Simbol-Simbol itu mengeluarkan api.
'Aku adalah pengacau yang menerobos hutan untuk membuat jalan sendiri. Ketika aku menemukan jalan setapak yang banyak orang lalui; aku selalu berhenti. Merenungi langkah-langkah mereka yang lurus dan membosankan.'
'Pernah aku mencemari danau mereka dengan tinta hitam; mencoreng langit biru dengan warna abu-abu; merusak altar-altar pemujaan dengan kata-kata makian.'
"Aku tidak butuh pekerjaan! Aku tidak butuh pekerjaan!" Mereka melirikku tajam lalu menggeleng kasihan. Mereka banyak berharap aku cepat pergi atau cepat mati.
'Satu hal yang kupelajari tentang doa kematianku. Mereka semua tidak bernyali. Semua berharap mati tanpa harus bunuh diri.'
'Aku dikurung di sebuah kandang. Aku mulai berkenalan dengan mereka yang dibungkam. Mereka adalah para Pujangga, Pahlawan, Pertapa dan Para Pecinta kata 'bebas'. Aku tergolong mereka yang mencintai kata 'bebas''
"Hei kalian," teriak prajurit itu (dari luar kandang), "binatang! Kalian bisa diam! Hukuman mati sudah ditetapkan. Jadi segaduh apa pun kalian aku tak akan melaksanakannya sekarang. Jadi bersabarlah sedikit!"
Hari yang ditunggu tiba. Pertapa berjenggot hitam sibuk memberiku simbol-simbol yang ia pegang selama hidupnya :
'Pegang ini anakku. Ada Bintang. Ada Bulan. Ada Pedang Kayu Terbalik. Semua simbol yang kalian butuhkan ada di tanganku.'
Di depan tiang gantungan; di depan pisau Guilotine; di depan popor senapan; di depan Malaikat Kematian; di depan kursi listrik dan jarum suntik; di depan semua karya seni manusia kecuali Malaikat Kematian. Mereka bersorak gembira atas kematian pahlawan mereka:
Para Pujangga, Pejuang, dan Pertapa Berjenggot Hitam. Mereka senang pahlawan mereka digantung, ditembak, teriak:
"Keadilan di-Tegakkan! Keadilan di-Tegakkan!"
Tiba saatnya giliranku dipancung, dipasung, disalib, diberi pilihan minum racun atau bunuh diri. Semua yang mereka tawarkan tidak menjamin aku selamat dari rasa sakit yang mendalam. "Aku belum siap mati!" teriakku dihadapan ribuan penonton yang mereka ingin aku segera menutup pertunjukkan itu. "Malaikat Kematian telah pergi. Tidakkah kalian lihat?
Ia terbang melesat ke awan dan mengatakan : Belum waktuku!"
Orang-orang asing saling berpandangan bingung. Mereka bertanya apakah mereka melihat Malaikat Kematian telah kembali ke Khayangan. Salah seorang dari mereka berteriak, "Aku melihatnya! Aku melihatnya!" yang lainnya pun terbawa emosi dan mengatakan hal yang sama. Kerumunan orang mulai rusuh. Beberapa dari mereka menimpuki aparat keamanan dengan buah-buahan yang mereka bawa. Ini kesempatanku untuk lari. Dengan tangan kosong aku melompat ke dalam kerumunan. Mereka langsung menyembunyikanku. Mereka langsung membawaku pergi. Ke sebuah tempat. "Sebuah tempat yang aman," begitu kata mereka.
Aku disekap di bawah tanah. Mereka bilang ini untuk kebaikanku. "Tidak aman bagimu untuk berjalan di atas tanah," yakin mereka berkali-kali. Sesungguhnya aku rindu langit dan awan-awan. Di tempat ini aku hanya melihat akar-akar besar yang tiap harinya digergaji oleh bayangan-bayangan; yang pemilik tubuh justru sibuk berdansa, bermain kartu, bercanda ria dan menyanyi lagu-lagu ciptaan mereka sendiri. Aku hampir tak menemukan teman bicara.
Aku kembali ke kamar berdinding tanah tanpa jeruji-jeruji besi. Dalam gelap aku selalu mendengar sayup-sayup orang-orang berpesta.
Entah berapa lama aku tertidur. Di luar masih saja terdengar musik orang berpesta. Aku buka pintu kamar. Ruang bawah tanah penuh sesak orang-orang yang tertawa. Dan mereka pun melupakan tujuan mereka sendiri. Tujuan agung yang HANYA merusak diri mereka sendiri.
'Aku menyusuri lorong menjauhi keramaian. Revolusi bukan menunjukkan Kehidupan (kepada orang-orang), tapi Revolusi membuat orang-orang merasakan hidup.'
'Di depan sebuah gua. Tertancap papan nama: "Terkubur bahagia Sungai-Api. Hantu ini akan menggangu Hidup anda." Aku berjalan mundur karena takut.
"Hai Pemberani," kaget Hantu Sungai-Api tepat dibelakangku. Ia tembus pandang berdiri seperti asap berjenggot putih panjang. "hanya sedikit dari kalian, yang berhasil menyusuri ke awal akar pergerakan ini."
Aku bersemayam cukup lama untuk melihat apa yang (telah) kutanamkan pada kalian."
"Maaf aku berguru pada pengalaman bukan pemikiran."
"Hahahaha..." tawa Hantu Sungai-Api bahagia. "katakan siapa guru kamu? Apakah mereka orang-orang berkulit putih yang menjadi musuh orang-orang berlambang Ayam?"
"Ayam? Apakah kamu memeliharanya?" tanyaku sesegera. "berhari-hari aku hanya menelan kata-kata. Dan kata-kata lebih buruk daripada obat paling pahit sekali pun."
"Hahahaha..." tawa Hantu Sungai-Api. "itu juga yang kukatakan ketika masih muda. Dari warna rambutmu yang hitam... kapan kamu berhenti menghisap candu mereka (para pemimpin agama). Semua rasa tentang kebohongan. Tentang ketiadaan kebahagiaan di keabadiaan.
"Dan kau tentu tahu.. apa itu keabadian? Keabadiaan adalah ketika kau mati namun orang masih membahas pemikiranmu dari generasi ke generasi. Itulah keabadian! Kau mencari keabadian bukan di atas sana. Di atas sana hanya ada langit kosong."
Ia merubah dirinya merah.
Marah:
"Kenapa simbol-simbol itu masih saja kau pegang! Kenapa di tempat seperti ini masih ada simbol-simbol itu."
Ia menghilang!
"Kebakaran.... Kebakarannn..." aku mulai mendengar teriakan-teriakan. Sepertinya teriakan itu dari tempat anak-anak muda menghabiskan waktu berpesta.
"Lari... lari..." seseorang dari mereka menarikku agar aku menyelamatkan diri. "disini tidak aman! Mereka telah menemukan kita."
Air membanjiri lorong-lorong. Aku pun lari dan kemudian terbawa arus air yang mendorong tubuhku. Pemuda yang tadi memperingatiku pun terlahap air dan berusaha untuk tidak terombang-ambing di dinding realitas. "Lihat apa yang mereka lakukan setelah akar pohon itu tercerabut? Air masuk dan membanjiri kita!" pemuda itu lalu hilang dan tertelan air. Aku berusaha berenang walau aku bisa saja terbentur dan mati.
"Lihat apa yang terjadi ketika pohon itu rubuh... kita hancur!"
...
Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.
MARKETPLACE
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar