Mungkin bagi beberapa orang mudah untuk membohongi perasaan mereka sendiri. Tapi bagiku itu sulit. Ketika aku melihat matanya yang berkaca-kaca. Ketika aku memimpikan dirinya yang berkata, "Jadi kita sudahan?" Dan walau pun kejam aku mengatakan, "Iya, dan kita harus membuang perasaan-perasaan itu." Lalu aku terbangun dengan sisa rasa sakit yang masih membekas.
Membicarakan perasaan. Membicarakan sesuatu yang sederhana. Kalau sakit kau tinggal mengatakan sakit. Kalau senang kau tinggal mengatakan senang. Kalau sedih kau tinggal mengatakan sedih. Beberapa orang mungkin menutupinya sampai menjadi bom waktu. Aku mungkin tidak. Dan ketika aku menutupinya--mereka bertanya-tanya berapa banyak topeng yang kupunya.
"Dari dulu.. Sejak aku masih di bangku Sekolah Menengah. Perempuan pergi tanpa membela perasaannya sendiri."
Mungkin ini terlalu melankolis. Lagipula umurku sekarang 23 tahun. Dan terlalu naif bila aku masih bisa mengingatnya dengan jelas.
"Kamu adalah perempuan sekian yang tidak membela perasaanmu sendiri.. Untuk sesuatu yang tidak lebih penting dari persoalan materi dan segala macam. Aku tidak tahu sudah berapa banyak pemuka agama yang mengatakan, 'Bahwa hal-hal yang bersifat keduniawian tidak akan abadi.' Tapi kamu masih saja.. Ah, sudahlah."
Beberapa dari sisi dalam tubuhku mengatakan :
"Kenapa perempuan itu meninggalkanku karena.. aku tidak menjanjikan untuk menikahi dirinya.
Pada dasarnya aku tidak tahu kenapa ia memilih untuk meninggalkanku? Memang saat itu ada laki-laki lain. Dan aku tidak menyangka kalau laki-laki itu memang memenangkan hatinya. Upaya-upaya untuk menumbuhkan rasa sayang dan cinta. Seperti yang aku lakukan dulu padanya.. Ah, kupikir ia sudah lelah. Ia sudah lelah bermain sayang dan cinta. Biar saja aku kejam. Biar saja terdengar tidak berperasaan. Tapi aku tahu aku menyukai erangannya. Menyukai bagaimana menatapku dan berkata, "Tidakkah kamu akan berhenti?"
Aku pembuat komik. Komik itu aku buat dalam waktu sehari. Aku menjualnya lima ribu rupiah. Memang tidak akan pernah cukup untuk apa pun. Tapi aku senang sesuatu yang aku buat dengan tanganku sendiri.. Aku juga pernah membuat novel. Novel itu juga aku jual ke saudara dan beberapa teman dekat atau pun jauh. Tapi aku sudah mulai bosan menjual novel.
"Dan sekarang memulai membuat dan menjual komik."
Ada laki-laki sekarang yang sedang berdiri di hadapan kaca. Mungkin ia bertanya-tanya ada apa dengan wajahnya. Wajahnya hanya satu dan umumnya kaku dan tidak ekspresif. Aku tidak mempermasalahkan bagaimana ia begitu memperhatikanku diriku. Ia hanya salah satu bidak catur yang mengawasi diriku dari tindakan destruktif 'merusak diri sendiri'.
Ia bertanya padaku, "Apakah aku sudah makan?"
"Aku sedang tidak ingin makan."
"Makan mie saya yak."
"Enggak aku lagi gak lapar."
"Nanti sakit lho."
"Enggak-enggak apa-apa.. Aku lagi puasa." He he aneh aku mengatakan ini.. Padahal sejak tadi aku merokok dan minum teh.
"Heh! Mentang-mentang ibunya dokter." Ucap laki-laki itu lalu pergi naik motor. Aku tidak tahu apakah dia akan membelikan aku mie atau tidak. Aku hanya merasa tidak lapar sama sekali. Aku hanya merasa datar dan kosong. Aku benar-benar tidak ingin makan hari ini.
2
Ini masih hari pertama aku merasakan 'sakit ini'. Beberapa orang mengatakan seminggu lagi aku tidak akan apa-apa. Aku tidak percaya.. Memikirkan apa yang akan aku lakukan beberapa jam saja sulit. Menuliskan ini semua memang sedikit terapis. Berusaha menganalisa dan menyimpulkan 'apa yang terjadi pada diri sendiri'. Untung tidak ada motivator hari ini.. Mungkin aku sudah membunuhnya sekarang.
Laki-laki itu benar-benar membawakan mie. Ia berkata agak keras, "Mie!" Aku menjawab, "Nanti aku buat sendiri." Tanpa melihat ke arah matanya.
Apakah kalian pernah mendengar Sigur Ros.. Band asal Eropa yang tidak aku mengerti artinya. Aku suka dengan aransemen musiknya. Harmonisasi khas eropa dengan orkestra dan segala macam. Beberapa video klip yang kulihat.. Lagunya diperankan oleh anak-anak autis yang berlarian di padang rumput.
Hari ini, entah kenapa, aku hanya ingin berbicara pada diriku sendiri. Aku tidak peduli apa yang akan terjadi esok. Hari ini.. Bagiku sudah terlalu kompleks dan rumit.. (aneh, padahal tadi aku mengatakan : perasaan adalah hal yang sederhana). Mungkin memang sudah saatnya?
"Apa?" Tanya salah satu dari bagian tubuhku.
"Aku bangkit."
"Lho, memangnya kamu sudah dikubur?"
"Jawabannya bukan belum.. Tapi kapan?"
"Kenapa sih kamu melankolis begini?"
Aku tidak menjawab pertanyaan itu. Aku hanya tidak ingin.
Aku hanya tidak ingin memiliki keinginan.
Kadang aku membayangkan perempuan itu tiba-tiba datang dan meminta maaf. Aku hanya diam dan melihat apa yang akan ia lakukan padaku?
3
Mungkin perempuan itu tidak akan pernah datang. Aku harus mulai melupakan bayangan itu. Karena tidakkah itu akan lebih mudah bagiku. Segalanya memang mudah. Apalagi ketika kita mengatakan kata 'mudah'. Iya pada akhirnya 'mudah' atau pun 'sulit' tergantung bagaimana cara penyelesaiannya. Kalau ini terdengar sedikit menceramahi.. Tolong maafkan aku! Karena jujur aku pun benci untuk diceramahi.
"Hah! Sudahlah.."
4
"Sebaik-baiknya manusia.. adalah manusia yang tidak mencari, tapi menemukan." Aku menemukan perempuan itu di sebuah masjid di kampusku. Ia sedang duduk entah menunggu apa. Yang aku tahu ia sedang membaca buku berjudul 'Jangan Main-Main Dengan Kelaminmu.' Buku ini dikarang oleh Djenar Maesa Ayu. Perempuan yang cukup seksi dalam beberapa penampilan di acara Silat Lidah. Ia tidak berusaha terlihat cerdas karena memang dasarnya cerdas. Begitu juga dengan perempuan itu..
"Ah, entah kenapa setelah aku mulai menerima segala sesuatu sebagai bagian dari takdir. Maka semuanya terasa lebih ringan."
Aku mungkin tidak akan mengumpat tentang segala keburukan perempuan itu. Karena memang tidak ada gunanya. Membicarakan hal yang buruk, atau aib, selain dilarang agama--justru mempersulit komunikasi antara 'kita yang mengetahui' dan 'dia yang tidak menyadari'. Sedangkan keburukan itu sendiri sesuatu yang kompleks. Seseorang bisa menilai suatu tindakan itu buruk, disaat yang sama tindakan itu 'baik' karena suatu kondisi atau ruang-waktu tertentu. "Aku sudah agak lelah berfilsafat sebenarnya. Yang aku lakukan hanya menyalahkan orang lain, karena 'sudut pandang ini' tidak membuatku cenderung 'destruktif' atau 'merusak diri sendiri'."
5
"Aku sudah agak lelah berfilsafat sebenarnya. Yang aku lakukan hanya menyalahkan orang lain."
- tinta negatif -
untuk Gadis Terima Kasih..
Terima Kasih atas Pengalamannya..
Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.
MARKETPLACE
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar