Dear Friends, Berikut percakapan melalui YM antara
Mbak Dina (nickname) dan saya tentang berbagai hal;
a.l. INDIGO, DUNIA SUBYEKTIF, dan kata "SO WHAT" yang
ternyata bisa bikin orang jadi PEDE LAGI.Semoga
bermanfaat bagi rekan2 lainnya. (Leo).
++++++++++++
D = Dina
L = Leo
D = Halo Mas Leo, sibuk ya?
L = Hm, gak. Aku baru OL.
D = Dah baca imelku? Soal indigo?
L = Udah. Gak usah dipikirin. Itu kan istilah doang.
D = Justru aku ga peduli apalah namanya.
L = Good.
D = Tapi yg jd masalah itu gimana ngatasinnya.
L = Lha, emangnya ada masalah? Masalahnya apa?
D = Kadang aku sama Ella (anakku) jd kayak ga
terkontrol gitu lho. Coba Mas Leo baca aku, lagi
ngawur kan? Energinya suka ga terkontrol aja.
L = Gak, gak ngawur. Apanya yang ngawur?
D = Ato emang ga aku kontrol? Soale dulu kayaknya aku
punya dunia sendiri, energiku meledak2 ga karuan,
mungkin aku sugesti kepingin dibilang "gifted" ato
apalah namanya.
L = Sekarang juga masih punya dunia sendiri, so what?
Setiap orang memang punya dunia sendiri, namanya dunia
"subyektif".
D = Tp seperti di imelku itu, aku lebih sering
dianggap aneh (walopun aku lebih senang dibilang
berbeda).
L = Mao dibilang "gifted" kek, "gak gifted" kek,
emangnya ada bedanya?
D = "Dunia"ku itu kok kayaknya hilang. Hm... gimana ya
aku jelasinnya? Kok aku jd blunder sendiri.
L = Dianggep "aneh" kek, dianggep "gak aneh" kek,
emangnya ada bedanya?
D = Intinya gini: energi positifnya aku, yg apalah
namanya itu, dulu bisa membantu orang at least klo mrk
curhat ma aku blm ngomong eh udah lega.
L = You feel you lost your "subjective world", dunia
subyektif. Dulu bisa membantu orang karena dulu
ada "dunia subyektif" itu. Sekarang gimana?
D = Gitu ya? And, kebetulan suamiku itu org yang
"obyektif". Bagi dia, perasaan org lain jaooh... lebih
penting drpd perasaan "subyektif" itu.
L = Hm, sekarang jadi "balanced" kan? Seperti negatif
plus positif, jadinya netral. Asam plus Basa, jadinya
Garam. So what?
D = Karena situasinya seperti itu, alhasil aku
terkondisikan utk "obyektif", justru bukan balanced,
tapi aku jd merasa tertekan, ga bisa menunjukkan
eksistensi diri, baik di rumah apalagi di lingungan.
Suka ga pede.
L = So what? Hm, pisah aja. Tinggalin aja, emangnya
napa? --You feel "alienated" from yourself. Begitu?
D = Yup! exactly.
L = Dulu merasa ok, sekarang jadi gak ok, gara2 udah
kawin jadi gak ok? ... Siapa yang suruh kawin? Kan mao
sendiri? Sekarang juga kalo mao bubar, boleh aja. Itu
HAM... Buat kawin dan buat bubarin kawin. Itu HAM.
Bubar jalan, grak!
D = Pd dasarnya energi orang ga boleh disumbat kan?
L = Ini bukan soal sumbat menyumbat. Kalo soal sumbat
menyumbat itu, memang hukum alam. Ada yang suka
menyumbat, ada yang suka disumbat.
But,... you are talking about "existential" matters
here. Tentang hakekat diri anda sendiri.
D = Soale efek lain dari urusan tertekan itu, Ella yg
diyakini indigo sama adikku yg jg indigo jadi ngalami
sama kyk aku. Ella juga jd suka mrasa ga eksis, pdhl
dr lahir aku yakin dia punya intuisi ato apalah
namanya.
L = Kalo begitu, itu indigo2-an. Indigo sebagai suatu
"kambing hitam". -- Kalo diri sendiri merasa gak
eksis, gak ada orang laen yang bisa bantu. Gak ada
orang laen yang bisa bantu.
D = Klo soal kambing hitam, aku lbh prefer suamiku,
krn gara2 dia aku n Ella jd ga eksis.
L = You exist whether or not you believe you exist...
--Hm, pisah aja. Pisah aja. Cere lari.
D = Gitu ya?
L = Kalo ada yang namanya "kawin lari", berarti juga
bisa "cere lari".
D = Kawinnya aja lari, cerenya juga lari?
L = Tinggalin aja, jalan sendiri, eksis sendiri. Oh
iya, dulu kawin lari ya?
D = Itu aku.
L = Sekarang cere lari dunk! Cerenya sambil lari2.
D = Iya, di imel ak ga crita ya?
L = Lari aja terus, sampe bisa merasakan eksistensi
diri itu.
D = Iya, ya.
L = Anda eksis untuk diri sendiri dan sesama. Kalau
ternyata anda merasa saat ini tidak bisa "eksis",
well,...
D = Iya, ya.
L = Apa solusinya?
D = That what I missed.
L = Solusinya apa? Please disebutin satu persatu. Yang
mana yang mao diambil?
D = Is it that important soal mata ketiga?
L = Hm, Mata Ketiga is istilah doang.
D = Say, kita punya bakat itu naturally.
L = Semua orang punya bakat itu.
D = Trus orang lain keberatan.
L = Keberatan apa?
D = Anggaplah suamiku keberatan dg mata ketiga,
intuisi ato apalah namanya itu, so what? Menurutnya
itu terlalu berlebihan.
L = Emangnya dia punya "timbangan" buat nimbang "mata
ketiga" ???
D = Pdhl sikap itu yg aku terima dr kluargaku sampe
aku ngabur dr rumah dan kawin lari.
L = Berlebihan kek, gak berlebihan kek, so what?
D = Ga ta' tangapi, pokoke dia jadi merasa aku
"subyektif" itu tadi.
L = Hm, emangnya subyektif gak boleh? Emangnya dosa?
Setiap orang memiliki dunia subyektif. Di setiap orang
itu ada.
D = Pdhl jaman pacaran we can say best when we say
nothing at all.
L = Sekarang gitu aja lagi. Diem2an aja lagi. Kalo
diem2an bisa akur. Kalo ngomong jadi ribut. Diem2an
aja lagi.
D = Tau gak, jawabanmu yg pendek2 "so what" itu yang
membuatku dulu disebelin orang2... --Tp diem2an skr
malah tambah tulalit. Knp aku percaya curhat sama Mas
Leo? Krn "so what"mu itu yg bikin aku pede lagi, yg
bikin aku dijauhin orang2, tapi aku ga peduli. Ya wis,
thx ya!
L = You're welcome, mbak. All the best,
++++++++++++
[Leo adalah seorang praktisi PSIKOLOGI TRANSPERSONAL
dan bisa dihubungi di nomor HP: 0818-183-615.
E-mail: <leonardo_rimba@ yahoo.com>.
Untuk bergabung dengan MILIS SPIRITUAL-INDONESIA
please click this link:
<http://groups.
Send instant messages to your online friends http://uk.messenger
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar