Dari milis sebelah (bukan milis Islam)....
Dengar apa kata 'guru'-nya Hendrik tentang Islam. Beda banget sama yang gemar
dicitrakan oleh si Hendrik nabi palsu.
Ha ha ha...ha ha ha...ha ha ha...ha ha ha...ha ha ha...
manneke
Perjalanan Kesadaran Gamal Al Bana (Adik Kandung Hasan Al Bana)*
**
*Pluralisme dalam Al-Quran*
Jalaluddin Rakhmat
*Mereka berkata: Tidak masuk surga kecuali Yahudi atau Nashara. Itulah
angan-angan hampa mereka. Katakan: Tunjukkan buktimu, jika kalian
benar. *
*Sungguh, orang yang pasrah sepenuhnya kepada Allah sambil berbuat
baik,
maka baginya pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut bagi mereka
dan
tidaklah mereka berdukacita. *
*Berkata Yahudi: Nashara tidak akan mendapatkan apa-apa. Berkata
Nashara:
Yahudi tidak mendapatkan apa-apa. Padahal mereka membaca. Seperti itu
juga
berkata orang-orang yang tidak mengerti, seperti pembicaraan mereka.
Maka
Allah akan menyelesaikan pada hari kiamat apa yang mereka
perselisihkan. *
(*Al-Baqarah 111-113*)
Gamal al-Banna adalah aktivis Muslim, anggota* al-Ikhwan al-Muslimun*
Kita
mungkin menyebutnya fundamentalis dan anti-Barat. Ia berjuang untuk
menegakkan "negara tawhid", negara yang berdasarkan kalimat *La ilaha
Ilallah*. Perjalanan hidupnya, riwayat perjuangannya, dan kisah-kisah
kegagalannya mengantarkannya kepada sebuah refleksi yang mendalam. Ia
"mengunjungi kembali" pemikiran Islamnya. Di balik terali penjara,
dalam
ancaman penguasa (Muslim) yang tidak berperi kemanusiaan, di
tengah-tengah
hiruk pikuk Kairo yang menyesakkan, ia menemukan *epifani*. Ia melihat
dunia
dengan cara yang baru. Marilah kita ikuti permenungannya: Di
negara-negara
yang tidak memeluk Islam, masyarakatnya bekerja dengan gigih dan
ikhlas.
Mereka memiliki kejujuran dalam berkata, profesionalisme, menepati
janji dan
akhlak-akhlak baik lainnya. Mereka juga menganggap kebohongan pejabat
dalam
memberikan keterangan atas satu perkara di depan pengadilan atau
institusi
negara merupakan kejahatan besar yang tidak bisa diampuni kecuali
dengan
pemecatan. Contohnya adalah kasus yang menimpa Nixon yang menuduh musuh
politiknya melakukan tindakan mata-mata. Begitu juga dengan Clinton
yang
memiliki 'hubungan khusus' dengan salah seorang pegawai gedung putih.
Mereka
menerima celaan, cacian dan denda yang tidak sedikit. Sedangkan
sebagian
besar pemimpin di negara-negara muslim selalu melakukan kebohongan
publik
dan penyelewengan. Kerja mereka hanya menindas dan mengekang. Atas
dasar
alasan ini, maka masyarakat Eropa bisa jadi lebih dekat dengan Allah
dan
idealisme Islam dibanding banyak masyarakat yang mengaku sebagai
pemeluk
Islam.
Saya ingat masa ketika saya berada dalam tahanan di Tursina bersama
orang-orang ikhwanul Muslimin pada tahun 1948. Ketika itu tempat
tahanan
berada di tengah padang pasir yang di malam hari terang dengan berbagai
cahaya lampu yang dipasang untuk mempermudah penjagaan. Pemasangan
lampu itu
dilakukan oleh para tahanan yang memiliki keahlian dalam kelistrikan.
Mereka
juga menggunakan listrik untuk memanaskan air, mandi dan memasak. Saya
berkata kepada mereka bahwa Thomas Alfa Edison akan masuk surga karena
telah
menemukan lampu yang kemudian digunakan oleh manusia sebagai penerang.
Mendengar
ucapan saya, mereka menolak dengan keras, "Tidak, karena dia tidak
beriman
kepada Allah dan RasulNya." Mereka seolah menganggap bahwa Islam telah
dikenal di Amerika dan Rasulullah telah mengajak Edison kepada Islam.
Oleh
karena itu mereka menolak pendapat saya.
Saya membalas penolakan mereka dengan mengutip firman Allah,
*"Katakanlah, 'Andai kalian menguasai gudang-gudang rahmat Tuhanku,
kalian
pasti akan menahannya karena takut untukk berderma. Sesungguhnya
manusia
sangat kikir'." **(QS.Al-Isra: 100)*
Sudah saatnya bagi para dai Islam untuk mengetahui bahwa mereka tidak
dituntut untuk mengislamkan orang-orang yang beragama selain Islam.
Mereka
tidak berhak mengklaim bahwa selain orang Islam akan masuk neraka,
karena
kunci-kunci surga bukan di tangan mereka. Sikap seperti itu merupakan
pelanggaran keras terhadap wewenang Allah. Yang dituntut dari para dai,
setelah al-Quran mengatakan, *"Wahai orang-orang yang beriman, diri
kalian
adalah tanggung jawab kalian. Orang yang tersesat tidak akan
membahayakan
kalian ketika kalian mendapat petunjuk,"* *(QS. Al-Maidah:105) *adalah
menjadi 'saksi atas manusia". Para dai hanya bertugas memperkenalkan
Islam
kepada mereka kemudian menyerahkan segalanya kepada mereka. Urusan
konversi
agama tidak hanya menyangkut iman dan teori. Ini juga menyangkut
hubungan
sosial dan konsekuensi-
dari
Allah, bukan dari seorang rasul
[1]<http://irfan/
center/ind/mambots/
.
Gamal al-Banna berubah dari seorang eksklusif menjadi seorang pluralis.
Secara
sederhana, umat beragama yang eksklusif berpendapat bahwa hanya pemeluk
agamanya saja yang selamat dan masuk surga. Di luar lingkungan agama
kita,
semuanya masuk neraka. Dalam bahasa Gamal al-Banna, seorang ekslusivis
merasa "menguasai gudang-gudang rahmat Tuhan" dan menahannya hanya
untuk
kelompoknya saja. Rahmat Tuhan itu meliputi langit dan bumi, tetapi
kasih
sayang kaum ekslusivis terbatas pada rumahnya sendiri. Mereka berkata:
Yang
masuk surga hanya orang Islam saja. Sebagian lagi menyatakan: itu pun
tidak
semua orang Islam. Umat Islam akan pecah menjadi 73 golongan. Semua
masuk
neraka, kecuali golonganku. Lebih lanjut, dalam golonganku, semuanya
masuk
neraka keuali mereka yang ikut kepada Ustaz Fulan saja. Maka rahmat
Allah
yang meliputi langit dan bumi sekarang diselipkan di sudut surau yang
sempit.
Bertentangan dengan kaum eksklusivis adalah kaum pluralis. Mereka
berkeyakinan bahwa semua pemeluk agama mempunyai peluang yang sama
untuk
memperoleh keselamatan dan masuk surga. Semua agama benar berdasarkan
kriteria masing-masing. *Each one is valid within its particular
culture*.
Mereka percaya rahmat Allah itu luas. "*Al-Khalqu 'iyâli*", firman
Tuhan
dalam hadis Qudsi. Semua makhluk itu keluarga besar Tuhan. Mereka tidak
mengerti mengapa ada manusia yang berani membatasi kasih sayang Tuhan.
Mereka heran mengapa ada orang yang mengambil alih wewenang Tuhan.
Al-Banna
bertanya:
"Keberanian yang luar biasa dalam merampas wewenang Allah! Apakah
mereka
yang memegang kunci-kunci neraka? Apakah mereka yang menenggelamkan
manusia
ke dalam neraka? Atas dasar apa mereka membangun kesimpulan itu?
Bagaimana
kesadaran mereka atas rahmat Allah yang tidak terbatas yang akan
membalas
satu kebaikan dengan tujuh ratus lipat kebaikan? Kasih sayang seorang
ibu
hanyalah satu dari seratus kasih sayang-Nya. Dia tidak akan
menenggelamkan
manusia ke dalam neraka, kecuali manusia-manusia pembangkang yang
berbuat
kerusakan dan kezaliman di muka bumi ini."
[2]<http://irfan/
center/ind/mambots/
Pertanyaan Al-Banna adalah juga pertanyaanku sekian lama. Jawabanku
sama
seperti jawaban Al-Banna. Kasih sayang Tuhan jauh lebih luas dari kasih
sayang ibu kepada anak-anaknya. Tetapi apakah itu punya dasar dalam
Al-Quran? Dalam tulisan ini, saya ingin menunjukkan sebagian dari
dalil-dalil pluralisme dalam Al-Quran dan komentar para ahli tafsir
berkenaan dengannya. Saya memilih dua buah tafsir saja. Pertama,
Tafsir ,
yang ditulis oleh Sayyid Husseyn Fadhlullah, tokoh Hizbullah Lebanon,
mewakili mazhab Ahlul Bayt; kedua, Tafsir Al-Manar yang ditulis oleh
Sayyid
Rasyid Ridha, tokoh pembaharu Islam yang dikenal sebagai fundamentalis,
mewakili mazhab Ahlu al-Sunnah;
*Ayat-ayat Pluralisme*
Apakah orang-orang "kafir" non-Muslim- menerima pahala amal salehnya?
Benar, menurut Al-Baqarah 62, yang diulang dengan redaksi yang agak
berbeda
pada Al-Maidah 69 dan Al-Hajj 17.
*Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nashrani,
dan orang-orang Shabi-in
[3]<http://irfan/
center/ind/mambots/
siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari
kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan
mereka,
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih
hati. *
Sayyid Husseyn Fadhlullah dalam tafsirnya menjelaskan:
Makna ayat ini sangat jelas. Ayat ini menegaskan bahwa *keselamatan
pada
hari akhirat akan dicapai oleh semua kelompok agama ini*yang
berbeda-beda
dalam pemikiran dan pandangan agamanya berkenaan dengan akidah dan
kehidupan
dengan satu syarat: memenuhi kaidah iman kepada Allah, hari akhir, dan
amal
saleh (garis bawah dari penulis).
Ayat-ayat itu memang sangat jelas untuk mendukung pluralisme. Ayat-ayat
itu
tidak menjelaskan semua kelompok agama benar, atau semua kelompok agama
sama. Tidak! Ayat-ayat ini menegaskan bahwa semua golongan agama akan
selamat selama mereka beriman kepada Allah, hari akhir, dan beramal
saleh.
Sebagian mufasir yang eksklusif mengakui makna ayat-ayat itu
sebagaimana
dijelaskan oleh Husseyn Fadhlullah, tetapi mereka menganggap ayat-ayat
itu
dihapus ( *mansukh*) oleh Ali Imran 85: *Barangsiapa mencari agama
selain
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan
dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi. *Mereka bersandar pada hadis
yang
lemah- dari Ibnu Abbas (Lihat, misalnya, *Tafsir Thabari*).
Menurut Sayyid Husseyn Fadhlullah, makna ayat ini tidaklah bertentangan
dengan ayat yang kita bicarakan. Karena itu, tidak ada ayat yang
dimansukh.
Islam pada Ali Imran 85 adalah Islam yang "umum, yang meliputi semua
risalah
langit, bukan Islam dalam arti istilah", bukan Islam dalam arti agama
Islam
yang dibawa Nabi Muhammad saw. Kesimpulan itu diambil Fadhlullah dari
konteks ayat itu. Pada Ali Imran 19, Tuhan berfirman: *Sesungguhnya
agama
itu di sisi Allah adalah Islam*. Menurut Al-Quran, semua agama itu
Islam.
Ini diperkuat dengan ayat-ayat yang lain: Ingatlah ketika Tuhannya
berkata
kepadanya (Ibrahim); Islamlah kamu. Ibrahim berkata: Aku Islam kepada
Tuhan
Pemelihara semesta Alam. Dan ketika Ibrahim dan Ya'qub berwasiat
dengannya
kepada anak-anaknya: Wahai anak-anaku, sesungguhnya Allah telah memilih
bagi
kamu agama, maka janganlah kamu mati kecuali kamu menjadi orang-orang
Islam
(Al-Baqarah 131-132).
Seperti Fadhlullah, saya pun berpendapat bahwa Islam dalam Ali Imran 85
adalah "kepasrahan total" (*untuk uraian yang lebih dalam tentang makna
"al-din" dan "al-islam" dapat dilihat pada buku *Islam dan Pluralisme*
karya
Jalaluddin Rakhmat* -peny). Lebih lanjut, Fadhlullah mengatakan bahwa
Al-Baqarah 62 dimaksudkan untuk menegaskan unsur asasi yang
mempersatukan
semua agama dan menjadi syarat untuk memperoleh pahala Allah. Ia
menyindir
orang yang merasa akan selamat hanya karena nama atau penampilan
lahiriah
saja. Keselamatan adalah berpegang teguh pada keimanan kepada Allah dan
amal
saleh. Dalam Al-Quran orang-orang yang berpegang pada keselamatan
karena
nama disindir sebagai bersandar pada angan-angan: *(Pahala dari Allah)
itu
bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut
angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya
akan
diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung
dan
tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah *(Al-Nisa
123)[4]<http://irfan/
center/ind/mambots/
.
Ayat ini, Al-Nisa 123, juga disebut oleh Sayyid Rasyid Ridha
[5]<http://irfan/
center/ind/mambots/
menjelaskan Al-Baqarah 62:
Artinya: hukum Allah itu adil dan sama. Ia memperlakukan semua pemeluk
agama
dengan sunnah yang sama, tidak berpihak pada satu kelompok dan
menzalimi
kelompok yang lain. Ketetapan dari sunnah ini ialah bahwa bagi mereka
pahala
tertentu dengan janji Allah *melalui lisan Rasul mereka.*
* *
Ayat ini menjelaskan sunnah Allah swt dalam meperlakukan umat-umat baik
yang
terdahulu maupun yang kemudian sesuai dengan ketentuan Allah swt:
*(Pahala
dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak
(pula)
menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan,
niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak
mendapat
pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.
Barangsiapa
yang mengerjakan amal-amal saleh, baik ia laki-laki maupun perempuan
sedang
ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam sorga dan mereka
tidak
dianiaya walau sedikit pun. *(Al-Nisa 123-124).
Tidak ada masalah kalau tidak disyaratkan iman kepada Nabi saw. Ayat
ini
menjelaskan perlakuan Allah kepada setiap umat yang mempercayai Nabi
dan
wahyunya masing-masing, yang mengira bahwa kebahagiaan pada hari
akhirat
seakan-akan pasti akan tercapai hanya karena ia Muslim, Yahudi,
Nashara,
atau Shabiah, misalnya. *Padahal Allah berfirman bahwa keselamatan
bukan
karena kelompok keagamaan (jinsiyyah diniyyah). Keselamatan dicapai
dengan
iman yang benar yang menguasai jiwa dan amal yang memperbaiki
manusia.*Karena itu, tertolaklah anggapan bahwa keputusan Allah
bergantung pada
angan-angan orang Islam dan angan-angan Ahli Kitab. Sudah ditetapkan
bahwa
keputusan Allah bergantung pada amal baik dan iman yang benar.
Dikeluarkan oleh Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim dari Al-Suddi. Ia berkata:
Orang-orang Islam bertemu dengan orang-orang Yahudi dan Nashara. Orang
Yahudi berkata kepada orang Islam: Kami lebih baik dari kalian. Agama
kami
sebelum agama kalian dan Kitab kami sebelum kitab kalian. Nabi kami
sebelum
Nabi kalian. Kami mengikuti agama Ibrahim. Tidak akan masuk surga
kecuali
orang Yahudi. Berkata juga orang Nashara seperti itu. Maka berkatalah
orang
Islam: Kitab kami sesudah kitab kalian, Nabi kami sesudah Nabi kalian,
dan
agama kami sesudah agama kalian. Kalian telah diperintahkan untuk
mengikuti
kami dan meninggalkan urusan kalian. Kami lebih baik dari kalian.Kami
berada
pada agama Ibrahim, Ismail, dan Ishaq. Tidak akan masuk surga kecuali
orang
yang memeluk agama kami. Allah menolak perkataan mereka dan berfirman:
*Bukanlah
angan-angan kamu dan bukan juga angan-angan Ahli Kitab
*Seperti itu
juga
diriwayatkan dari Masruq dan Qatadah. Juga Al-Bukhari meriwayatkan
dalam
Al-Tarikh dari hadis Anas sampai kepada Nabi saw: Bukanlah iman dengan
angan-angan, tetapi dengan apa yang terhunjam dalam hati dan dibenarkan
oleh
amal.
Ada orang yang dilalaikan oleh angan-angan akan mendapat ampunan sampai
ia
keluar meninggalkan dunia tanpa kebaikan padanya. Mereka berkata: Kami
berbaik sangka kepada Allah. Mereka bohong. Kalau berbaik sangka kepada
Allah pasti mereka beramal baik. Pelajaran yang berharga dari Allah
adalah
kecamannya kepada orang-orang yang terbuai dengan punya hubungan dengan
agama walaupun secara lahiriah. Keterbuaian (bahwa orang akan selamat
hanya
karena menganut agama Islam jalal) inilah yang memalingkan mereka dari
amal, sehingga merasa cukup dengan menisbahkan dirinya pada kelompok
agamanya.
Walhasil, menurut Ridha, orang yang merasa pasti akan selamat hanya
karena
dia Islam, Nasrani, atau Yahudi adalah orang yang terbuai atau tertipu
(*mughtarrin
*) dengan nama. Keselamatan, untuk mengulangi lagi yang sudah terlalu
jelas,
bergantung pada tiga syarat: keimanan kepada Allah, keimanan pada hari
pembalasan, dan amal saleh.
*Bantahan Kaum Eksklusivis*
Ada tiga cara untuk membantah ayat yang membenarkan pluralisme ini.
Pertama,
mereka mengatakan bahwa ayat ini sudah dimansukh dengan Ali Imran 85
(Sudah
dijawab Fadhlullah di atas). Kedua, ayat ini hanya berlaku untuk orang
Yahudi, Nashrani, dan Shabiin sebelum kedatangan Nabi saw. Jadi orang
Islam
pada zaman Islam, orang Nashrani, Yahudi, dan Shabiin pada zamannya
masing-masing akan memperoleh pahala dari amal salehnya. Zaman ini
zaman
Islam. Karena itu, selain Islam, semua agama kehilangan validitasnya,
sebagaimana kedatangan uang Republik menyebabkan uang Belanda tidak
berlaku.
Argumentasi berdasarkan analogi ini tidak punya dalil yang
memperkuatnya
dalam Al-Quran dan Sunnah. Sebuah ayat yang bermakna umum tidak boleh
diartikan khusus kecuali dengan keterangan yang kuat.
Ketiga, mereka menafsirkan "beriman kepada Allah" sebagai beriman
kepada
ajaran Islam, karena Allah adalah konsep khusus untuk Islam. Allah
adalah
Tuhan bagi orang islam. Kristus Tuhan bagi umat Kristiani. Wisnu Tuhan
bagi
orang Hindu. Dan sebagainya. Erat kaitannya dengan argumentasi ini
adalah
keimanan kepada hari akhir dan amal saleh. Hari akhir yang harus
diimani
adalah hari akhir menurut penjelasan syariat Islam. Amal saleh juga
adalah
amal yang berdasarkan syariat Islam. Dengan penafsiran seperti ini,
kita
melihat perubahan drastis dari ayat pluralis menjadi ayat eksklusivis.
Secara terperinci ayat ini berarti "Sesungguhnya orang-orang Islam,
orang
Yahudi, Nashrani dan Shabiin yang kemudian masuk Islam (dengan beriman
kepada Tuhan orang Islam, dan aqidah Islam serta beramal sesuai dengan
syariat Islam) akan memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka".
Lepas dari redundansi yang menggelikan dari segi bahasa, kita akan
membuktikan bahwa menurut Al-Quran Allah itu adalah Tuhan yang sama
seperti
yang diimani oleh Ahli Kitab bahkan orang musyrik. Simaklah ayat-ayat
Al-Quran di bawah ini:
*Al-Quran 29:46*
*Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara
yang
paling baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka,
dan
katakanlah: "Kami telah beriman pada (kitab-kitab) yang diturunkan
kepada
kami dan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhamu adalah satu. Dan kami hanya
kepadanya berserah diri. *
*Al-Quran 29:61*
*Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang
menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu
mereka
akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan dari
jalan
yang benar. *
*Al-Quran 43:87*
*Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang
menciptakan
mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah". Maka bagaimanakah mereka
dapat
dipalingkan (dari menyembah Allah). *
*Mengapa Harus Ada Berbagai Agama?*
* *
*Kalau semua agama itu valid, kenapa Tuhan repot-repot bikin agama yang
bermacam-macam. *Kenapa tidak dijadikanNya semua agama itu satu saja?
Apa
tujuan penciptaan berbagai agama itu? Al-Quran menjawabnya dengan
indah:
*áößõáòø ÌóÚóáúäóÇ ãöäúßõãú ÔöÑúÚóÉð æóãöäúåóÇÌðÇ æóáóæú* ÔóÇÁó Çááóøåõ
áóÌóÚóáóßõãú ÃõãóøÉð æóÇÍöÏóÉð æóáóßöäú áöíóÈúáõæóßõãú Ýöí ãóÇ
ÂÊóÇßõãú *ÝóÇÓúÊóÈöÞõæÇ ÇáúÎóíúÑóÇÊö Åöáóì Çááóøåö ãóÑúÌöÚõßõãú
ÌóãöíÚð*Ç
ÝóíõäóÈöøÆõßõãú ÈöãóÇ ßõäúÊõãú Ýöíåö ÊóÎúÊóáöÝõæäó
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Sekiranya Allah menghendaki niscaya kamu dijadikanNya satu umat
saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberiannya kepadamu,
maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kembali kamu
semuanya. Lalu diberitahukannya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan
itu (Al-Maidah 48).
Dari ayat ini kita menyimpulkan beberapa hal:
1. Agama itu berbeda-beda dari segi aturan hidupnya (syariat) dan
pandangan hidupnya (aqidah). Karena itu, pluralisme sama sekali tidak
berati
semua agama itu sama. Perbedaan sudah menjadi kenyataan.
2. Tuhan tidak menghendaki kamu semua menganut agama yang
tunggal.
Keragaman agama itu dimaksudkan untuk menguji kita semua. Ujiannnya
adalah
seberapa banyak kita memberikan kontribusi kebaikan kepada umat
manusia.
Setiap agama disuruh bersaing dengan agama yang lain dalam memberikan
kontribusi kepada kemanusiaan (al-khayrat)
3. Semua agama itu kembali kepada Allah. Islam, Hindu, Budha,
Nashrani, Yahudi kembalinya kepada Allah. Adalah tugas dan wewenang
Tuhan
untuk menyelesaikan perbedaan di antara berbagai agama. Kita tidak
boleh
mengambil alih Tuhan untuk menyelesaikan perbedaan agama dengan cara
apa
pun, termasuk dengan fatwa.
*Wallahu 'alam bi al-Shawab*
------------
[1] Gamal al-Banna, *al-Ta'addudiyah fi al-Mujtama' al-Islamiy*.
Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Taufik Damas Lc, *Doktrin
Pluralisme dalam al-Quran* . Bekasi: Penerbit Menara, 2006, hal. 38-40
[2] *Ibid, *hal. 41
[3] Shabiin, berdasarkan kitab-kitab tafsir, bisa menunjuk pada
berbagai
agama selain Islam
[4] Sayyid Muhammad Huseyn Fadhlullah, *Tafsir Min Wahy al-Qur'an.
*Beyrut:
Dar al-Malak, 1998, hal. 70.
[5] Sayyid Rasyid Ridha, *Tafsir al-Manar*. Beyrut: Dar al-Ma'rifah,
tanpa
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Fed Cuts Rates Again - Think you pay you much for your mortgage? No SSN Required - Estimate New Payment.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar