oooooh ya aku ingat, aku udah baca ini message 1 tahun lalu, untung
ada file nya.
salam,
goen
--- In psikologi_transform
<goenardjoadi@
>
> saya kok terlewatkan dg message ini.... dari teman kita
> http://smritacharit
>
> komentarnya so sweet, tapi kok bisa terlewatkan ya?
>
> gara-gara vincent sih kebanyakan kirim junk mail.
>
> salam,
> goen
>
>
>
> Masih soal milis ini, gw berkenalan dengan Mas Goenardjoadi
Goenawan
> (note: bukan orang yg sama dengan siapa yang gw bahas di atas ;-
)).
> Sempat ngobrol2 tentang konsep jiwa berkaitan dengan buku
terbarunya
> Piramida 7 Kebutuhan Jiwa. Yang ditanyakan Mas Goen adalah konsep
> jiwa dalam Islam. Waduh.. sebenernya ilmu gw masih cetek banget,
> nggak berani ngasih pendapat atas nama Islam. Tapi.. kalau
pendapat
> gw tentang isi bukunya yang dikaitkan dengan pendapat gw tentang
> konsep2 yang gw tahu dalam Islam, kurang lebih jawaban gw berikut
> ini (note: beberapa bagian sudah direvisi, disesuaikan dari bentuk
> diskusi dua orang menjadi tulisan untuk blog yang audiensnya lebih
> luas):
>
>
>
> Mas Goen yang baik,
>
> Saya coba menjawab pertanyaan Anda tentang JIWA yang dikaitkan
> dengan apa yang saya interpretasikan dari ajaran Islam. Tentu,
> tulisan saya masih sangat dangkal ilmu Islamnya; masih berupa
> interpretasi saya sendiri yang belum tentu benar.
>
> Membaca beberapa posting Anda, terminologi JIWA yang Anda pakai
> bukan mengacu pada nyawa, melainkan pada suatu konsep manusia
mulia.
> Nah.. dari apa yang saya baca sekilas maka saya menyimpulkan bahwa
> apa yang Anda sebut JIWA itu dekat dengan konsep Chusnul Chotimah:
> kehidupannya berakhir dengan baik. Hasil akhirnya masuk surga;
> menjadi ahli surga. Bagaimana resepnya? Yaitu dengan selalu
berbuat
> kebaikan. Menjadikan dirinya bermanfaat buat orang lain, berbuat
> kebaikan sepanjang hidupnya.
>
> Bagaimanakah perbuatan baik menurut Islam itu? Setahu saya, dalam
> Islam, setiap apa yang kita lakukan bisa menjadi ibadah ataupun
> dosa, karena tergantung niat dan eksekusinya. Membagikan sedekah,
> itu perbuatan baik kan? Tapi kalau membagikan sedekah dengan niat
> dapat nama baik, hitungannya jadi riya (=pamer), dan menjadi dosa.
> Shalat pun, yang jelas2 ritual agama, jika dilakukan untuk jaga
> image, bisa2 malah jadi dosa. So.. sangat penting untuk memiliki
> niat yang baik dan dilakukan sebagai perbuatan nyata yang baik.
>
> Nah.. karena konsep Chusnul Chotimah ini, maka salah satu rahmat
> terbesar bagi manusia adalah: diberi umur panjang. Kenapa? Karena
> dengan umur panjang, kita punya banyak kesempatan untuk berbuat
> kebaikan dan investasi kebaikan yang akan terus berlanjut hingga
> kita mati. Selama hidup, kita bisa beramal (fisik & non fisik)
serta
> mendidik anak kita menjadi orang yang baik selama kita masih
hidup.
> Sesudah mati, semoga amalan ini terus berlanjut, karena ada 3 hal
> yang bisa meneruskan ibadah seseorang walaupun dia sudah mati:
> memiliki anak yang shaleh, amal (dalam bentuk fisik) yang masih
bisa
> berguna untuk orang lain, dan ilmu yang diajarkannya (serta masih
> digunakan) orang lain. Intinya: walaupun dia tidak lagi bisa
> melakukan apa2, hitungan poin pahalanya tetap jalan selama anaknya
> masih berbuat kebaikan, sumbangan/pemberian (amal fisik) masih
> digunakan orang, dan ilmu yang diajarkannya (amal non-fisik) masih
> dipergunakan orang.
>
> Dengan berumur panjang dan berbuat baik selama hidupnya, semoga
kita
> mendapatkan Chusnul Chotimah. Dan tidak ada yang paling
menyedihkan
> daripada diberi umur panjang tapi berbuat keburukan sepanjang
> hidupnya. Alih2 mengumpulkan pahala, malah neracanya minus karena
> dipotong dosa ;).
>
> So, saya setuju dengan bahasan Mas Goen bahwa untuk mencapai JIWA
> dibutuhkan mejadi kemampuan menekan ambisi (sampai pada level yang
> tidak mengganggu). Dan itu sangat tergambar dalam ajaran Islam.
> Penting sekali untuk menekan nafsu, karena nafsu itu sering
menodai
> niat kita. Cloud our judgment. Dan penting sekali mendengarkan
hati
> nurani, karena kata hati adalah quality control kita: untuk
> mempertanyakan apakah perbuatan kita ini benar2 dilandasi niat
baik.
> Sebaik2nya kita, kita hanya manusia biasa, kita tidak pernah bisa
> tahu apakah perbuatan kita itu benar2 bersih seperti yang
digariskan
> Tuhan.
>
> Itu sebabnya saya sejak kemarin bilang bahwa yang paling penting
> adalah manusianya. Agama hanya tools, hanya manual. Tapi yang
paling
> menentukan adalah bagaimana manusia mengamalkannya: apakah niatnya
> baik dan dilaksanakan dgn baik, niatnya baik tapi pelaksanaannya
> buruk, niatnya buruk tapi pelaksanaannya baik, atau niatnya buruk
> dan pelaksanaannya buruk. Menurut apa yang saya yakini, hanya
Tuhan
> yang bisa menilai. Kita sebagai manusia sih berbuat sebaik2nya
yang
> kita mampu; berusaha mengontrol diri sebaik2nya dari nafsu dan
> berusaha sebaik2nya mendengarkan kata hati.
>
> Mudah2an jawaban ini cukup membantu ya, Mas.
>
> Salam,
>
> Anyway.. seperti gw bilang di atas, ini interpretasi gw sendiri.
> Mungkin ada yang bisa memberi pandangan lain; mengoreksi, memberi
> sudut pandang lain, atau memberi referensi yang lebih jelas.
> Hehehe.. ditunggu kok masukannya ;-). Kan bisa berguna buat mereka
> yang belum ngerti juga. Jangan lupa, siren is gold.. hehehe.. ;-)
> Yang penting bukan mematikan sirene, tapi mengatur volumenya agar
> enak didengar orang lain ;-).
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar