Bagaimana menjaga kualitas messages dalam milis ini secara sistemik ?
--- In psikologi_transform
<alexanderkhoe@
>
> ACHTUNG! ACHTUNG!
>
> TIDAK ADA PEPERANGAN ATAU TAWURAN DALAM BENTUK APAPUN DALAM MILIS
INI!
> HENDAKNYA SEMUA SADAR SESADAR-SADARNYA MELIHAT REALITAS TANPA
MINUM
> TEH OPLOSAN! TIDAK PERLU ADA DRAMATISIR APALAGI GOSIP-GOSIP!
>
> KEBENARANNYA ADALAH: KITA TELAH BERMAIN-MAIN DENGAN ANJING-ANJING
> YANG LUCU-LUCU!!!
>
> INGAT BAHWA HIBURAN BERSAMA ANJING-ANJING INI DAPAT MEMBUAT KITA
> TERTAWA TERBAHAK-BAHAK YANG DAPAT MENYEHATKAN BADAN KITA.
>
> MAKA KAMI YANG SUDAH MERASA TERHIBUR INGIN SEKALI MENGUNGKAPKAN
RASA
> TERIMA KASIH SEBESAR-BESARNYA PADA ANJING-ANJING SIRKUS YANG LUCU-
> LUCU TERSEBUT DENGAN MEMBERIKAN RECEHAN SEBESAR 50 PERAK PER
ANJING!
>
> SALAM,
>
>
>
>
> --- In psikologi_transform
> <gotholoco@> wrote:
> >
> > Mbak was yang swasta..
> > Bila tidak ada "peperangan" mana mungkin "pedang/ilmu" tetep
dalam
> > bungkusnya atau "sarangka"nya.
> >
> > Ayo keluarkan "kepunyaannya" masing-masing!
> >
> >
> > --- In psikologi_transform
> > <was_swas@> wrote:
> > >
> > >
> > > Saya ingin ikut komentar sedikit, borongan aja menanggapi para
> penulis
> > > "serius" di topik ini: Bang Harez, Mas Wolker, Pak Jusuf, dan
Mas
> Rahmat
> > > Budi :)
> > >
> > > Mengenai jabaran Bang Harez tentang disertasi Mbak Wina, pada
> prinsipnya
> > > setuju banget. Dan itu memang yang tidak tertampil di milis
ini.
> Ada
> > > sebagian orang yang di kedua belah pihak yang berseteru yang
> memang
> > > senang mempublikasikan "pertarungan" di milis ini kemana-mana.
> Satu aksi
> > > tentunya memancing reaksi: ketika satu pihak
merasa "dipermalukan"
> > > karena diumumkan kemana2 sebagai tukang ribut, maka besar
> kemungkinan
> > > bahwa pihak tersebut akan membalas - salah satunya dengan
gantian
> > > mengumumkan kemana2 bahwa yang salah bukan dia. Terus demikian
> > > sambung-menyambung reaksinya, hingga nggak jelas lagi siapa
yang
> duluan
> > > membuat keributan; dan orang2 yang menonton kemudian akan punya
> > > interpretasi sendiri2. Jika si A mulai menonton saat si B
> dipojokkan
> > > oleh si C, maka di mata A korbannya B dan penganiayanya C.
> Sebaliknya,
> > > nanti ada orang2 yang juga yang akan mengatakan bahwa si C
memang
> mulai
> > > duluan, B hanya membalas. Kebetulan aja B bikin masalah ke
banyak
> orang,
> > > sehingga akhirnya ketika C membalas, si D, si E, si F ikutan.
> > >
> > > Ini sudah saya perhatikan sejak awal, dan seingat saya, saya
> pernah
> > > memberikan saran untuk menghentikannya, dalam sebuah posting
> berjudul
> > > "Menghentikan Perang" (cari saja di arsip, saya nggak nyimpan
> > > postingnya, dan saya terlalu malas untuk cari di arsip ;)).
Saat
> itu
> > > saya katakan bahwa it takes two to tango, but it takes only
one
> to stop
> > > the tango :) Nggak perduli siapa yang menyerang dan siapa yang
> diserang,
> > > masing2 punya kemampuan untuk menghentikan perang, yaitu
dengan
> diam dan
> > > tidak membalas lagi. Tapi.. tidak ada yang melakukannya :)
> > >
> > > Lebih dari sekedar memberi nasihat dan memberikan referensi
buku
> untuk
> > > dibaca tentang it takes only one to stop the tango, saya juga
> sudah
> > > memberikan contoh ;). Ketika satu pihak "menuduh" saya
> sebagai "tukang
> > > cacimaki" (sesuatu yang TIDAK pernah saya lakukan), bahkan
> memforwardkan
> > > biodata saya kemana2 dengan fitnah seperti itu, saya TIDAK
> membalas :).
> > > Saya bisa saja membalas dengan cara yang sama atau lebih
> kampungan, tapi
> > > tidak saya lakukan. Why? Karena saya ingin memberikan contoh:
it
> takes
> > > only one to stop the tango :) Biarkan saja satu pihak itu sibuk
> > > memfitnah saya kemana2. Toh saya yakin sebagian besar orang
akan
> bisa
> > > menilai sendiri dengan melihat posting2 saya sekarang, yang
lalu,
> dan
> > > yang akan datang ;). Ngapain saya repot2 membela diri? Nanti
malah
> > > tambah rame ;) Any guy can ask my hand for a tango, but I am
the
> one who
> > > decide with whom I would like to dance ;-) Bukankah begitu ;-)?
> > >
> > > Lalu mengenai usul Mas Wolker tentang penggunaan teknologi;
ban
> dan
> > > remove anggota2 tertentu. Saran yang "mirip" (baca: tidak sama
> persis)
> > > sudah pernah saya sampaikan setahun yang lalu. Waktu itu saya
> tidak
> > > menyarankan ban and remove, hanya menyarankan peran moderator
> yang lebih
> > > aktif: moderator tidak perlu mem-banned atau remove siapa pun,
> namun..
> > > jika pembicaraan sudah terlalu menyimpang dari nettiquette
(salah
> > > satunya: kata2 kasar mulai bertebaran), maka moderator harus
turun
> > > tangan dan mengembalikan diskusi ke arah yang lebih nyaman
> menurut umum.
> > > Dengan campur tangan moderator, mungkin pihak yang berseteru
tidak
> > > merasa nyaman, merasa kenyamanannya dikurangi: wong lagi asyik
> maki2 kok
> > > disuruh diam, kan menyesakkan data tuh ;-)? Tapi mungkin
> menghilangkan
> > > kenyamanan sebagian pihak lebih baik daripada semua pihak jadi
> sakit
> > > mata baca cacimaki.
> > >
> > > Cuma.. ketika itu, moderator mengatakan bahwa itu bertentangan
> dengan
> > > policy milis ini. Milis ini memang collosseum, dimana semua
orang
> boleh
> > > jadi singa dan boleh jadi mangsa. Sampai saat ini saya lihat
> moderator
> > > masih konsisten memegang prinsip ini; walaupun dia juga saat
ini
> jadi
> > > pihak yang dicacimaki (dan gantian mencacimaki ;-)), dan saya
> > > menghormati pilihan moderator, meskipun tidak sesuai dengan
> pilihan saya
> > > ;-) After all, he's the boss ;-) Oleh karena itu, saya pikir
> memang
> > > saran Mas Wolker tidak bisa diterapkan di milis ini, KECUALI
> kalau ada
> > > yang meng-kudeta milis ini.. hehehe.. dan mengganti struktur
> organisasi
> > > milis (haiyah! bahasanya!).
> > >
> > > Saya sih tidak berminat mengkudeta milis ini.. hehehe.. Kalau
ada
> yang
> > > mau, ya monggo2 aja. Pak Harto aja bisa lengser karena banyak
yang
> > > "mengkudeta"
deh:
> apa pun
> > > bentuk milisnya, saya ya seperti ini. Kalau ada topik yang
bikin
> saya
> > > tertarik, saya nyemplung. Kalau enggak, ya pass ;-). Tetap
tanpa
> > > cacimaki, meskipun sudah "difitnah" sebagai tukang cacimaki ;-)
> > >
> > > Yang terakhir buat Pak Jusuf ;-). Pak Jusuf menulis:
> > >
> > > Tidak nampak samasekali indikasi upaya untuk melihat masalah
dari
> sudut
> > > ilmu pengetahuan dan bertanya pada orang yang berilmu supaya
> masalah
> > > yang dibahas menjadi terang ! Sehingga keadaannya mirip orang
> botak dan
> > > gundul yang sedang jambak-jambakan
> > >
> > > Lucunya lagi yang berpendidikan psikologi alih-alih ikut
> menjernihkan,
> > > malahan ada yang tampil dengan berbagai nama samaran dan ikut
> tawuran
> > > juga. Karena itu selalu saya ingatkan mengapa tidak menyimak
> kembali
> > > disertasi Fuad Hassan bahwa manusia adalah mahluk yang belum
> jadi dan
> > > terus menerus sedang dalam proses eternal becoming !
> > >
> > > Hmm.. mosok sih, Pak, tidak ada usaha untuk melihat masalah
dari
> sudut
> > > ilmu pengetahuan ;-)? Bukankah baru minggu lalu saya
mengatakan
> pada
> > > Bapak bahwa pada akhirnya saya melihat "tawuran" ini sebagai
> bentuk
> > > negative reinforcement sebagaimana dijabarkan dalam ilmu
> pengetahuan
> > > berjudul psikologi, khususnya mazhab behavioristik ;-)? Ini
kan,
> yang
> > > menjadi pangkal diskusi panjang kita ;-)?
> > >
> > > Eh, tapi.. bener nih.. Bapak ingin ada upaya melihat dari ilmu
> > > pengetahuan ;-)? Nanti kalau ada yang usaha, Bapak bilang ia
> adalah
> > > kolektor ilmu pengetahuan.
> > >
> > > Salah satu alasan saya tidak ikut2an mencacimaki NAMUN tidak
juga
> > > berusaha menghentikan cacimaki adalah: karena saya percaya
kepada
> > > kemampuan beberapa orang di sini untuk "menjernihkan masalah"
> dengan
> > > cara seperti ini. Dan saya tahu: dalam "terapi" seperti ini,
> seringkali
> > > sang klien menunjukkan reaksi lebih nasty dan lebih tantrum
> daripada
> > > biasanya ;-) Jadi saya masih memilih membiarkan dulu sampai
> dimana hal
> > > ini berakhir.
> > >
> > > Tidak ikut berusaha menjernihkan, Pak? Hmm.. beberapa kali
saya
> lihat
> > > sudah banyak orang yang mencoba menjernihkan masalah. Tapi..
> > > karakteristik beberapa orang yang berseteru memang bukan jenis
> yang suka
> > > kejernihan.. hehehe.. Satu pihak melihat apa pun yang
> berjudul "jernih"
> > > atau "hati nurani" atau "sabar" sebagai kemunafikan ;-)
Melihat
> apa pun
> > > yang tidak membelanya sebagai "serangan" dan boleh difitnah
> kemana2.
> > > Bagaimana bisa kepala kita tetap dingin dan menelaah secara
> jernih jika
> > > hati telah dibakar benci dan prasangka ;-)? Kadang, untuk
> menghentikan
> > > api, air saja tidak cukup. Perlu badai besar untuk
> menghentikannya. Lucu
> > > memang, angin (udara) biasanya membuat api makin besar,
namun..
> jika
> > > terlalu besar, api itu justru padam :-)
> > >
> > > Tapi kalau Pak Jusuf punya ide tentang bagaimana menjernihkan
> orang2
> > > yang [menurut amatan saya] sudah tidak bisa diajak bicara
baik2,
> silakan
> > > saja Bapak mencobanya ;-) Namun saya setuju dengan yang
dikatakan
> Mas
> > > Rahmat Budi bahwa "Kearifan yang ada dibuku, bukan hanya untuk
> > > dibicarakan dan dijual, silahkan diterapkan disini". Itu yang
saya
> > > perhatikan dari awal tentang Pak Jusuf: Bapak punya banyak
konsep
> arif,
> > > namun semua itu terhenti di rangkaian kata2 dalam buku yang
Bapak
> jual
> > > saja ;-). Itu sebabnya dalam diskusi lalu saya "mendesak"
Bapak
> untuk
> > > mewujudkan rangkaian kata2 sebagai sesuatu yang nyata ;-)
> > >
> > > Salam,
> > >
> >
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar