Kalau fihak lain yang menang
Maka grup yang menang itu dia namakan bebek-bebek
Sangat khas
Pokoknya, yang menang harus fihak dia
Apakah elang dan bison sikapnya seperti itu ?
Memangnya di sini ada bison ?
Yang ada mungkin baru : bisa seperti orang o'on.
tuhantu_hantuhan <tuhantu_hantuhan@
Quote: Kalau mau kita lihat lebih mendalam .kelemahan di atas kelihatan secara jelas di semua kondisi yang terjadi di negeri ini mas tidak hanya di dunia usaha, di semua lini, regardless profesinya menurut saya, penanaman prinsip2 inilah salah satu yang paling urgent untuk melepaskan diri dari ruwetnya masalah di negeri ini... End of quote. (By. Anwar Haryono. http://groups.yahoo.com/ )group/psikologi_ transformatif/ message/36505 Tuhantu: Tulisan di bawah pada hari ini, Kamis 13 Desember 2007 di milis Arsitektur. KAJUR BARU TEKNIK ARSITEKTUR UNHAS DAN INTROSPEKSI BUAT KITA½Jadilah ELANG atau BISON, yang mampu tampil sendiri TANPA belas kasihan para gembala. Sebab bagi mereka, kalian cuma KOMODITI yang bisa dijual dengan HARGA MURAH.-½ (Triyatni) Sepanjang hari ini Teknik Arsitektur Unhas baru mengadakan pesta demokrasi memilih kajur baru. Yang terpilih Prof Shirly Wunas mengalahkan Prof Ramli Rahim. Selamat buat ibu Shirly, semoga bisa menjalankan amanah sebagai pemimpin yang baik.Secara pribadi perkembangan jurusan arsitektur akhir-akhir ini semakin tidak menggembirakan, dan ini tercermin dari kualitas proses pemilihan pemimpinnya. Hingga di ruang pemilih, aroma pertarungan terasa jelas. Aroma perebutan kekuasaan terasa kental. Saya menjadi kasihan kepada para yunior yang duduk berkumpul dijaga ketat oleh seniornya. Tentu agar tidak terpengaruh lagi dalam memilih. Lalu apa gunanya visi misi itu. Lebih memalukan ketika seorang senior yang harusnya bisa menjadi begawan, semakin membuat suasana mendidih (walau dalam hati) dengan pernyataan keberpihakannya. Tim sukses yang mepersoalkan surat suara dengan titik. Tidak ada rasa risih untuk memperlihatkan ambisi kemenangan. Semua menjadi halal untuk memenangkan kekuasaan. Sekat kelompok semakin jelas, walau ada basa-basi untuk mengingkari. Orang mulai menghitung kubu mayoritas vs minoritas. Siapa berpihak kesiapa, pokoknya yang dikenal hanya "saya" atau "kau". Jurusan arsitektur Unhas tidak mengenal kata 'kita".Visi misi kandidat menjadi ajang ungkapan dosa, seolah semua kekacauan hasil kerja rezim kajur lama. Maka berlombalah ingin berbuat yang terbaik, seolah semua bisa dilakukan dengan membalik tangan. Padahal sesungguhnya apa yang terjadi adalah hasil akumulasi kepentingan- kepentingan pribadi mereka yang mengaku senior yang selalu dikedepankan lebih besar dari kepentingan institusi. Kemudian pihak yang merasa akan tersingkir mulai mencari pengaruh berdasarkan sentimen apa saja termasuk sara. Sebaliknya mereka yang sudah lama merasa terpinggirkan hanya berharap cantolan pada minoritas. Hubungan yang jauh dari suasana akademik yang seharusnya mengedepankan kapasitas.Ketika awal-awal jurusan arsitektur bertumbuh, peluang untuk sekolah S3 hhampir anya dimanfaatkan oleh kelompok minoritas Jawa. Maka ketika mereka pulang, dengan gelas doktor interaksi dengan pusat kekuasaan menjadi lebih mudah, termasuk memegang kekuasaan di konsultan Unhas Ukael. Kelompok ini kemudian dianggap menjadi pemangsa buas yang lupa tempat berpijaknya. Kemudian muncullah kubu anti Jawa. Apapun target masing-masing kubu, pola kepemimpinan sama-sama menggunakan kekuatan kekuasaan, termasuk kekuasaan kepada mahasiswa. Mahasiswa tidak dilihat sebagai bagian masa depan bangsa yang harus dibekali ilmu yang memadai, Mahasiswa adalah objek yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dosen. Tentu dengan imbalan "nilai akademik". Maka ada rasa tidak senang ketika minoritas berkuasa, maka sebodoh apaun minoritas akan diberi nilai A, sebaliknya yang mayoritas mendapat tekanan bahkan kadang harus terpaksa DO karena berani menentang kezaliman.Intrik menjadi lebih berkembang ketika nyonya-nyonya kajur mulai ikut--ikutan mengatur suasana akademik jurusan. Mulailah bisnis ilegal memeras mahasiswa berlangsung. Dari pembuatan market, catering. sewa listrik, sewa printer, cetak kertas kop, tiket, perhiasan atau apa saja yang bisa dilakukan dengan tekanan sebagai "penguasa nilai". Peserta studio disibukkan bukan urusan akademik, bergulat menciptakan kreatifitas terbaik, melainkan sibuk mengurus konsumsi dosen yang tidak kunjung henti.Masa depan mahasiswa dipertaruhkan untuk kenikmatan sesaat para dosen. Jangan bertingkah, kalau mau selamat. Rasa nikmat akan kenyamanan ini mengkristalisasi mereka yang juga ingin ikut menikmati kenyamanan. Dosen-dosen yunior mulai melirik memilih gantungan semu. Berkembanglah kelompok yang dinamakan mahasiswa The Mamas alias AB3. Saat kekuasaan The Mamas, semua hasil rapat kajur menjadi mentah ditangan AB3. Semua hubungan kerja diatur berdasarkan balas budi, bukan berdasarkan tupoksi.Pembagian MK berdasarkan target rupiah yang dikejar di Extension. Saya misalnya baru semester ini mendapat peluang mengajar secara terhormat, karena masuk list tidak bermutu. Seorang dosen seni bisa memegang MK Perancangan, hanya karena masuk gang The Mamas. Demikian halnya seorang dosen golongan IIIa bisa berlanglang buana menari-nari di depan mahasiswa S2 hanya karena bersedia menjadi bebek penguasa. Proyek rektorat yang saya bawa ke jurusan dijual ke luar jurusan, dengan alasan saya tidak mampu mendesain, juga menjadi salah satu contoh soal. Komputer hasil setoran Extension dikomersilkan untuk mahasiswa. Kursus autocad yang komersil di luar 150 ribu, di jurusan 400 ribu. Ada yang berminat? Tentu ada, bukan karena kursus itu bermutu, melainkan karena mengejar nilai A. Bukan itu saja, mahasiswa yang kursus masih harus mengerjakan proyek dosen. Tentu dengan biaya seadanya alias gratis. Kalau memuaskan, tentu mereka tidak bernyanyi. Seorang dosen bercerita bahkan meminjam komputer saja, mahasiswa penjaganya tidk bersedia memberi password. Jangan bicara soal iklan transparansi seperti yang didengungkan di kampanye hanya karena irtu yang laku dijual. Transparansi itu soal aksi, bukan slogan. Laboratorium tempat transaksi nilai terakhir seolah menjadi harta pusaka warisan nenek moyang yang tidak boleh disentuh orang lain. Maka banyak yang iri melihat kenikmatan ini dan bermimpi untuk mendapatkannya.Menghadapi aksi The Mamas, timbul reaksi anti The Mamas. Terngianglah janji hapuskan kelompok, kesamaan hak / peluang dan semua hal-hal yang bisa bikin mimpi jurusan yang baik menjadi kenyataan. Ternyata janji tinggal janji. Kalau kemarin bebek,sekarang ada lembu. Tidak ada lagi sharing informasi, tukar pikiran dengan kolega. Kajur lebih suka dikendalikan kajur lain yang masuk daftar atas provokator Unhas. Ruang kajur lebih banyak terkunci ketimbang terbuka untuk menerima warga jurusan. Semua jabatan yang dianggap strategis menjadi lahan para lembu tanpa kepedulian kompetensi.Kubu para bebek yang merasa kehilangan kenyamanan termasuk kenyamanan Extension melihat peluang, mulai melakukan gerakan bawah tanah, dengan segala cara menjegal target kajur menjadi dekan. Peluang yang ditangkap dengan baik oleh jurusan lain. Para bebekpun bersedia digiring untuk dijual walau dengan harga murah, tak perduli korbannya jurusan. Dosen arsitekturpun menjadi mahir bersandiwara, tidak menghargai kejujuran dan dapat ingkar hanya dengan iming-iming SPJ atau SK.Merasa punya peluang, bebek-bebek melakukan manipulasi survey lkewat PHK. Beberapa MK pendukung rezim baru disabotase dengan alasan tidak ada peminat walau sebagai MK pilihan pesertanya 30 orang. Semua menjadi halal untuk peluang kekuasaan. Tidak cukup itu, black campaign untuk kajur lewat media soal makan-makan dengan biaya mahasiswa juga didendangkan dengan nyaring, seolah itu baru terjadi di rezim ini. Mahasiswa diprovokasi keluar kota tanpa izin kajur. Kerusakan jaringan internet tidak dilaporkan sehingga timbul kesan tidak adanya perhatian kajur.Peta semakin jelas dengan pembagian pilihan Arsitektur atau PWK. Yang memilih arsitektur dibumi hanguskan dari PWK, tentu sebaliknya harus demikian. Lucunya, untuk PPS, yang memilih PWK tetap mau berkuasa di Arsitektur. Jadi ujung-ujungnya tetap faktor perebutan rupiah.Maka para bebek menampilkan diri sebagai orang baik-baik yang tidak suka kezaliman bos para lembu. Maka lupalah orang kalau bebek dan lembu cuma soal waktu kekuasaan. Kita memang makhluk yang pelupa. Ibarat kodok yang berenang di air dalam kuali di atas api. Senang bermain air tanpa terpengaruh oleh suhu air yang meningkat. Maka ketika air mendidih, sang kodok tak sempat lagi melompat, mati bersama air yang memberinya kenikmatan sesaat. Jangan menjadi bebek atau lembu yang selalu bergerombol.Jadilah ELANG atau BISON, yang mampu tampil sendiri tanpa belas kasihan para gembala. Sebab bagi mereka, kalian cuma KOMODITI yang bisa dijual dengan HARGA MURAH.-wassTriyatni--------------------- --------- --------- --------- --------- -------- Tanggapan oleh ½ArsiSembilan9½apakah kita mesti belajar kepada air,yang tak kan brenti hanya karena sbuah karang...dia mengalir, mengitari, dan bahkan menghempas!7 tahun saya kuliah dengan kegelisahan yang sama (setidaknya ada jie yang mirip2), dan smua yang sependapat pasti yakin kalo ujung dari permasalahan ini tak harus berakhir pada tulisan2 yang (kata mereka) lebih mirip ungkapan sakit hati, harus ada follow up, kalo momentumnya sudah ada, mestinya ledakan yang timbul bisa lebih besar.kata teman saya, kita punya 3 pilihan... 1. reformasi2. revolusi3. reedukasi pilih yang mana? mungkin lebih tepat kalo mreka yang masih terlibat dalam kampus yang merespon ini, dengan sgala intelektualitasnya!keep on fighting till the end...makassar merindukan arsitek2 lokal yang tangguh
Yahoo! Answers - Get better answers from someone who knows. Try it now.
MARKETPLACE
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Fed Lowers Rates Again - Think you pay you much for your mortgage? No SSN Required - Estimate New Payment.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar