Hidup itu berhubungan dengan `sejarah' diri kita masing masing (past,
present & future), bukan menit ini saja, masalahnya
Vincent Liong beberapa kali di emailnya yang dulu mengutip
"history belongs to those who are in the arena" Teddy Rosevelt
So, its can't be objective for the player. Begitu juga dengan Mrs.
Maya Notodisurjo (alias "Swastinika" yang berganti ID untukcucitangan
menjadi "was_swas").
Nah, adalah ujian yang pas untuk mengetahui prihal Mrs. Maya
Notodisurjo saat ini bukan dengan sekedar `running away from the
arena' lalu mengatakan saya hanya observer, its an unresponsible way
to run. Atau yang seperti pak Jusuf yang always be nobody (not join
the arena) so no good and no bad and can say any perfect word. The
problem is Mrs. Maya Notodisurjo isn't an observer, she is a player,
member of the fighting club.
Sahabat saya Vincent Liong menulis sebuah email yang berhubungan
dengan tema tawuran dan kegiatan kill and destroy kim il sen with any
cost di maillist ini dimana saat itu Mrs. Maya Notodisurjo juga member
of the fighting club. Baca dan komentarilah, maka pembaca akan tahu
dari jawaban Mrs. Maya Notodisurjo apakah Sinaga Harez Posma "a
responsible woman" ?
Atau seorang yang licin saja yang bisa mencoba menjilat seperti cara
Mr Goen di maillist ini dalam dualisme (kepecahan mental) antara
prilakunya dengan kegiatannya berjualan hati nurani, atau Leonardo
Rimba yang berjualan Tuhan hingga makhluk halus dan dewa anjing
dlsb
Baca:
Dualisme, Politik Adu Domba & Tawuran
Nama Penulis: Vincent Liong
Tempat, Hari & Tanggal: Jakarta, Jumat, 2 November 2007
http://groups.
Meskipun mampu menjawab dengan baik pun dalam email ini, tetap saja "a
responsible woman" harus membuktikan konsistensi dirinya dalam
sejarah. Bila tidak bisa membuktikan masa lalu maka bisa membuktikan
masa kini dan masa yang akan datang.
Are u a Responsible woman ? Mrs. Maya Notodisurjo
Jadi Buktikanlah. Penonton akan menonton. Actor punya kesempatan
melakonkan.
Or you can be a nobody, observer with a perfect word and make another
Yahoo ID like the habit of your fithing club (Pabrik_T) and play
double game with double name.
Email Mrs. Maya Notodisurjo.
http://groups.
--- In psikologi_transform
<was_swas@..
Saya ingin ikut komentar sedikit, borongan aja menanggapi para penulis
"serius" di topik ini: Bang Harez, Mas Wolker, Pak Jusuf, dan Mas
Rahmat Budi :)
Mengenai jabaran Bang Harez tentang disertasi Mbak Wina, pada
prinsipnya setuju banget. Dan itu memang yang tidak tertampil di milis
ini. Ada sebagian orang yang di kedua belah pihak yang berseteru yang
memang senang mempublikasikan "pertarungan" di milis ini kemana-mana.
Satu aksi tentunya memancing reaksi: ketika satu pihak merasa
"dipermalukan" karena diumumkan kemana2 sebagai tukang ribut, maka
besar kemungkinan bahwa pihak tersebut akan membalas - salah satunya
dengan gantian mengumumkan kemana2 bahwa yang salah bukan dia. Terus
demikian sambung-menyambung reaksinya, hingga nggak jelas lagi siapa
yang duluan membuat keributan; dan orang2 yang menonton kemudian akan
punya interpretasi sendiri2. Jika si A mulai menonton saat si B
dipojokkan oleh si C, maka di mata A korbannya B dan penganiayanya C.
Sebaliknya, nanti ada orang2 yang juga yang akan mengatakan bahwa si C
memang mulai duluan, B hanya membalas. Kebetulan aja B bikin masalah
ke banyak orang, sehingga akhirnya ketika C membalas, si D, si E, si F
ikutan.
Ini sudah saya perhatikan sejak awal, dan seingat saya, saya pernah
memberikan saran untuk menghentikannya, dalam sebuah posting berjudul
"Menghentikan Perang" (cari saja di arsip, saya nggak nyimpan
postingnya, dan saya terlalu malas untuk cari di arsip ;)). Saat itu
saya katakan bahwa it takes two to tango, but it takes only one to
stop the tango :) Nggak perduli siapa yang menyerang dan siapa yang
diserang, masing2 punya kemampuan untuk menghentikan perang, yaitu
dengan diam dan tidak membalas lagi. Tapi.. tidak ada yang melakukannya :)
Lebih dari sekedar memberi nasihat dan memberikan referensi buku untuk
dibaca tentang it takes only one to stop the tango, saya juga sudah
memberikan contoh ;). Ketika satu pihak "menuduh" saya sebagai "tukang
cacimaki" (sesuatu yang TIDAK pernah saya lakukan), bahkan
memforwardkan biodata saya kemana2 dengan fitnah seperti itu, saya
TIDAK membalas :). Saya bisa saja membalas dengan cara yang sama atau
lebih kampungan, tapi tidak saya lakukan. Why? Karena saya ingin
memberikan contoh: it takes only one to stop the tango :) Biarkan saja
satu pihak itu sibuk memfitnah saya kemana2. Toh saya yakin sebagian
besar orang akan bisa menilai sendiri dengan melihat posting2 saya
sekarang, yang lalu, dan yang akan datang ;). Ngapain saya repot2
membela diri? Nanti malah tambah rame ;) Any guy can ask my hand for a
tango, but I am the one who decide with whom I would like to dance ;-)
Bukankah begitu ;-)?
Lalu mengenai usul Mas Wolker tentang penggunaan teknologi; ban dan
remove anggota2 tertentu. Saran yang "mirip" (baca: tidak sama persis)
sudah pernah saya sampaikan setahun yang lalu. Waktu itu saya tidak
menyarankan ban and remove, hanya menyarankan peran moderator yang
lebih aktif: moderator tidak perlu mem-banned atau remove siapa pun,
namun.. jika pembicaraan sudah terlalu menyimpang dari nettiquette
(salah satunya: kata2 kasar mulai bertebaran), maka moderator harus
turun tangan dan mengembalikan diskusi ke arah yang lebih nyaman
menurut umum. Dengan campur tangan moderator, mungkin pihak yang
berseteru tidak merasa nyaman, merasa kenyamanannya dikurangi: wong
lagi asyik maki2 kok disuruh diam, kan menyesakkan data tuh ;-)? Tapi
mungkin menghilangkan kenyamanan sebagian pihak lebih baik daripada
semua pihak jadi sakit mata baca cacimaki.
Cuma.. ketika itu, moderator mengatakan bahwa itu bertentangan dengan
policy milis ini. Milis ini memang collosseum, dimana semua orang
boleh jadi singa dan boleh jadi mangsa. Sampai saat ini saya lihat
moderator masih konsisten memegang prinsip ini; walaupun dia juga saat
ini jadi pihak yang dicacimaki (dan gantian mencacimaki ;-)), dan saya
menghormati pilihan moderator, meskipun tidak sesuai dengan pilihan
saya ;-) After all, he's the boss ;-) Oleh karena itu, saya pikir
memang saran Mas Wolker tidak bisa diterapkan di milis ini, KECUALI
kalau ada yang meng-kudeta milis ini.. hehehe.. dan mengganti struktur
organisasi milis (haiyah! bahasanya!).
Saya sih tidak berminat mengkudeta milis ini.. hehehe.. Kalau ada yang
mau, ya monggo2 aja. Pak Harto aja bisa lengser karena banyak yang
"mengkudeta"
pun bentuk milisnya, saya ya seperti ini. Kalau ada topik yang bikin
saya tertarik, saya nyemplung. Kalau enggak, ya pass ;-). Tetap tanpa
cacimaki, meskipun sudah "difitnah" sebagai tukang cacimaki ;-)
Yang terakhir buat Pak Jusuf ;-). Pak Jusuf menulis:
Tidak nampak samasekali indikasi upaya untuk melihat masalah dari
sudut ilmu pengetahuan dan bertanya pada orang yang berilmu supaya
masalah yang dibahas menjadi terang ! Sehingga keadaannya mirip orang
botak dan gundul yang sedang jambak-jambakan
Lucunya lagi yang berpendidikan psikologi alih-alih ikut
menjernihkan, malahan ada yang tampil dengan berbagai nama samaran dan
ikut tawuran juga. Karena itu selalu saya ingatkan mengapa tidak
menyimak kembali disertasi Fuad Hassan bahwa manusia adalah mahluk
yang belum jadi dan terus menerus sedang dalam proses eternal
becoming !
Hmm.. mosok sih, Pak, tidak ada usaha untuk melihat masalah dari sudut
ilmu pengetahuan ;-)? Bukankah baru minggu lalu saya mengatakan pada
Bapak bahwa pada akhirnya saya melihat "tawuran" ini sebagai bentuk
negative reinforcement sebagaimana dijabarkan dalam ilmu pengetahuan
berjudul psikologi, khususnya mazhab behavioristik ;-)? Ini kan, yang
menjadi pangkal diskusi panjang kita ;-)?
Eh, tapi.. bener nih.. Bapak ingin ada upaya melihat dari ilmu
pengetahuan ;-)? Nanti kalau ada yang usaha, Bapak bilang ia adalah
kolektor ilmu pengetahuan.
Salah satu alasan saya tidak ikut2an mencacimaki NAMUN tidak juga
berusaha menghentikan cacimaki adalah: karena saya percaya kepada
kemampuan beberapa orang di sini untuk "menjernihkan masalah" dengan
cara seperti ini. Dan saya tahu: dalam "terapi" seperti ini,
seringkali sang klien menunjukkan reaksi lebih nasty dan lebih tantrum
daripada biasanya ;-) Jadi saya masih memilih membiarkan dulu sampai
dimana hal ini berakhir.
Tidak ikut berusaha menjernihkan, Pak? Hmm.. beberapa kali saya lihat
sudah banyak orang yang mencoba menjernihkan masalah. Tapi..
karakteristik beberapa orang yang berseteru memang bukan jenis yang
suka kejernihan.. hehehe.. Satu pihak melihat apa pun yang berjudul
"jernih" atau "hati nurani" atau "sabar" sebagai kemunafikan ;-)
Melihat apa pun yang tidak membelanya sebagai "serangan" dan boleh
difitnah kemana2. Bagaimana bisa kepala kita tetap dingin dan menelaah
secara jernih jika hati telah dibakar benci dan prasangka ;-)? Kadang,
untuk menghentikan api, air saja tidak cukup. Perlu badai besar untuk
menghentikannya. Lucu memang, angin (udara) biasanya membuat api makin
besar, namun.. jika terlalu besar, api itu justru padam :-)
Tapi kalau Pak Jusuf punya ide tentang bagaimana menjernihkan orang2
yang [menurut amatan saya] sudah tidak bisa diajak bicara baik2,
silakan saja Bapak mencobanya ;-) Namun saya setuju dengan yang
dikatakan Mas Rahmat Budi bahwa "Kearifan yang ada dibuku, bukan hanya
untuk dibicarakan dan dijual, silahkan diterapkan disini". Itu yang
saya perhatikan dari awal tentang Pak Jusuf: Bapak punya banyak konsep
arif, namun semua itu terhenti di rangkaian kata2 dalam buku yang
Bapak jual saja ;-). Itu sebabnya dalam diskusi lalu saya "mendesak"
Bapak untuk mewujudkan rangkaian kata2 sebagai sesuatu yang nyata ;-)
Salam,
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar