena bisa berkembang menjadi
> masalah mengerikan yang berkepenjangan. Upaya Komisi Nasional Hak Asasi
> Manusia semata
> tidaklah memadai untuk bisa menyelesaikan masalah yang sedemikian sulit
> ini.dan
> sering kambuh lagi. Satu-satunya jalan adalah melalui pendidikan.
>
> Pada suatu hari, Konfusius
> diprotes oleh murid-muridnya gara-gara menerima anak seorang penjahat yang
> terkenal sangat kejam ddan sadis sebagai murid. Setelah semua muridnya
> mengukapkan keberatannya, ia mulia angkat bicara dan menjelaskan bahwa
> ketika
> anak itu datang kepada dia, ia bertanya : untuk tujuan apa kamu datang ?
> Anak
> itu menjawab berkali-kali bahwa ia mau belajar ! Hanya karena seseorang mau
> belajar, maka orang jahat bisa diubah menjadi orang baik ; salah pengertian
> bisa dijelaskan ; permusuhan bisa didamaikan. Apakah kamu bisa memberikan
> cara
> lain yang lebih efektif untuk mengubah manusia jahat menjadi baik selain
> belajar ? Semua muridnya diam dan menyadari kekeliruannya !
>
> Apakah
> kamu bisa memberikan cara lain yang lebih efektif
>
> untuk
> mengubah manusia jahat menjadi baik selain belajar ?
>
> ***
>
> Ceritera berikut ini yang dikutip
> dari buku " Kebijakan Sejati " .karangan Pema Chodron (Penerbit Karaniya )
> barangkali bisa membantu
> dalam mengatasi masalah yang pelik ini.
>
> Syahdan
> ada seorang Dewa yang tahu bahwa manusia mempunyai sifat yang aneh, yaitu :
> sangat suka fanatik pada sesuatu yang dianutnya, lalu membentuk organisasi
>
> berjalan
> baik-baik saja, tapi kemudian sedikit demi sedikit mulai membuat masalah,
> misalnya lalu menuliskan namanya besar-besar dalam bendera raksasa, berpawai
> di
> jalan-jalan sambil berteriak dan mengibarkan panji-panjinya supaya orang
> lain
> yang berbeda pandangan mau ikut bergabung dengannya. Kemudian Dewa itu
> memutuskan untuk mencoba membuktikan keadaan umat manusia agar bisa
> menertawakan dirinya sendiri setelah melihat keanehan itu.
>
> Dewa itu menciptakan sebuah topi
> besar, yang sebelah kiri berwarna merah menyala, dan belahan kanan biru
> cerah.
> Lalu ia pergi ke suatu jalan di mana banyak orang sedang bekerja. Ia
> memunculkan diri dengan segala kesaktiannya sehingga semua orang takjub
> melihatnya. Berbadan besar dan bersinar, mengenakan topi tersebut, ia
> berjalan
> menyusuri jalan tersebut, membuat semua orang berhenti untuk memandangnya.
> Lalu
> Dewa itu mendadak lenyap begitu saja. Semua orang menjerit : " Aku melihat
> Tuhan ! Aku melihat Tuhan ! ". Mereka semuanya dipenuhi kegembiraan
> sehingga seseorang yang ada di sebelah kiri jalan berkata : " Betapa
> agungnya, Ia datang mengenakan topi merahnya ! ". Orang yang ada di kanan
> jalan memandangnya dengan heran sambil berkata : " Ia tidak bertopi merah,
> melainkan biru ! ".
>
> Perbedaan
> pendapat itu berlangsung terus sehingga masing-masing pihak membangun tembok
> dan saling melempar batu ke lawannya. Lalu dewa itu muncul kembali, tapi
> kali
> ini berjalan berlawanan arah dengan sebelumnya dan kemudian kembali
> menghilang.
> Sekarang semua orang saling memandang dan orang yang ada di sebelah kanan
> berkata : " Ternyata Anda benar. Ia bertopi merah ! Kami minta maaf karena
> sudah salah melihat ". Tapi
> orang-orang di sebelah kiri mengatakan : " Tidak, tidak.. kalian yang
> benar, kami yang salah. Ia bertopi biru ". Saat itu mereka semua bingung,
> tidak tahu harus bertengkar atau berdamai. Lalu Dewa itu muncul kembali, dan
> kali ini ia berdiri di tengah jalan, berputar ke kiri lalu ke kanan,
> kemudian
> kembali lenyap.dan semua orangpun akhirnya tertawa !
>
> Ceritera
> ini akan meniupkan angin segar bagi masyarakat yang terus menerus digoyang
> oleh
> konflik bernuansa agama yang seolah sudah kehabisan akal untuk
> menyelesaikannya.
>
> Ceritera
> ini akan meniupkan angin segar bagi masyarakat yang terus menerus digoyang
> oleh
> konflik bernuansa agama dan
>
> seolah sudah kehabisan akal untuk
> menyelesaikannya
>
> ____________ _________ _________ _________ _________ ________
> Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi
> Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers. yahoo.com/
> <http://id.answers.
>
>
>
>
>
>
>
> _____
>
> Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo!
> < http://sg.rd.
> Answers
>
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Fed Cuts Rates Again - Think you pay you much for your mortgage? No SSN Required - Estimate New Payment.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar