tumben, biasanya ngeledek mulu
salam,
goen
--- In psikologi_transform
<infoseimbang@
>
> Bagus sekali tulisannya pak Goen ....... mantap .........!
>
>
>
> On 2/1/08, Goenardjoadi Goenawan <goenardjoadi@
> >
> > Mr. Magorium adalah seorang pemilik sebuah toko mainan anak-
anak yang
> > ajaib / magic. Mengapa magic? Karena semua mainan di sana
hidup. Bisa
> > terbang, bisa bergerak, bisa interaktif bermain dengan anak-
anak. Ketika
> > Mr. Magorium ingin mewariskan tokonya kepada penerusnya dia
memberikan
> > sebuah Congreve cube, sebuah kubus kayu ukuran 20 x 20 cm.
> > Penerusnya bingung dan merasa tidak mampu karena tidak memiliki
Magic,
> > sehingga semua mainan di dalam toko menjadi mati, dan akhirnya
tokonya pun
> > menjadi sepi pembeli.
> > Dia sungguh bingung, apa yang harus dilakukan dengan sebuah
kubus kotak? Dia
> > sungguh merasa buntu, bagaimana caranya menemukan Magic?
> > Hingga akhirnya dia melihat bahwa kubus kayu itu bisa bergerak.
Bergulir
> > ke samping. Bergulir kembali. Dan dia tahu bahwa kubus
tersebut ternyata
> > bisa bergerak, bisa terbang! Maka toko mainannya menjadi hidup
kembali,
> > dan Magic bisa kembali datang.
> > Mr. Magorium pernah mengatakan:
> > *"Seseorang yang tidak bisa melihat kehidupan dalam hidup, maka
dia
> > sesungguhnya mati".*
> > Ternyata di dalam toko mainan bisa kita lihat kehidupan, bahwa
semua isi
> > toko mainan anak-anak tersebut hidup. Demikian pula dalam
organisasi. Ada
> > kehidupan dalam sebuah organisasi.
> > Bila kita tidak mampu melihat kehidupan dalam organisasi, maka
sebuah
> > bisnis hanyalah sebuah angka. Angka saja. Penjualan naik
sekian, profit
> > bertambah sekian. Sebuah angka saja.
> > Namun dibalik semua itu, sebuah organisasi adalah hidup. Di
dalamnya
> > diisi dengan cita-cita karyawan, masa depan karyawan, harapan
karyawan,
> > hasrat pemimpin, perhatian dari pemimpin, setiap hari memikirkan
kehidupan
> > dalam organisasi.
> > Setiap hari ada karyawan yang merasa putus asa, putus harapan.
Maka
> > ketika pemimpin membantu karyawan tersebut, maka dia memberi
kehidupan dalam
> > organisasi. Ketika pempimpin buta, tidak mengacuhkan harapan
karyawan
> > yang putus asa, maka sesungguhnya terjadi kematian dalam
organisasi
> > tersebut.
> > Semakin banyak kematian-kematian terjadi, maka akibatnya seluruh
> > organisasi menjadi terpuruk. Hasilnya menurun.
> > Sebaliknya bila kehidupannya bertumbuh, maka efeknya akan membawa
> > kehidupan, perkembangan dalam organisasi.
> > Bagaimana caranya mendeteksi kehidupan dalam organisasi?
> > Bagaimana caranya memimpin spirit organisasi?
> > Bagaimana caranya menjadi Spiritual Company, perusahaan yang
memiliki
> > spirit, semangat organisasi?
> > Dalam sebuah organisasi, pondasi utamanya adalah Compassion atau
rasa
> > kasihan. Itulah yang mengikat batin seluruh karyawan.
> > Yang terpenting bagi seorang Salesman bukanlah bagaimana caranya
memiliki
> > sebuah berlian, namun yang terpenting adalah uang bensin dan
uang makan,
> > sebab tanpa itu maka dia terpaksa harus hutang. Dan itu sungguh
> > menyakitkan.
> > Oleh karena itu, seorang pemimpin yang berbasis nurani tidak
akan memotong
> > hak karyawan.
> > Misalnya seorang Manajer memiliki hak bensin sebesar Rp
1,500,000 sebulan,
> > ketika dia dipotong uang bensinnya. Maka sesungguhnya batinnya
terluka,
> > bukan masalah uang berapa ratus ribu, namun batinnya terluka.
Harga
> > dirinya terluka.
> > Ketika seorang karyawan dimarahi tanpa alasan, dengan emosi yang
> > berlebihan, maka sesungguhnya batinnya terluka, karyawan tidak
hanya mencari
> > uang gaji untuk makan, namun sesungguhnnya ada yang lebih besar,
yaitu
> > mereka bekerja untuk menegakkan harga dirinya. Harkat hidupnya.
> > Maka ketika seorang pemimpin selalu marah, selalu mencela
bawahannya
> > sesungguhnya dia hanya mendapatkan keringat karyawan, bukan
hatinya.
> > Gaji hanya membayar untuk makan saja, namun *harapannya,
keyakinannya,
> > rasa kasih, cinta kepada perusahaan* tidak timbul hanya dari
haji, namun
> > dari pedoman dari sosok pemimpin.
> > Ketika pemimpin mampu memiliki pedoman kebenaran, maka seluruh
karyawan
> > seketika memiliki harapan, keyakinan dan rasa cinta kepada
perusahaan.
> > Pedoman kebenaran, itulah yang menerangi kegelapan yang
dirasakan seluruh
> > karyawan. Mereka sudah buntu hidup dari UMR. Gaji tidak
seberapa, biaya
> > hidup yang selalu meningkat. Pedoman akan kebenaran itulah yang
menerangi
> > kegelapan.
> > Seorang yang memiliki pedoman kebenaran tidak akan menyalahkan
yang benar,
> > dan membenarkan yang salah. Itu saja. Maka ketika pedoman
kebenaran
> > dimiliki seorang pemimpin, maka seluruh organisasinya menjadi
hidup,
> > memiliki:
> >
> > - *harapan *
> > - *keyakinan dan *
> > - *cinta kepada perusahaan.*
> >
> > Kadang kita hidup tidak dapat merasakan perasaan atau masalah
orang lain.
> > Misalnya, di Jakarta sering hujan, namun kalau kita masih di
dalam kantor*,
> > kita t*idak tahu bagaimana di luar hujan, banjir, dan bagaimana
anak-anak
> > sekolah bermain hujan-hujanan, tidak dapat sekolah. Bagaimana
kita tahu
> > keadaan luar? Dan ketika ada Salesman yang tidak masuk, kita
marah besar.
> > Padahal mungkin di rumah kita air banjir masuk rumah.
> > Ada teman lain yang menyetel musik keras-keras. Heran, musik
yang
> > seharusnya didengar pelan-pelan dan terdengar indah harus disetel
> > keras-keras. Telinganya seperti sudah tuli. Aneh, tanpa
terasa, sedikit
> > demi sedikit telinga kita menjadi kurang peka, dan agak seperti
tuli. Menyetel
> > musik harus keras-keras. Itulah, kita seolah-olah semakin lama
menjadi
> > semakin kurang peka dengan keadaan.
> > Di beberapa peruahaan menerapkan banyak peraturan. Ada klain
uang bensin,
> > uang harian, uang makan, uang pulsa, uang parkir, uang tol, uang
ini dan
> > itu. Ketika karyawan ijin tidak masuk kerja, gaji pokok pun
dipotong,
> > karena belum memiliki hak cuti. Aneh, namanya gaji pokok tapi
dipotong. Seolah
> > olah kita semakin tidak peka dengan penderitaan orang kecil.
Uang bensin
> > yang seharusnya dibayarkan tiap tanggal 15 bisa mundur,
alasannya pimpinan
> > lagi sibuk. Lalu salesman harus pinjam uang untuk bayar bensin,
karena
> > memang uangnya pas-pasan. Beberapa buku menyebutkan *jangan
memeras
> > penderitaan orang kecil demi keuntungan*, namun seolah olah kita
sudah
> > tuli. Rasanya pintu iba sudah tertutup rapat-rapat oleh nafsu
ego.
> > Di mobil kita terbiasa pakai AC, setel musik keras-keras,
bagaimana kita
> > tahu bagaimana perasaan pengemis di samping kita? Bagaimana
kita tahu
> > perasaan tukang parkir? Kita mau mengeluarkan mobil, terhalang
sedikit
> > sudah pencet klakson keras-keras. Kata tukang parkir:
> > *"Kalau mau lega, parkir saja di lantai 6 Ruko, naik helikopter"
*
> > Kita marah-marah kepada bawahan hingga bawahan mengatakan:
> > *"Mentang-mentang jadi Boss. Ngomong seenak sendiri, kebun
binatang
> > keluar"*
> > Janganlah kita sampai mengatakan nama-nama binatang. Kita
manusia,
> > bagaimanapun punya perasaan, masak kita disamakan dengan kebo,
kambing, dan
> > lain-lain. Itu sangat menyakitkan. Upah kerja tidak seberapa,
namun
> > tekanan perasaan sampai menusuk hati. Siapa yang bisa
mengontrol emosi? Kecuali
> > diri sendiri.
> > Kita sudah menjadi kepala divisi, sudah pakai mobil paling bagus
di
> > kantor. Tidak pernah kehujangan, kepanasan. Namun seolah-olah
ada
> > pikiran:
> > *"I give you the world, but The World is not enough"*
> > Bagaimana caranya mengidentifikasi perasaan orang lain dalam
organisasi?
> > Untuk itu dibutuhkan Conscience, atau Hati Nurani, jiwa kita.
Jiwa itu
> > lawannya Ego. Kalau Ego mementingkan diri sendiri, maka Jiwa
kita
> > mementingkan orang lain. Ketika kita mendekatkan diri pada hati
nurani,
> > maka kita akan diberkati suatu empati yang luar biasa besar.
Dia akan
> > tahu perasaan dan pikiran orang lain secara otomatis.
> > Oleh karena itu, seseorang yang telah mengenal jati dirinya,
jiwanya, maka
> > dia dibukakan, dia akan diberi tahu, dia akan langsung memiliki
akses kepada
> > Sang Pencipta, dia akan secara otomatis tahu mengenai perasaan
dan pikiran
> > orang lain. Dirinya menjadi Sangat peka kepada empati. Inilah
Magic
> > terbesar dalam hidup.
> > Seseorang yang mengenal jati dirinya, akan mengerti. Dia akan
mengerti
> > kebenaran. Dia akan menjadi obyektif. Dia memiliki rasa belas
kasih yang
> > luar biasa tinggi. Perasaannya peka akan penderitaan yang
tertindas.
> > Teman saya bertanya: bagaimana caranya kita mengenal jati
diri? Bagaimana
> > sifat-sifat jati diri? Jati diri itu adalah hati nurani,
Kalbu. Jati
> > diri bisa dikenal lewat keikhlasan. Mengapa ikhlas? Karena
bila kita
> > tidak ikhlas, tidak berserah, maka kita senantiasa memikirkan
keinginan
> > kita. Oleh karena itu, keinginan diri sendiri itulah Ego.
Ketika kita
> > ikhlas, maka kita akan mulai memikirkan orang lain. Memikirkan
orang lain
> > adalah empati, itulah pintu menuju hati nurani. Kita memikirkan
orang
> > lain, menemukan jati diri.
> > Kadang orang salah mengartikan jati diri dengan bebas menjadi
diri
> > sendiri, lalu ngomong keras-keras, teriak-teriak, seenak
sendiri, semau gue.
> > Itu bukan jati diri, itu tidak tahu malu.
> > Jati diri memiliki sifat-sifat:
> >
> > - belas kasih
> > - hati-hati
> > - mengerti
> > - asli, kita akan menggunakan kosa kata yang belum pernah
diucapkan
> > sebelumnya
> > - acceptance. Kita akan diterima secara langsung
> > - trust, dipercaya
> > - empati
> > - damai
> > - tenteram
> > - sentosa
> > - bebas
> > - kreatif
> >
> > Maka kalau ada orang yang mampu mencipta lagu, dia sudah dekat
dan
> > mengenal jati dirinya. Kemampuan berkreasi, mencipta adalah
sifat-sifat
> > jati diri. Orang yang mengenal jati diri akan mengerti. Dia
kan tahu. Entah
> > diberitahu, atau dia peka dan tahu sendiri akan hal-hal di
sekelilingnya.
> > Orang yang dekat dengan jati dirinya akan sadar. Sadar? Sadar
dari apa?
> > Banyak orang mabuk, entah mabuk cinta, mabuk janda, mabuk harta,
mabuk
> > kekuasaan. Ada yang mabuk belanja. Disebut mabuk karena tidak
sadar. Kalau
> > dia dekat dengan jati dirinya, maka dia tidak akan mabuk.
Heran, sudah
> > menjadi pangeran Republik Indonesia malah mengejar yang belum
ada. Akhirnya
> > istri diceraikan.
> > Orang yang dekat dengan jati dirinya akan menjadi pemimpin.
Semua orang
> > di dunia memiliki Kalbu. Ikatan jiwa, ikatan Kalbu itulah yang
membuat
> > semua orang mengikuti pemimpin. Orang bilang kharisma,
sesungguhnya itu
> > adalah ikatan Kalbu. Ikatan jiwa.
> > Banyak yang tidak mengerti bahwa ikatan Kalbu membuat seseorang
menjadi
> > pemimpin. Maka sesungguhnya, bonus bila kita dekat dengan jati
diri,
> > adalah kita mampu menjadi pemimpin, mampu mengendalikan orang
lain, dan oleh
> > karena itu, mampu mendapatkan kepercayaan orang lain, mampu
mendapatkan
> > rejeki. Karena rejeki datang bila mereka percaya kepada kita.
Rejeki
> > datang secara ikhlas, oleh karena itu harus didasari oleh
keikhlasan kita
> > sendiri.
> > Banyak yang salah mengartikan hati nurani, jiwa kita, Kalbu
kita, sebagai
> > naluri suara hati, seolah-olah kita mampu meramal kejadian. Itu
salah
> > kaprah. Naluri dilandasi oleh ego, sedangkan hati nurani
dilandasi oleh
> > compassion, belas kasih.
> >
> >
> > salam,
> > Goenardjoadi Goenawan
> > Talent Box
> > http://swa.co.
cid=1&id=3195&
> > http://www.swa.
cid=1&id=5630&
> > Miliki Buku-buku karya Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM. & Ir.
Stefanus
> > Indrayana, MBA.:
> > * The Secret of Better Life
> > * Best Life - Menjalani Hidup Bahagia Penuh Makna [terbit 31 Mei
2007]
> > * Manajemen Berbasis Nurani [terbit 1 Januari 2007]
> > Dan juga karya Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM. lainnya:
> > * Memasarkan Dengan Hati [terbit 8 November 2006]
> > * Menjadi Kaya Dengan Hati Nurani * Mata Air Untuk Dahaga Jiwaku
> > * Pelangi Kehidupan Entrepreneur
> >
> > ------------
> > Looking for last minute shopping deals? Find them fast with
Yahoo!
Search.<http://us.rd.
om/newsearch/
> >
> >
> >
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar