Membaca tulisan berikut ini kok saya jadi bingung ya? Judulnya "Cut &
Lost dalam Kepemilikan"
"persahabatan"
Memang dalam persahabatan ada perasaan kepemilikan? Bukannya kalau
sebuah hubungan antar dua manusia sudah diwarnai dengan rasa
kepemilikan, ketulusan persahabatan itu hilang? Jadi, persahabatan dan
kepemilikan itu (menurut saya yang bodoh ini) bertolak belakang ;)
Eh.. nggak menurut saya aja ding! Menurut Don Corleone juga ;). Kata Don
Corleone (yang senior, bukan yang Michael Corleone), "I'll give him an
offer he cannot refuse.. I offer him FRIENDSHIP". Berarti persahabatan
itu kan bukan kepemilikan ya? Soalnya kalau keduanya identik, Don
Corleone nggak perlu repot2 nawarin friendship, lha wong dia bisa
memiliki siapa aja yang dia mau ;)
*kayaknya kalo nggak mau bingung, harus ngopi resepnya Budhe Ratih:
delete semua email dari nama2 tertentu.. hehehe.. *
--- In psikologi_transform
<x69xx96x@..
>
> Note: forwarded message attached.
>
> ------------
> Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel today!
> Tentang Cut & Lost dalam Kepemilikan (untuk Audifax)
> Oleh: Liong Vincent Christian / Vincent Liong
>
>
> Dalam hidup ini ada yang menjadi milik kita dan ada
> yang menjadi milik orang lain. Ada yang menjadi milik
> orang lain lalu berpindah tangan dan akhirnya menjadi
> milik kita. Ada yang menjadi milik kita lalu berpindah
> tangan menjadi milik orang lain.
>
> Adalah hal yang wajar adanya untuk berjuang
> mempertahankan apa yang menjadi milik kita atau malah
> berusaha mengambil milik orang lain untuk
> menjadikannya milik kita.
>
> Tetapi adalah hal yang fatal bilamana kita beranggapan
> bahwa bilamana sesuatu yang sudah menjadi milik kita,
> lalu bukan lagi milik kita atau bahkan menjadi orang
> lain maka kita harus mematikannya, memusnahkannya
> hingga tidak bersisa-lagi, sehingga tidak bisa menjadi
> milik siapa-siapa. Kita mati asalkan orang lain juga
> harus turut mati.
>
> Bila kita memiliki sikap fatal tsb dalam persahabatan,
> maka bisa digambarkan ada tiga kelompok orang:
> * Pertama sekelompok besar orang yang tidak
> berhubungan dengan kita.
> * Kedua, sekelompok orang yang berhubungan dengan kita
> dimana dia ada sebagai milik kita atau masih dapat
> kita manfaatkan.
> * Ketiga, sekelompok orang yang berhubungan dengan
> kita tetapi bukan milik kita, juga tidak bisa kita
> manfaatkan.
>
> Dalam tiga kelompok orang ini yang paling tidak aman
> adalah kelompok kedua; yang berhubungan dengan kita
> atau masih dapat kita manfaatkan. Bilamana ia harus
> pergi dari diri kita, maka kita akan mematikannya
> sampai semaksimal mungkin. Kelompok pertama dan
> kelompok ketiga tidak terganggu keamanan-nya karena
> tidak ada hal yang mengikat terhadap kita sehingga
> kita tidak merasa memiliki ghak mematikannya.
>
> -----
>
> Nah, ini yang saya lihat dari pola budaya Audifax
> dalam menghadapi saya dengan sekian banyak usahanya
> untuk menjatuhkan saya dan kompatiologi sampai
> diusahakan sebisa mungkin tidak boleh tampak sisanya
> lagi. Inilah budaya yang paling fatal yang harus
> diperbaiki dari diri Audifax karena budaya inilah yang
> membuat masa lalu, sekarang dan di masa yang akan
> datang orang takut untuk menjalin hubungan dengan
> Audifax entah itu persahabatan, relasi kerja atau
> hubungan keintiman.
>
> Budaya ini disebabkan oleh trauma merasa tidak aman
> karena perasaan sendirian yang cukup lama dan rasa iri
> bahwa orang lain tidak sendirian sedangkan saya
> sendirian. Cara mengatasinya adalah dengan belajar
> untuk cut and lost terhadap perasaan memiliki atas
> yang sudah tidak dimiliki. Kita memang harus
> mempertahankan apa yang menjadi milik kita, tetapi
> ketika itu bukan lagi milik kita, maka bukannya harus
> membunuh atau menghancurkannya sehingga tidak bisa
> dimiliki pihak lain. Melainkan kita mempertahankan apa
> yang masih menjadi milik kita dan berusaha untuk
> kembali memiliki apa yang bukan lagi milik kita itu
> dengan usaha kita semaksimal mungkin. Dapat syukur,
> tidak dapat ya sudah apa boleh buat.
>
> Dengan demikian maka kita tidak membuang tenaga kita
> untuk menghancurkan apa yang pernah kita miliki demi
> memenuhi dorongan rasa takut hal tsb menjadi milik
> orang lain dengan mengambil resiko secara tidak sadar
> kita kehilangan apa yang terisa, sehingga habislah
> semuanya.
>
> Saya sendiri dalam mempertahankan dan mengejar
> Cornelia Istiani ya bukan berarti harus menghabisi
> Istiani karena saat ini bukan milik saya; Melainkan
> semaksimal mungkin mengejar demi tujuan mendapatkannya
> entah saya sukses atau gagal. Kalau sukses ya saya
> harus berjuang mempertahankannya agar tidak hilang
> untuk kedua kali dengan cara tidak mengulangi
> kesalahan yang sama.
>
> Dalam menghadapi Haute, saya marah ya saya marah, saat
> tidak terlalu marah ya saya adem lagi, maka dari itu
> komentaran saya soal Haute itu naik dan turun seperti
> ombak kadang sangat sebal kadang ya biasa saja. Jadi
> saya tidak buang tenaga khan
>
> Audifax boleh menganggap saya menekannya lagi, tetapi
> baik email ini, email `Kepada Audifax', dlsb saya
> hanya mengingatkan Audifax untuk tidak terlalu sibuk
> bertarung dengam semboyan "mari sama-sama mati saja,
> saya tidak mau mati sendirian" melainkan jagalah modal
> yang tersisa dari dirimu. Lalu berusahalah untuk tidak
> gagal lagi, mengulangi kesalahan yang sama di kemudian
> hari.
>
> Ingat, resourch (modal / ketersediaan bahan) itu
> selalu terbatas.
>
>
> Ttd,
> Vincent Liong
> Jakarta, Sabtu, 11 Agustus 2007
>
> Send instant messages to your online friends
http://au.messenger
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar