tidak lulus psikotes, adalah ketika psikotes digunakan untuk alat seleksi
tidak lulus, dimaksud adalah hasil yang diperoleh dari proses psikotes yang diikuti yang bersangkutan berada di luar kriteria yang ditunttukan si penyeleksi...
btw, ini psikotes kan? bukan Ujian Nasional....
hehehehe
bude tih
On 11/14/07, goenardjoadi <goenardjoadi@gmail.com > wrote:
lho kecerdasan itu bukannya hasil psiko tes?
heran aku.... ada orang ga lulus psiko tes, artinya apa? apa
menurut meteran psikologis orang itu gak qualified? dari hasil test
2 jam? ada-ada saja.
salam,
goen
--- In psikologi_transformatif@yahoogroups , "Alexander".com
<alexanderkhoe@...> wrote:
>
> Untuk bisa berdiskusi yang baik perlu dijelaskan beberapa definisi
> pokok yang menjadi topik diskusi, disini mengenai berpikir.
Berikut
> beberapa PR yang harus dipahami bersama mengenai beberapa definisi
> dasar, yaitu:
> 1. Pikiran (Thought) ?
> 2. Batin (Mind) ?
> 3. Proses Kognitif (Cognition) ?
> 3. Berpikir (Thinking) ?
> 4. Bernalar (Rationing) ?
> 5. Kecerdasan (Intelligence) ?
>
> Tanpa menjelaskan hal-hal yang paling mendasar ini, diskusi hanya
> sekedar omdo.
>
> Salam,
> Alexander
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups , audifax -.com
> <audivacx@> wrote:
> >
> > 1
> > Berpikir dan Kecerdasan
> >
> > How many roads
> > must a man walk down
> > before you call him a man?
> > The answer my friend
> > is blowing in the wind
> > The answer is...blowing in the wind
> >
> > Bob Dylan
> > --Blowin ' in the Wind—
> >
> > Apa yang membuat manusia menjadi manusia? Jawabannya
barangkali
> sama dengan apa yang diutarakan Bob Dylan: The asnwer is blowing
in
> the wind. Namun pencarian jawaban itu, meski tak pernah
menghasilkan
> suatu jawaban final, tak boleh berhenti. Dan salah satu rumpun
> pemikiran yang mencoba menjelaskan bagaimana manusia bisa menjadi
> manusia, adalah mereka yang menganggap pikiran sebagai kunci.
Rumpun
> pemikiran ini berdampingan dengan rumpun pemikiran lain seperti:
> Hati, Perasaan, Insting, Intuisi, Spiritual, dsb.
> >
> >
> > Bagaimana pikiran dianggap sebagai kunci yang memanusiakan
> manusia ini akan saya bahas dalam serangkaian esai. Saya akan
mulai
> dari apa yang oleh Aristoteles disebut Nous. Apa itu Nous? Secara
> sederhana Nous bosa diterjemahkan sebagai mind atau 'pikiran'.
> Aristoteles mendefinisikan Nous sebagai bagian dari jiwa yang
membuat
> manusia tahu dan memahami.
> >
> >
> > Filsuf lain, Rene Descartes, mencoba berangkat ke arah
pentingnya
> komponen 'pikiran' melalui bagaimana meragukan persepsi inderawi.
> Pancaindera kerap menipu dan karenanya Descartes mengandaikan
bahwa
> tak ada hal yang menampakkan diri sebagaimana adanya. Maka itu,
> ketika aku meragukan dan kemudian memikirkan ulang tentang Ada-ku
> maka di situlah Aku Ada. Descartes dipandang sebagai bapak
filsafat
> modern. Julukan ini tak berlebihan karena sejak Descartes, pikiran
> sebagai penentu kesadaran benar-benar digumuli lebih dalam.
> >
> >
> > Kecerdasan dan Berpikir
> > Ketika kita bicara tentang kecerdasan, maka tak bisa
dilepaskan
> dari berpikir dan apa yang telah diawali Descartes tentang
berpikir
> dan Ada. Ketika anda mencoba menjawab pertanyaan psikotes yang
> mengukur kecerdasan, seperti: "Apa yang anda lakukan ketika
tersesat
> di hutan pada siang hari?", maka saat anda berusaha menemukan
jawaban
> terbaik, saat itu jugalah anda melakukan apa yang disebut
berpikir.
> Bahkan bukan hanya berpikir, namun anda juga menempatkan 'Ada'-nya
> anda pada konteks seolah-olah andalah yang tengah tersesat di
hutan.
> >
> >
> > Ada kasus menarik di sini. Berkenan dengan pertanyaan tes IQ
> tersebut. Jawaban dengan nilai 'kecerdasan' tertinggi
adalah 'melihat
> matahari untuk memetakan arah'. Dalam buku panduan skoring, selain
> jawaban itu ada juga sejumlah jawaban lain yang telah
diidentifikasi
> dan dibobot kecerdasannya. Namun, pada sejumlah kasus yang benar-
> benar saya temui, ada jawaban-jawaban lain yang nyleneh dan tak
ada
> di buku panduan skoring, namun bisa jadi dalam konteks tertentu
> justru cerdas. Misal:
> > - Saya akan menemui tukang kebun di sekitar situ, karena
tukang
> kebun pasti tahu arah
> > - Saya akan mencari pohon kelapa tertinggi dan memanjat
> > Jawaban-jawaban itu tidak ada di buku panduan skoring dan bisa
> jadi bakal diskor nol. Tapi jelas jawaban-jawaban itu tak
menyalahi
> aturan karena di pertanyaannya tak disebutkan batasan situasi,
apakah
> ada tukang kebun atau tidak, apakah ada pohon kelapa atau tidak,
dsb.
> >
> >
> > Apa yang mau saya sampaikan di sini adalah bagaimana berpikir
itu
> berkaitan dengan 'Ada' di suatu kondisi dan sebuah pembacaan atas
> kondisi tersebut. Pembacaan ini ternyata begitu kompleks dengan
> berbagai kemungkinannya. Jika mau dikaitkan dengan pemahaman bahwa
> berpikir adalah Nous atau bagian jiwa yang membuat manusia tahu
dan
> memahami, maka di sini kita mesti mawas bahwa 'tahu dan memahami'
di
> sini bisa begitu plural.
> >
> >
> > Bagus Takwin (2005) dalam buku "Kesadaran Plural-Sintesis
antara
> Rasionalitas dan Kehendak Bebas" mengemukakan suatu pendapat
menarik:
> >
> >
> > "Kesadaran adalah sebuah fakultas mental pada diri manusia
yang
> memberikannya kemampuan memahami realitas dan berkehendak bebas
yang
> memungkinkan adanya pelbagai penafsiran tentang realitas" (hal.
238)
> >
> >
> > Lebih jauh, Takwin menjelaskan bahwa kesadaran analog dengan
> pengambilan keputusan. Dalam kesadaran yang analog dengan
pengambilan
> keputusan itu terdapat lima tahap"
> >
> > (1) Identifikasi
> > (2) Encoding
> > (3) Menemukan perbedaan implikasi
> > (4) Menyelesaikan perbedaan-perbedaan implikasi
> > (5) Penentuan keputusan
> >
> > Dijelaskan lebih jauh bahwa kelima tahap dalam dinamika
kesadaran
> tersebut menunjukkan adanya keterkaitan antara kesadaran manusia
> dengan peningkatan keterbukaan manusia. Jika masing-masing tahap
> dilakukan secara cermat, maka manusia dapat menampilkan
keterbukaan
> terhadap berbagai perbedaan.
> >
> >
> > Sampai di sini, saya melihat ada dua kata penting dalam
> kesadaran, yaitu Diferensialitas dan Referensialitas.
Referensialitas
> meliputi identifikasi dan encoding karena dalam dua hal tersebut
> terkandung referensi. Sedangkan dalam Diferensialitas terkait
> bagaimana keterbukaan terhadap kemungkinan penafsiran. Lalu, kita
> bisa melihat bahwa Diferensialitas dan Referensialitas adalah
kunci
> dari Dekonstruksi.
> >
> >
> > Dari pemahaman itu, saya mencoba berspekulasi dengan menarik
> Dekonstruksi pada pemahaman mengenai konsep kecerdasan dan
berpikir.
> Bagaimana orang mampu secara cerdas berpikir mengenai 'Ada'-nya di
> dunia, akan ditentukan oleh bagaimana ia mampu terbuka pada
perbedaan
> dan kemawasan bahwa segala sesuatunya selalu memiliki rujukan pada
> apa yang telah lebih dulu ada.
> >
> >
> > Ada pendapat lain?
> >
> >
> >
> >
> >
> > --------------------- --------- ---
> > Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo!
Mail.
> See how.
> >
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar