Yup… setuju sekali om gotholoco dengan ilmu ontohsorohnya memang nyamleng ;))
Artinya harmoni ini jangan lokalan, perlu adaptasi dengan harmonisasi dalam taraf global gitu ya om.
Kalo memang trend-nya menuju kerusakan, perlu kesadaran global untuk sama2 mengantisipasinya,
walau pada akhirnya benar2 rusak, barangkali ini sunatullahnya.
Salam,
Akmal
From: psikologi_transform
Sent: Friday, August 24, 2007 10:52 AM
To: psikologi_transform
Subject: [psikologi_transfor
Kalau saya ngikut gaya bahasa atau gaya tulisan tuhantu atau pabrik_t,
maka istilah atau sebutan "budaya harmoni" adalah suatu upaya
melarikan diri (escapisme) dari realitas keras persaingan dan atau
saling menghilangkan atau meniadakan. Akibat "budaya harmoni" maka
bangsa indonesia ketinggalan dalam persaingan ekonomi politik dan
teknologi.
Bboleh jadi jika (bangsa)indonesia tidak bisa bersaing maka akan
menjadi puing-puing dan hanya menjadi catatan sejarah saja.
Budaya harmoni juga bertentangan dengan hukum kepastian kerusakan alam
atau ekosistem yang perlahan-lahan maju dan atau menuju kerusakan atau
kehancuran(dengan skala yang makin besar).
"in harmonio progressio" yang dulu merupakan mottonya ITB, sejatinya
adalah "dalam progres harmonis" menuju kehancuran(secara perlahan-lahan)
Salam
--- In psikologi_transform
<akmalhasan@.
>
> Saya lupa siapa yang bilang ya bahwa alam semesta ini ibaratorkestra
tanpa penari.
>
>
>
> Rasanya bukan suatu kebetulan kalo Halte Busway Harmonidijadikan
tempat bertemunya armada trans-Jakarta dari 3 koridor.
>
>
>
> Dalam dualitas, yang dibutuhkan adalah kemampuan menyelaraskandua
sisi yang nampaknya saling berlawanan,
>
> di antara dua sisi ini terentang semua kemungkinan. Namun
tidaktertutup kemungkinan THE OTHER di luar dua sisi ini, mungkin ini
yang disebutLIYAN oleh om Audi.
>
>
>
> Salam,
>
> Akmal
>
> ~Expect the unexpected~
>
>
>
> From:
psikologi_transform
On Behalf Of yohanessutopo
> Sent: Friday, August 24, 2007 5:41 AM
> To: menulis; musyawarah burung; PADMANABA60; pasar naskah;
psikologitransforma
> Subject: [psikologi_transfor
>
>
>
>
>
> Budaya:
>
>
> Harmoni dan Keselamatan
>
>
> Dhandhanggula:
>
> Ana kidung rumeksa ing wengi
> Teguh hayu luput ing lelara
> Luputing bilahi kabeh
> Jim setan datan purun
> Paneluhan tan ana wani
> Mungguh penggawe ala
> Gunaning wong luput
> Geni atemahan tirta
> Maling adoh tan wani marak ing mami
> Tujuh guna pan sirna
>
>
> Kidung adalah manifestasi dari harmoni. Bagi orang Jawa harmoni
adalah penjaga
> keselamatan: ana kidung rumeksa ing wengi... terdapat sebuah kidung
(harmoni
> semesta raya) yang menjaga kehidupan. Inti budaya Jawa adalah
harmoni. Di dalam
> harmoni-lah ditemukan keselamatan. Jika harmoni ini terganggu, akan
timbul
> bencana atau sengkala. (Untuk teks Kidung Mantra Wedha lengkap dari
bait 1 s/d10, lihat di blog kami: www.catatanrenungan
>
>
>
> Semua ritual dalam tradisi Jawa didasarkan pada prinsip ini: untuk
menjaga atau
> memulihkan harmoni. Misalnya: slametan, atau kenduri. Dengan kenduri
orang
> sekampung berkumpul dan berbagi makanan dari ambeng yang sama:
sehinggahubungan
> baik antar sesama dipulihkan dan harmoni kembali ditegakkan. Ketika
ada seorang
> yang sakit misalnya, bagi mereka yang masih menjalankan tradisi ini,
akan
> mengadakan slametan, dengan dipulihkannya hubungan baik dengan
orang-orang di
> sekitarnya, diharapkan si sakit dapat sembuh kembali.
>
> Ilmu kedokteran modern pun meyakini bahwa hubungan (relationship)
yang sehatdan
> hormonis dengan orang-orang di sekitar kita sangat besar dampaknya pada
> kesehatan kita. Orang-orang yang hubungannya dengan orang-orang di
sekitarnya
> tidak harmonis, selalu diwarnai percekcokan dan perang urat-saraf
akan rentan
> dengan penyakit stres dan serangan jantung. Orang Jawa telah
menyadari hal ini
> jauh hari sebelumnya, dengan ritual kenduri mereka mengharapkan
pemulihan
> hubungan yang harmonis dan sehat dengan para tetangga.
>
> Orang Jawa bukan saja meyakini adanya alam yang kelihatan tapi juga
alam yang
> tidak kelihatan, yang tidak kasat mata. Dan hubungan yang harmoni
dengan alam
> yang tidak kasat mata itupun harus dijaga: maka diberikanlah sesaji di
> tempat-tempat keramat. Mereka tidak bermaksud menyembah roh-roh gaib
itu tapi
> sekedar menjaga harmoni dengan mereka.
>
> Demikian juga harmoni dengan alam: dengan sawah ladang, pepohonan,
hewan-hewan
> piaraan. Pada keluarga-keluarga tertentu yang masih sangat kuat
tradisiJawanya,
> mereka akan mengadakan slametan bukan saja dalam setiap momen
kehidupan seperti
> kelahiran, sunatan, mantenan, atau kematian tapi juga dalam
momen-momen yang
> penting dalam hubungan manusia dengan alam: seperti saat panen, atau
ketikasapi
> mereka beranak... setiap momen adalah anugerah dan layak disyukuri.
>
>
> Salam,
> www.catatanrenungan
Ready for the edge of your seat? Check out tonight's top picks on Yahoo! TV.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar