Dari: Zam Z Jarkaseh <assamaqi@yahoo.
Kalau boleh saya bertanya; Apakah pikiran dan bukan pikiran bukan dualitas? Bukankah meninggalkan pikiran adalah pelarian dari satu pihak kepada pihak yang lain, adalah kesan dualitas?
Itupun kalau benar ada ruang 'sangkaan' itu..
-Zam Z Jarkaseh-
============
HUDOYO:
Selama 'pikiran' dan 'tanpa-pikiran' hanya sekadar ide di dalam kepala, memang itu pun dualitas, karena kedua-duanya adalah pikiran..
Tapi secara aktual, secara eksperiensial, keduanya tidak setara, keduanya tidak berada pada dimensi/tataran batin yang sama: 'tanpa-pikiran' muncul ketika 'pikiran' berhenti; yang satu berasal dari aku/diri, yang lain tanpa-aku/diri. 'Tanpa-pikiran' sama sekali bukan pelarian dari 'pikiran', karena 'tanpa-pikiran' hanya muncul ketika 'pikiran' dipahami sepenuhnya sehingga berhenti dengan sendirinya; orang tidak mungkin melarikan diri selamanya dari pikiran.
Sama seperti 'cinta' dan 'benci', secara eksperiensial bukanlah dualitas. Apakah cinta (yang sejati, tanpa-aku) "pelarian" dari benci?
Salam,
Hudoyo
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar