Zen lebih cenderung enggagement, keterlibatan total menari bersama tempat dan waktu (bukan meditasi dalam arti mengamati) seperti dalam syair sbb. :
" Bunga-bunga layu dengan cepat,
Tapi mereka tidak pernah berhenti mekar.
Air di sungai terus mengalir,
Namun demikian sungai kelihatannya tidak pernah berubah.
Makna hidup dapat disadari dalam proses kehidupan.
Perubahan adalah kebenaran abadi "
Salam,
Jusuf Sutanto
Dari: Agung Eko Hertanto by way of <hudoyo@cbn.net.
Terkirim: Selasa, 18 Desember, 2007 7:27:31
Topik: [psikologi_transfor
Dari: agung hertanto <agungeka@yahoo. com>
Bapak Hudoyo yth,
Kalau boleh saya menambahkan disini untuk menjawab
pertanyaan pak Wiryanto Widjaja. Pertanyaan
prima causa ini sangat pelik. Kita mempunyai sistim
persepsi yang dibawa dari lahir lewat orang tua,
budaya, maupun agama.
Di dalam prinsip kausalitas, inherent didalamnya
sistim waktu yang linier. Bahkan kita sering
berpandangan bahwa 'cause' mendahului 'effect'.
Itu yang kita terima dan jarang sekali dipertanyakan.
Kalau kita mempelajari ilmu fisika 'advanced',
waktu itu dipertanyakan hakekatnya. Misalnya adakah
awal dari waktu. Teori Bigbang banyak disalah
mengertikan oleh awam sebagai kelahiran alam semesta
diatas hamparan waktu yang infinite. Yang sebenarnya
terjadi adalah pada event Bigbang, waktu dan ruang
('space') beserta materi (yang sekarang menyusun
galaksi dsb) diciptakan bersamaan. 'Causa' secara
inheren mengandung artian waktu, kalau waktu tidak
ada pertanyaan tentang 'causa' tidak ada artinya.
Itu baru pertama ulasan bab waktu.
Di fisika juga dipertanyakan seperti apa kondisi
Bigbang, karena dengan menjawab pertanyaan ini,
diharapkan bisa mempelajari 'waktu' disamping struktur
jagad raya. Ini merupakan topik hangat fisika
sampai detik ini. Dengan adanya prinsip kwantum
yang sampai detik ini valid, ada kemungkinan
entitas yang namanya waktu juga berkwantum-fluktuas i.
Karena berfluktuasi, maka tidak ada awal persisnya.
Ibarat (mudah)nya begini, umpamakan saja sehelai
benang melambangkan waktu yang linier. Dalam konsepsi
kita sehari hari, salah satu ujung benang itu
adalah awal waktu. Tetapi seandainya ujung benang
itu kita bikin lingkaran lingkaran kecil, kita tidak
tahu mana yang awal.
Secara kosmik (saya tidak akan mengungkap
semua teori kosmologi disini), kita juga tidak
tahu apakah waktu itu linear seperti benang yang
kita sebutkan tadi, ada awal ada akhir.
Ada kemungkinan waktu mempunyai struktur seperti
gelang, tidak ada ujung tidak ada akhir dan siklis.
Dan disetiap titik mikroskopik dari gelang-waktu
itu terjadi kwantum fluktuasi.
Bahkan yang lebih merepotkan lagi ialah secara
mikroskopik, level sub-nuclear, waktu itu berjalan
dua arah, maju dan mundur. Fisikawan membuktikan
itu bukan hanya sebagai teori tetapi juga dalam
eksperimen, meskipun demikian jangan harap kita
(sebagai mahluk makroskopik) bisa menjadi semakin
muda.
Seandainyapun kita mau mengaitkan causalitas dengan
waktu, kalau kita mau mengamati dengan rendah
hati, 'cause' bisa terjadi sesudah 'effect' dan
kita sering memberi label 'motivasi' pada 'cause'
jenis ini. Kita sering berkata, kita perlu ambil
mata pelajaran kimia, biologi, untuk menjadi dokter.
Tetapi terkadang kita ingin menjadi dokter duluan,
dan karena sekarang belum dokter, maka dokter disini
berada dimasa yang akan datang tetapi kita tarik
kemasa kini. Dari 'dokter masa depan' ini kita
mengambil kuliah kimia dan biologi, dari sana kita
menjadi dokter. Kita mengatakan 'dokter masa depan'
itu motivator, tetapi hakekatnya sama dengan 'cause'.
Dalam Buddhism diakui 'interconnectedness '
semua fenomena, oleh karena itu muncul pengertian
'codependent arising'. Tetapi mengejar pengertian
akan hal ini justru akan mengganggu usaha kita
untuk menuju Pencerahan. Kedua guru agung,
Jesus dan Buddha, mengajarkan kita untuk tidak
ambil pusing konsepsi ini. Prima cause tidak
muncul dari Sabda Jesus, tetapi sebagai tafsir
dari Genesis di Perjanjian Lama.
salam
agung
============ ========= =====
HUDOYO:
Menurut hemat saya, waktu adalah gerak. Tanpa gerak tidak ada waktu.
Gerak itu diikuti oleh pikiran. Maka timbullah persepsi akan waktu, akan masa lampau dan masa depan..
Tapi masa lampau dan masa depan itu adanya hanya di dalam pikiran. Kalau pikiran berhenti, tidak ada persepsi waktu, tidak ada pula masa lampau dan masa depan.
Yang aktual adalah saat kini, tapi saat kini itu tidak bisa ditangkap oleh pikiran. Ketika pikiran mencoba menangkap saat kini, ia sudah menjadi lampau.
Kalau pikiran/si aku berhenti, maka orang berada pada saat kini terus-menerus. Itulah keabadian.
Salam,
Hudoyo
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Fed Cuts Rates Again - Think you pay you much for your mortgage? No SSN Required - Estimate New Payment.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar