dari salah satu web site islam..
Open House Made In Langit
Wednesday, October 05 2005 @ 10:07 PM WIT
Ditampilkan 164
Ditampilkan 164
Oleh: Muhammad Alkaff
Segelap apapun kabut dosa yang menyelimuti diri dan hati kita, hendaknya kita tidak berputus asa. Selama kita masih percaya kepada identitas Muslim kita dan selama kita belum keluar dari bingkai dua kalimat syahadat maka kita tetap perlu bersikap optimis dan berharap. Sebab, hanya di bulan Ramadhan Allah SWT membuka lebar-lebar rumah-Nya selama 24 jam/non-stop untuk menerima para tamu-Nya dan menjamu mereka dengan hidangan terbaik yang dimiliki-Nya. Hidangan yang tidak pernah disuguhkan-Nya selain di bulan Ramadhan seperti, nafas kalian dianggap tasbih dan tidur kalian dinilai sebagai ibadah. Dengan kata lain, open house made in langit ini sangat memanjakan para pengunjung dan para tamu-Nya. Di sinilah setiap orang berkesempatan untuk angkat bicara dan menyampaikan uneg-unegnya dan bahkan curhat dengan Sohibul Hajah, al Ghani al Hamid (Dzat Yang Maha Kaya Lagi Terpuji). Dan Tuan Rumah menjanjikan untuk mengabulkan semua permintaan para tamu-Nya, khususnya bila mereka berkonsultasi dengan-Nya di malam-malam Lailatul Qadar.
***
Alkisah, Allamah Qodhi, guru Allamah Thaba'thaba'i ketika memasuki sepuluh akhir bulan Ramadhan tiba-tiba lenyap dari peredaran dan tak seorangpun mengetahui keberadaan beliau. Bahkan keluarganya pun kehilangan kontak dengan beliau dan tak mengetahui secara pasti dimana kiranya beliau berkhalwat dan memadu kasih dengan Dzat Yang Maha Sempurna. Rupa-rupanya, ini menjadi kebiasaan beliau setiap bulan Ramadhan dimana beliau memilih untuk menyendiri dan tak mau berkomunikasi dengan masyarakat. Hal yang hampir sama dilakukan oleh Imam Khomaini di saat beliau memimpin kaum Muslimin Iran. Guru saya bercerita bahwa meski saat itu sedang berlangsung perang Iran-Irak dimana dalam situasi seperti ini masyarakat butuh pada bimbingan dan pengarahan Imam, namun beliau memilih untuk memutuskan tali komunikasi dengan masyarakat selama bulan Ramadhan.
Bagi orang awam seperti saya, sangat susah memahami apa rahasia dan hikmah di balik sikap Imam tersebut. Namun saya menemukan titik terang ketika mendapati riwayat yang tergolong masyhur dan tentu juga shahih, baik di kalangan Ahlu Sunah maupun Syi`ah yang menceritakan bahwa begitu memasuki sepuluh akhir bulan Ramadhan, Nabi saw memerintahkan keluarganya untuk melipat kasur (sebagai tanda tidak ada lagi waktu untuk tidur dan berleha-leha) dan beliau semakin semangat untuk mendaki puncak kenikmatan spiritual dan tenggelam dalam samudera anugerah Ilahi ( faidh Ilahiah) untuk menyelami hakikat ibadah dengan menyenandungkan dzikir, doa, dan munajat:
"Ilahi, para peminta-minta berdiri di depan pintu-Mu. Dan perahu orang-orang miskin sedang berlabuh di lautan karunia-Mu. Mereka ingin mendapatkan izin untuk berlayar di samudera rahmat-Mu. Ilahi, bila Engkau tidak memaafkan dan tidak memberikan nikmat-Mu kecuali kepada orang-orang yang ikhlas dalam puasanya, maka kepada siapa gerangan orang-orang yang berdosa akan mengharapkan ampunan dan rahmat?"...
Ya, bulan Ramadhan adalah kesempatan emas bagi setiap Muslim untuk memenuhi undangan Ilahi. Undangan ini terbuka untuk umum. Siapapun bisa menghadiri pesta akbar jamuan Ilahi ini. Syaratnya gampang sekali, yaitu balig, Islam, dan tidak ada halangan secara syar`i. Tidak ada diskriminasi dalam hal ini. Tidak ada kaya, tidak ada miskin, tidak ada atasan, tidak ada bawahan, tidak ada pria dan tidak ada wanita, tidak ada majikan dan tidak ada pembantu, tidak ada penguasa dan tidak ada rakyat jelata, tidak ada kulit putih dan tidak ada kulit hitam. Semua duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi di hadapan meja jamuan Ilahi. Semua mendapatkan jatah makanan yang sama dan menu yang sama pula.
Tiket Ramadhan pun jauh-jauh hari telah disebar dan dibagikan secara gratis. Selama dua bulan dan dua posko yang berbeda tiket menuju Ramadhan didistribusikan. Posko yang ditunjuk secara resmi untuk membagikan tiket Ramadhan adalah posko Rajab dan posko Sya'ban. Sehingga salah sendiri jika ada orang yang sampai hari ini belum juga mendapatkan tiket Ramadhan. Lalu tiba-tiba ia sok kaget dan bergumam, aduh cepet banget ya, ngak terasa Ramadhan datang lagi! Aduh saya belum siap nich, gimana ya? Aduh puasa saya yang dulu belum saya bayar, gimana ya? Aduh, puasa saya kali ini lebih baik ngak ya daripada tahun kemarin atau malah lebih buruk? Soalnya tahun kemarin, saya karena berkompromi dengan perut saya alias sayang perut, saya masuk ke warteg dan berbuka secara prematur di sana. Demikianlah kira-kira gumaman sahabat kita yang tidak siap menyambut Ramadhan itu.
Siap atau tidak siap, rindu atau jemu, monoton atau enak ditonton bulan turunnya Al Qur'an ini akan tetap datang dan mengisi kolom tanggalan kita, bahkan buku harian kita. Lalu beranikah kita secara jujur menulis dalam buku harian kita bahwa kita tidak bergairah untuk menyambut Ramadhan tahun ini?! Jujurkah kita untuk menyatakan bahwa Ramadhan kali iniseperti yang sudah-sudahtidak akan banyak memberikan makna yang berarti bagi kita?! Apakah kita sudah menganggap hati kita sudah sekeras batu dan Ramadhan tak akan dapat melunakkannya kembali sebagaimana ia pertama kali diciptakan dalam keadaan suci, bercahaya dan memiliki sentuhan Ilahi?!
Segelap apapun kabut dosa yang menyelimuti diri dan hati kita, hendaknya kita tidak berputus asa. Selama kita masih percaya kepada identitas Muslim kita dan selama kita belum keluar dari bingkai dua kalimat syahadat maka kita tetap perlu bersikap optimis dan berharap. Sebab, hanya di bulan Ramadhan Allah SWT membuka lebar-lebar rumah-Nya selama 24 jam/non-stop untuk menerima para tamu-Nya dan menjamu mereka dengan hidangan terbaik yang dimiliki-Nya. Hidangan yang tidak pernah disuguhkan-Nya selain di bulan Ramadhan seperti, nafas kalian dianggap tasbih dan tidur kalian dinilai sebagai ibadah. Dengan kata lain, open house made in langit ini sangat memanjakan para pengunjung dan para tamu-Nya. Di sinilah setiap orang berkesempatan untuk angkat bicara dan menyampaikan uneg-unegnya dan bahkan curhat dengan Sohibul Hajah, al Ghani al Hamid (Dzat Yang Maha Kaya Lagi Terpuji). Dan Tuan Rumah menjanjikan untuk mengabulkan semua permintaan para tamu-Nya, khususnya bila mereka berkonsultasi dengan-Nya di malam-malam Lailatul Qadar.
Untuk menegaskan keakraban dan kedekatan-Nya di sisi hamba-hamba-Nya di bulan yang agung ini, Allah SWT berkata kepada juru bicara-Nya, Muhammad bin Abdillah saw: "Bila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka katakanlah bahwa Aku (di bulan Ramadhan ini) begitu dekat. Aku mengabulkan permintaan orang yang menyeru-Ku. Maka hendaklah mereka berdoa kepada-Ku dan mengimani-Ku sehingga mereka mendapatkan petunjuk." (QS. Al Baqarah: 186) Satu hal yang luar biasa yang dapat kita petik dari ayat tersebut adalah, penggunaan kata ganti Aku sebanyak 7 kali dalam satu ayat.
Hal yang demikian ini tidak akan pernah Anda dapatkan pada ayat-ayat yang lain. Terlebih lagi ayat ini terletak persis setelah ayat yang menjelaskan tentang puasa dan hukum-hukumnya. Tapi, mungkin saja Allah SWT ingin menegaskan bahwa Aku sekarang begitu dekat denganmu, lebih dekat dari urat nadimu, lebih dekat dari kedekatan-Ku denganmu di selain bulan ini. Lalu, tidakkah engkau ingin lebih banyak lagi menyeru-Ku? Tidakkah engkau lebih sering lagi memanggil nama-Ku? Tidakkah engkau lebih berhasrat untuk semakin mengenali-Ku? Tidakkah engkau lebih berminat untuk berbisik dan mengadukan kesulitan hidupmu pada-Ku?. Dan Tuhan ingin menegaskandengan penggunaan 7 kata ganti tersebutbahwa Aku tidak pernah jauh darimu wahai manusia, makhluk terbaikku. Aku tidak pernah melupakanmu. Engkaulah yang menjauhi-Ku; engkaulah yang melupakan-Ku. Namun karena kebesaran bulan Ramadhan ini, Aku kembali mendekatimu, meski engkau mencoba lari dan memperlebar jarak dengan-Ku. Karena engkau adalah makhluk-Ku dan makhluk tidak akan kembali kecuali kepada Khaliq-Nya dan tidak dapat lari dari penciptanya. bahkan bila engkau mendatangi-Ku dengan merangkak maka Aku akan mendatangimu dengan berjalan dan bila engkau mendatangiku dengan berjalan maka Aku akan mendatangimu dengan berlari.
Alhasil, sabaqat rahmatuhu ghadobah (rahmat Tuhan selalu mendahului murka-Nya).
Akhirnya, saya ucapkan selamat menjalankan ibadah puasa kepada seluruh umat Islam di dunia, khususnya umat Islam di Indonesia. Semoga berkat Ramadhan kali ini, bangsa kita dan segenap jajaran pemerintah diberi taufik oleh Allah SWT untuk mengabdi kepada rakyat dan menciptakan kehidupan yang aman dan adil. Dan semoga amal ibadah kita diterima di sisi Alah SWT dan kita termasuk mereka yang tercatat sebagai as su`ada'i (orang-orang yang bahagia) yang mendapatkan lailatul qadar.[] Amin ya Rabbal alamin.
Tonight's top picks. What will you watch tonight? Preview the hottest shows on Yahoo! TV.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar