Menurut saya, chakra ke-6 (ajna) yang diasosiasikan sebagai mata ketiga gak cuma bisa ngelihat yang tak kasat mata doang…chakra ke-6 ini lebih sebagai chakra wawasan, visi…semakin terbuka dan aktif, seseorang semakin bisa melihat realitas dalam rentang lebih luas, nalarnya semakin ndak “cupet”…kalo bisa ngeliat yang “aneh2”, malah mungkin yang terjadi adalah distorsi…..atau simbol2 realitas, belum tentu realitas itu sendiri….karena…..gambaran kita tentang realitas, berdiri kokoh diantara diri kita dan “sang realitas” itu sendiri.
Kalo keseluruhan kemanusiaan dipandang sebagai entitas berkesadaran, internet tuh manifestasi pembukaan chakra ajna-nya yang luar biasa
Chakra ke-6 ini sebaiknya seimbang dengan chakra ke-2 (sex), yang secara salah diasosikan dengan energy esex2, padahal adalah chakra kreatifitas, daya cipta…dalam rentang sempit memang esex2 adalah energy daya cipta
Bila chakra kesembilan terbuka tanpa diimbangi chakra ke-2, wawasan doang ndak ada efeknya, ato teori doang ndak ada prakteknya, ndak ada kontribusi buat kemanusiaan, ibarat orang melek tapi lumpuh…sementara yang sebaliknya ibarat orang sehat tapi buta, ato kayak nyetir ngebut waktu kabut jarak pandang cuma 5 meter..ato ngecer2 “bibit” kemana2 misalnya
Salam,
Anwar
From: psikologi_transform
Sent: Tuesday, October 09, 2007 9:26 PM
To: psikologi_transform
Subject: [psikologi_transfor
Dear Mas Harez,
--- In psikologi_transform
<sinagahp@..
>
> Apakah lukisan-lukisan tersebut dilakukan dengan mata tertutup?
Wah, to be sure I DON'T KNOW. Yang jelas, spontan dan dalam waktu
beberapa detik saja. Ketika kilatan "intuisi" itu datang, langsung
disabetkanlah kuas itu ke atas kanvas. Jadinya memang seperti
lukisan abstrak yang memiliki several "magic" strokes. Cuma beberapa
sabetan kanvas saja, tetapi "power" yang dimilikinya konon luar
biasa. Orang ZEN bisa tahu dan bisa membedakan lukisan yang spontan
memiliki NILAI "INTUITIF" dan sabetan asal2an oleh orang yang
mengaku memiliki ilmu gulakugunagani. CLAIM IS HOLLOW UNTIL PROVEN,
gitu lho ceritanya. Nah, yang harus PROVE itu siapa ? Siapa lagi
kalau bukan the AUDIENCE which is PARA PAKAR yang HARUS BICARA.
Speak out the HOLY MINDS, ... gak bisa diem ajah, emangnya apaan ?
Emangnya gw lulusan UI lewat zalan belakang, gitu
Emangnya gw gak lewat sekolahan, gitu
SCHOOLS memiliki THE BOARD OF EXPERTS yang aku sendiri GAK BIZA
GANGGU GUGAT. Aku bilang: "Lukisan apaan tuh ?". Tapi mereka
bilang: "BEAUTIIIIPULLLL.
> Kalau dilakukan dengan mata tertutup, bukankah itu indikasi adanya
> mekanisme koordinasi motorik yang "luar biasa"?
Well, I know there are such, tapi aku gak paham.
> Apakah bisa diajarkan ke orang buta? begitu maksud saya Mas.
Same, I have no idea about it.
> Pertanyaan ini, akan terkait juga dengan kemampuan seseorang
> melihat benda-benda pada saat "out of body experience (OBE)". Yang
> bersangkutan tiduran, tapi bisa melihat obyek di atas lemari
> misalnya (artinya, obyek di atas lemari tersebut tidak dilihat
> dengan kedua mata fisiknya).
Nah, kalo seperti itu aku memang PERNAH. Aku pernah OOBE yang bener2
jelas. I was about 18 years old. Lagi tiduran di sofa di ruang tamu.
Tiba2 aku berjalan ke belakang, jalan saja, segalanya tampak biasa
saja. VERY CLEAR. Tapi, pas berjalan itu tiba2 aku ingat
lagi tidur, lha kok sekarang bisa melihat jalan ke arah belakang.
Nah, saking sok tau pengen membuktikan benar atau tidak tadi sedang
tidur, akhirnya aku membalik, ingin melihat sofa itu. Pas aku
membalik, mata fisik itu terbuka dan "sadar" bahwa memang sedang
tiduran dan bukan jalan2. After that there are other experiences,
tapi pengalaman yang ini yang paling jelas. Memang bisa melihat,
asli melihat, tetapi MATA FISIK itu terpejam.
> Apakah kemampuan seperti ini bisa diajarkan kepada orang buta?
I don't know, really.
Yours,
Leo
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar