Ya, selamat menikmati pujianku. Seneng saya bahwa itu menyenangkan hatimu :)
Eh, Swas, ngomong-ngomong Anda ngerti enggak sih arti kata "fatalistis"
sekarang malah saya yang dibilang menganggap "nasib adalah sesuatu yang
terberi"? Bukankah dalam reply saya terakhir saya katakan justru tidak
demikian, dan statement Andalah yang menyiratkan hal itu? Bolak-balik kata
lagi, ya? Makin kehilangan fokus aja kau.
Emang apa yang keliru dengan saran yang berpatokan pada psikologi dan bukan
agama? Atau kalo bukan psikolog nggak boleh ngomong psikologi sama sekali? Kok
makin nggak jelas aja posting-posting Anda?
manneke
Quoting was_swas <was_swas@yahoo.
>
> Hahaha.. wah, makasih, Pak, kalau sempat "dikira" pintar, apalagi segitu
> pintarnya sampai bisa menampilkan "kebijakan superfisial" ;) Itu pujian
> yang tinggi banget deh :)
>
> Pandangan saya fatalistis ya :)? Ya maaf deh, saya kurang menyadari
> bahwa untuk Bapak "nasib" itu sesuatu yang terberi dan tidak dapat
> diubah :). Mungkin saya terlalu terpaku pada ajaran agama saya bahwa
> nasib itu dapat diubah, yang tidak dapat diubah hanya tiga hal yang
> termasuk takdir mubrom: jodoh, lahir, dan mati :). Makanya saya berani
> menyarankan bahwa Bapak meniru Mas Agussyafii, walaupun nasib Bapak
> mungkin tidak ubahnya seperti nasib saya dulu :)
>
> *eh, dan saran untuk mencoba memahami persepsi orang lain itu dasarnya
> psikologi lho, bukan agama ;)*
>
> Salam,
>
>
> --- In psikologi_transform
> >
> > Ah, Swas, bolak-balik kata tak akan membawa kita ke mana-mana kecuali
> makin
> > rapih membungkus keculasan dengan kebijakan artifisial. Anda meminta
> > saya "mencoba memahami" Anda? Ha ha ha, ini baru beneran lucu. Asli.
> Sesuatu
> > yang sejak awal kami yang kristen ini dambakan dari teman-teman Muslim
> di milis
> > ini, tapi yah...harapan tinggal harapan. Dan sekarang Swas minta saya
> memahami
> > Anda? Oalah...
> >
> > Ini kutipan ucapanmu, Swas: "kalo menurut saya sih itu nasib jadi
> minoritas di
> > mana-mana". Pandangan yang amat fatalistis dan menyarankan submission
> ini apa
> > persepsi saya sendiri? Tak ada yang namanya "nasib" dalam soal zolim
> menzolimi
> > antar manusia, Swas. Kok nyalahin nasib? Bahwa Anda pernah mengalami
> > diskriminasi rangkap tiga, ini seharusnya tidak menjadi justifikasi
> bahwa
> > lumrah buat orang lain untuk mengalami hal serupa dengan Anda.
> Lagi-lagi cara
> > berpikir superrasional yang sangat dingin dan tak berjiwa. Dan Anda
> suruh saya
> > melihat dengan "hati"? Wuahahahahaha.
> >
> > Dengan enteng menganjurkan saya melakukan hal sama seperti dilakukan
> Agus
> > Syafii adalah ucapan asal njeplak seseorang yang berada dalam posisi
> mayoritas
> > and has nothing to lose because her position is always-already safe
> and
> > superior. Jika Agus Syafii atau Anda melakukan sosialisasi
> ajaran-ajaran agama,
> > dampaknya jelas jauh beda dengan saya sebagai bagian dari kelompok
> minoritas
> > jika melakukan hal serupa. Tapi, itulah. Yang absen pada diri Anda
> adalah ke-
> > sensitif-an, dan mungkin juga empati. Bikin saran tanpa mikir sikon
> orang yang
> > dikasih saran, karena kau hanya mampu mencerna persoalan dari posisimu
> sendiri.
> > Di Indonesia, jika seseorang dituduh melakukan "kristenisasi"
> dampaknya sangat
> > serius, dan ini yang tak Anda tangkap. Asbun. Saya kembalikan deh
> saranmu:"coba
> > dirasakan dengan hati."
> >
> > Saya terlalu banyak mikir? Alhamdullilah masih bisa mikir. Mungkin
> Anda
> > semestinya juga perlu lebih banyak mikir, sehingga tidak "malas"
> seperti
> > sekarang ini. Mikir dalama arti seluas-luasnya, Swas, bukan cuma
> demonstrasi
> > rasio yang dingin yang tampak impresif di permukaan tapi kosong affect
> di
> > dalamnya.
> >
> > Oh ya,kamu boleh menggunakan kata-kata saya yang mana aja untuk
> membalik meja,
> > Swas. Silakan. Bebas aja mau diputar balik kaya apa, as if I care?
> Ayo, balikin
> > cepetan. Saya tantang. Pasti akan sangat menghibur :) Belakangan saya
> mulai
> > menikmati menyaksikan keahlian dan bakatmu dalam hal yang satu ini.
> >
> > Lho? Soal devil's advocate belum ngerti juga toh maksudnya sampe masih
> nanya
> > lagi yang nggak kacangan itu kaya apa? Kirain pinter... Saya ulangi
> lagi ya:
> > kalo betul mau jadi devil's advocate, jadilah devil's advocate untuk
> memberikan
> > benefit of doubt pada keyakinanmu sendiri. kalau jadi devil's advocate
> buat
> > keyakinan orang lain, itu namanya bukan "devil's advocate". Baca dong
> yang
> > beneeeer....
> >
> > manneke
>
>
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar