Osama bin Laden Melawan AmerikaEditor: Ahmad Dhumyathi Bashori, M.A. -------------------------------------------------------------
Koneksi Bin Laden Imtiaz Alam Pada 12 Oktober 1999, administrasi Jenderal Musharraf mendapat peringatan pertama ketika enam roket ditembakkan dengan sasaran kantor-kantor PBB dan AS di Islamabad. Jadwal penembakan roket tersebut mengandung intrik karena hal itu terjadi hanya dua hari sebelum diberlakukannya sanksi DK-PBB kepada Taliban untuk memaksa mereka menyerahkan Osama bin Laden. Siapa pun yang bertanggung jawab atas tindakan nekat ini --kalau memang bukan dilakukan oleh orang yang pro-Taliban atau pro-Bin Laden-- peledakan itu telah memberi implikasi yang besar kepada Islamabad untuk merevisi sikapnya. Karena ledakan im dapat membuat koneksi dan mengnbah hubungan internasional Islamabad terpuruk dalam bahaya jika terus mempertahankan kapasitasnya dan tetap mendukung Taliban yang akan mengancam eksistensi, koneksi dan reputasinya, administrasi militer yang masih berjuang agar dapat diakui secara internasional ini tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti konsensus internasional melawan rezim ekstremis Kabul atau terpuruk dan hancur bersama Taliban. Sanksi ekonomi DK-PBB, disahkan berdasarkan Bab 7 PBB terhadap Taliban atas penolakan mereka untuk mendeportasi Osama bin Laden, merupakan awal dan sederetan upaya penghukuman dan koalisi internasional dalam penanggulangan ancaman terorisme internasional. Rusia, negara-negara Asia Selatan, Cina, Masyarakat Eropa, India, Iran, dan juga beberapa negara Muslim di Timur Tengah yang merupakan wilayah yang langsung terancam serangan terorisme ini, telah sepakat untuk bekerja sama memerangi hal yang mereka identifikasi sebagai ancaman yang paling berbahaya pada periode pasca Perang Dingin Secara kolektif mereka memandang Taliban dan tamu kontroversial mereka, Osama bin Laden, secara langsung atau tidak langsung merupakan pelaku utama yang terlibat di dalam "terorisme Islam" di kawasan ini dan dunia pada umumnya. Terutama AS yang berobsesi mati-matian untuk membawa salah satu dan "sepuluh teroris yang paling dunginkan", Bin Laden. Karena ini, AS tidak segan-segan menghujani persembunyiannya di Khost, Afghanistan, dengan rudal Tomahawk tempat berbagai kelompok ekstrem yang bergabung dengan Bin Laden berlatih. Selain Khost, Khartoum di Sudan juga mendapat "jatah" dan AS. Pabrik yang diduga menjadi tempat produksi bahan pembuatan senjata kimia dituding memiliki hubungan dengan kelompok militan Islam. AS tanpa meminta mandat dan PBB, langsung melancarkan serangan-serangan membunuh, hanya dua minggu setelah pembumihangusan dua kedutaan AS di Kenya dan Tanzania. Walaupun ternyata serangan rudal-rudal tersebut gagal mengenai sasaran, tindakan ini merefleksikan solusi adidaya satu-satunya untuk tidak membiarkan pembunuh warga negaranya bebas hidup lepas dan kekuatan keadilan imperial. Di samping serangan ini telah memalukan arsitek paradigma strategis Pakistan, pemboman di Khost telah mengekspos relasi antar berbagai kelompok militan Wahabi dan Bin Laden, termasuk Sipha-i Sahaba (kelompok ekstremis di Pakistan) dan salah satu kelompok besar yang menggalakkan jihad di Kashmir. Pada sisi lain, serangan membabi buta AS ini ternyata telah menguntungkan Osama dan aliansinya secara politis karena serangan itu telah memicu amarah Muslim di berbagai belahan dunia untuk menentang kesewenangan "imperialisme AS". "Petualangan" Bin Laden, yang pernah menjadi sekutu AS saat berkecamuk perang melawan tentara Merah dan bahkan yang menurut Kolonel Al-Qadzafi sebagai agen CIA, secara ironis, hanya dalam satu malam, telah menjadi simbol resistensi Muslim sedunia. Ironi ini terletak pada kemungkinan semarakuya resistensi Muslim untuk mengikuti jejak yang sudah diprakarsai Osama. Dan bisa jadi ini akan membuat Muslim menjadi nekat untuk melakukan penghancuran-diri secara massal yang dibelokkan para ekatremis ke jalan yang salah Serangan ini juga memperagakan perkembangan persenjataan AS yang punya sasaran hebat, khususnya kekuatan udara dan pengintaian dari luar angkasa sehingga dapat membidik dan mengeliminasi siapa saja tanpa harus mendaratkan pasukan. Dan ini juga yang dibuktikan AS atas Yugoslavia saat krisis Kosovo berkecamuk. Dalam hal sanksi kepada Taliban, DK-PBB memperlihatkan kekompakan yang mencengangkan dan tidak tejadi seperti saat NATO berinisiatif untuk intervensi di Kosovo. Di bawah pergerakan para pelajar Wahabi yang didukung oleh Islamabad sebagai perluasan diri yang disebut dengan "kedalam strategis", Afghanistan menjadi sarang pergerakan ekstremisme agama internasional yang mentargetkan semua orang kafir tanpa memandang implikasi geostrategis. Moskow telah menuduh Pakistan dan Taliban melatih pemberontak Chechnya dan begitu juga dengan mereka yang meramaikan peperangan Wahabi di Dagestan. Di dalam peperangan melawan pemerintahan Karimov di Uzbekistan, ratusan pasukan gerilya masuk ke Kyrgystan dan Afghanistan, menundukkan beberapa kantong pertahanan dan menyandera 4 warga Jepang. Cina yang benar-benar terganggu dengan infiltrasi militan di wilayah Xinjiang, bergabung dalam koalisi Federasi Negara-Negara Merdeka yang terancam ekstremisme Islam yang punya relasi dengan Afghanistan. Konferensi Bishkek telah menyediakan sebuah platform internasional terhadap terorisme. Kegagalan delegasi khusus Sekjen PBB untuk meredakan perselisihan di Afghanistan dengan tawaran pemerintahan multietnis dan meyakinkan Taliban untuk menyerahkan Osama, telah membuat komunitas internasional frustrasi. Dengan sikap yang pertengahan dan barbarik, Taliban berhasil menciptakan opini publik internasional yang bertentangan secara diametral dan pendekatan yang ekslusif telah mengucilkan semua kekuatan yang bercita-cita membangun Afghanistan ini . Malah sebaliknya, mereka memprovokasi semua negara tetangga untuk bergandeng tangan membentuk kekuatan untuk mendukung resistensi Aliansi Utara pimpinan Ahmad Shah Masood. Aliansi total Islamabad kepada Taliban, telah mengisolasi Pakistan dan sekutu-sekutu dekat Pakistan, seperti Iran dan Cina, dan memaksa negara-negara Asia Selatan dan Iran untuk berpaling kepada India, di samping terus mendukung oposisi Taliban. Pada saat yang sama, saat episode krisis Kargil, India mendapat kesempatan emas untuk membangun neksus antar kelompok jihad yang bertempur di Kashmir dan terorisme internasional yang beraliansi dengan Taliban dan Laden. Kenyataannya adalah Pakistan harus membayar mahal pertualangannya yang keliru di Afghanistan dan telah mendorong India untuk menarik simpati sekutu-sekutu tradisional Pakistan. Islamabad sendiri harus terisolasi. India telah berhasil menghubungkan jihad Kashmir dengan terorisme Islam yang terbukti mematikan dukungan komunitas internasional untuk posisi Pakistan. Namun, Islamabad kelihatannya terus mempertahankan kebijakan Afghanistan dan Taliban tanpa memedulikan risiko berat yang harus diderita, baik secara domestik ataupun internasional. Pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan mengindikasi hal itu. Selain persoalan terorisme, Afghanistan dikenal sebagai penghasil opium terbesar di dunia dan diperkirakan akan semakin meningkatkan produksinya setelah sanksi diberlakukan. Perhatian Barat terhadap penyebaran narkotika sudah diketahui umum. Ini, ditambah dengan permusuhan mereka kepada Taliban, akan menyebabkan kebijakan Islamabad menghadapi pertemuan-pertemuan yang memalukan di forum-forum dunia. Sebagaimana yang terjadi karena dunia terus memperluas ruang lingkup sanksi-sanksinya kepada Taliban, Pakistan akan menanggung berbagai risiko, jika ia terus konsisten menyuplai berbagai kebutuhan kepada Taliban. Perdagangan transit Afghanistan harus dikaji ulang dan perundangan anti-narkotika harus di-upgrade melalui Durand Line. Karena hampir semua lini pengisolasian Taliban diperketat, Pakistan sekali lagi akan dibanjiri pengungsi Afghanistan dan ini akan terus memperparah erosi keseimbangan demografik, tidak saja terjadi di wilayah perbatasan dan Baluchistan (keduanya merupakan provinsi Pakistan), tetapi juga di pusat-pusat kota Karachi dan Rawalpindi. Afghanistan di bawah kekuasaan Taliban tidak saja menjadi tempat penyemaian ekatremisme dan berbagai kelompok jihad, tetapi juga menempatkan Pakistan di bawah tekanan yang keras. Dengan kondisi ekonomi yang labil, masyarakat madani yang termarginalkan dan relasi etno-sektarian membuat Pakistan menjadi lebih rentan di bawah beban Talibanisasi kedua negara. Apakah itu ancaman terorisme, ekstremisme sektarian, budaya Kalashnikov, obat bius, atau ketegangan etno-sektarian, tengah menyelimuti segenap kawasan Pakistan. Taliban sebenarnya telah menjebol keseimbangan demografis masyarakat Pakistan yang multi-etnis, multisekte dan multipolar. Milisi-milisi Islam dan partai-partai Wahabi arus-utama punya hubungan yang kuat dengan Taliban dan Bin Laden, dan dapat berbuat apa saja kalau AS melancarkan serangan-serangan lain. Barangkali mengingat pertimbangan ini semua, Jenderal Musharraf telah menyampaikan keinginan pemerintahnya untuk berperan sebagai mediator antara AS dan Taliban --kesempatan yang mungkin sudah tidak tepat lagi. Dia juga memperlihatkan kecenderungan dan keinginan yang tegang, dalam suatu wawancara dengan CNN, untuk menemukan solusi mengenai isu Bin Laden. Pakistan dapatkan harus dengan minatnya sendiri membujuk Taliban untuk dapat keluar dan aliansi buta dengan Bin Laden dan mengekstradisinya ke negara ketiga. Kendati demikian, para arsitek kebijakan Pakistan dengan Afghanistan akan tetap dalam keadaan dilematis: menjaga reputasi Pakistan di depan mata Taliban dan simpatisan Osama dan saat yang sama tidak melukai perasaan dunia internasional. Dilema akan menjadi lebih sulit, apalagi di masa yang akan datang, kalau seandainya Islamabad tidak merombak secara drastis kebijakan atas Afghanistan dan menekan terus Taliban untuk tunduk kepada konsensus dunia. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar