½Harmony½ memang bisa ½menjebak½ karena bisa mengakibatkan keterbiusan ke dalam ½comfort zone½ yang berlarut-larut, dan ini memungkinkan kita tidak aware terhadap perubahan.
Ketika masih mahasiswa, misalkan. Seorang mahasiswa masuk perguruan tinggi kebanyakan mengejar ijazah sarjana dengan harapan agar bisa menjadi ½PEKERJA.½ Setidaknya, itu yg pernah saya perhatikan diantara rekan-rekan mahasiswa. Hampir tak ada yang mencari ilmu untuk ½Mencipta Pekerjaan½... Karena, yah memang tidak gampang, alias susah.
Tugas akhirpun diusahakan yg mudah-mudah saja, tidak peduli apakah tugas akhir itu nantinya hanya nongkrong di laci. ½Ketidak Berdayaan½ seperti yang Mbak Nala bilang itu, ya salah satunya karena, kita sering mencari gampang, dan sudah terbiasa dengan hal itu. Karena kita selalu ingin agar segala sesuatunya berjalan dengan ½aman-aman½ saja...
Pernah, suatu ketika ada seorang mahasiswa Teknik Industri, kebetulan sedang ngobrol dan bertanya, apa sebaiknya yang bisa dia tuliskan dalam thesis tugas akhirnya. Saya tanya, mau jadi sarjana sekedar cari selamat dan petantang petenteng bawa map nyari lowongan kerja. Kalau mau yg gampang, nggak usah nanya saya, deh... Tapi kalau memang mau menulis thesis yg nyari susah, lets have a coffee... Nah, dia milih yang ´nyari susah.´... Saya tanya lagi, tanggung sendiri akibatnya? Dia jawab dengan tegas: Ya!
Saya bilang ½amati yang belum ada, dan bisa dikembangkan sebagai sebuah industri yg kita disini butuhkan, dan punya peluang di luar negri. Misalnya ini...itu...
Jadilah dia memilih tugas akhirnya dengan salah satu daftar ½anu-ini-itu½ yg saya berikan...
Dan, betul! dia mendapat masalah dengan dosen pembimbingnya karena tidak ada referensi! Padahal, potensinya sebagai ½produk lokal½ sangat tinggi, bahan-bahan baku yg dibutuhkan berceceran tak punya nilai ... Jadi terlihat bagaimana ½clash½ yg ada antara POLA KAKU institusi dan REALITAS di luar... Tapi anak itu tidak menyesal, dia ngotot dan ngancam akan keluar kuliah jika dia harus ganti topik... Ini kejadian yang sebenarnya.
Jadi, sejak dari tahapan mahasiswa, oleh dosen-dosen DAN system, kita hanya disuruh buat sesuatu yg SUDAH ADA DIPASARAN... (ada referensinya, katanya) ... Bukan cuma satu orang yg berani ´membangkang´ yang pernah ngobrol, ada dua lagi mahasiswa dengan topik dan background berbeda. Saya yakin jenis mahasiswa model begini ½berceceran½ di sana-sini, luput dari ½kamera½...
Emang sih, tahun 2004 saya ada di Jakarta, ada urusan dan hanya 1 bulan saja disana. Kebetulan sempat bertemu salah satu teman penulis script (yg lagi nyari bahan cerita, karena bosan dgn tema sinetron sekarang, tapi kehabisan ide...) Teman saya tsb, berminat menuliskan beberapa hal untuk dia ´transform´ kedalam bentuk sinetron... Waktu itu saya bilang, cari aja pemeran yg cocok, kalau hitungannya klop, saya jadi produsernya aja. Dia bilang, berani nggak elo, ini topik bukan soal ½iman½ dan ½takwa½ lho... Kalau yang gituan (imtak) pasti laku kayak kacang goyeng.... Hahahahahahahhaha.
Be Fun
Tuhantu
http://hole-
--- In psikologi_transform
>
> Kalau saya ngikut gaya bahasa atau gaya tulisan tuhantu atau pabrik_t,
> maka istilah atau sebutan "budaya harmoni" adalah suatu upaya
> melarikan diri (escapisme) dari realitas keras persaingan dan atau
> saling menghilangkan atau meniadakan. Akibat "budaya harmoni" maka
> bangsa indonesia ketinggalan dalam persaingan ekonomi politik dan
> teknologi.
>
> Bboleh jadi jika (bangsa)indonesia tidak bisa bersaing maka akan
> menjadi puing-puing dan hanya menjadi catatan sejarah saja.
> Budaya harmoni juga bertentangan dengan hukum kepastian kerusakan alam
> atau ekosistem yang perlahan-lahan maju dan atau menuju kerusakan atau
> kehancuran(dengan skala yang makin besar).
>
> "in harmonio progressio" yang dulu merupakan mottonya ITB, sejatinya
> adalah "dalam progres harmonis" menuju kehancuran(secara perlahan-lahan)
>
> Salam
>
> --- In psikologi_transform
> akmalhasan@ wrote:
> >
>
> > Saya lupa siapa yang bilang ya bahwa alam semesta ini ibaratorkestra
> tanpa penari.
> >
> >
> >
> > Rasanya bukan suatu kebetulan kalo Halte Busway Harmonidijadikan
> tempat bertemunya armada trans-Jakarta dari 3 koridor.
> >
> >
> >
> > Dalam dualitas, yang dibutuhkan adalah kemampuan menyelaraskandua
> sisi yang nampaknya saling berlawanan,
> >
> > di antara dua sisi ini terentang semua kemungkinan. Namun
> tidaktertutup kemungkinan THE OTHER di luar dua sisi ini, mungkin ini
> yang disebutLIYAN oleh om Audi.
> >
> >
> >
> > Salam,
> >
> > Akmal
> >
> > ~Expect the unexpected~
> >
> >
> >
> > From:
> psikologi_transform
> On Behalf Of yohanessutopo
> > Sent: Friday, August 24, 2007 5:41 AM
> > To: menulis; musyawarah burung; PADMANABA60; pasar naskah;
> psikologitransforma
> > Subject: [psikologi_transfor
> >
> >
> >
> >
> >
> > Budaya:
> >
> >
> > Harmoni dan Keselamatan
> >
> >
> > Dhandhanggula:
> >
> > Ana kidung rumeksa ing wengi
> > Teguh hayu luput ing lelara
> > Luputing bilahi kabeh
> > Jim setan datan purun
> > Paneluhan tan ana wani
> > Mungguh penggawe ala
> > Gunaning wong luput
> > Geni atemahan tirta
> > Maling adoh tan wani marak ing mami
> > Tujuh guna pan sirna
> >
> >
> > Kidung adalah manifestasi dari harmoni. Bagi orang Jawa harmoni
> adalah penjaga
> > keselamatan: ana kidung rumeksa ing wengi... terdapat sebuah kidung
> (harmoni
> > semesta raya) yang menjaga kehidupan. Inti budaya Jawa adalah
> harmoni. Di dalam
> > harmoni-lah ditemukan keselamatan. Jika harmoni ini terganggu, akan
> timbul
> > bencana atau sengkala. (Untuk teks Kidung Mantra Wedha lengkap dari
> bait 1 s/d10, lihat di blog kami: www.catatanrenungan
> >
> >
> >
> > Semua ritual dalam tradisi Jawa didasarkan pada prinsip ini: untuk
> menjaga atau
> > memulihkan harmoni. Misalnya: slametan, atau kenduri. Dengan kenduri
> orang
> > sekampung berkumpul dan berbagi makanan dari ambeng yang sama:
> sehinggahubungan
> > baik antar sesama dipulihkan dan harmoni kembali ditegakkan. Ketika
> ada seorang
> > yang sakit misalnya, bagi mereka yang masih menjalankan tradisi ini,
> akan
> > mengadakan slametan, dengan dipulihkannya hubungan baik dengan
> orang-orang di
> > sekitarnya, diharapkan si sakit dapat sembuh kembali.
> >
> > Ilmu kedokteran modern pun meyakini bahwa hubungan (relationship)
> yang sehatdan
> > hormonis dengan orang-orang di sekitar kita sangat besar dampaknya pada
> > kesehatan kita. Orang-orang yang hubungannya dengan orang-orang di
> sekitarnya
> > tidak harmonis, selalu diwarnai percekcokan dan perang urat-saraf
> akan rentan
> > dengan penyakit stres dan serangan jantung. Orang Jawa telah
> menyadari hal ini
> > jauh hari sebelumnya, dengan ritual kenduri mereka mengharapkan
> pemulihan
> > hubungan yang harmonis dan sehat dengan para tetangga.
> >
> > Orang Jawa bukan saja meyakini adanya alam yang kelihatan tapi juga
> alam yang
> > tidak kelihatan, yang tidak kasat mata. Dan hubungan yang harmoni
> dengan alam
> > yang tidak kasat mata itupun harus dijaga: maka diberikanlah sesaji di
> > tempat-tempat keramat. Mereka tidak bermaksud menyembah roh-roh gaib
> itu tapi
> > sekedar menjaga harmoni dengan mereka.
> >
> > Demikian juga harmoni dengan alam: dengan sawah ladang, pepohonan,
> hewan-hewan
> > piaraan. Pada keluarga-keluarga tertentu yang masih sangat kuat
> tradisiJawanya,
> > mereka akan mengadakan slametan bukan saja dalam setiap momen
> kehidupan seperti
> > kelahiran, sunatan, mantenan, atau kematian tapi juga dalam
> momen-momen yang
> > penting dalam hubungan manusia dengan alam: seperti saat panen, atau
> ketikasapi
> > mereka beranak... setiap momen adalah anugerah dan layak disyukuri.
> >
> >
> > Salam,
> > www.catatanrenungan
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar