8
Sublimasi Rasa Sakit Hati menjadi sebuah Pembusukan pada Cornelia Istiani
Pada tanggal 6 Agustus 2007, Vincent Liong membuat tulisan berjudul "Perhitungan Logika Untung-Rugi dan Perasaan yang Ikhlas-Pasrah"[1] yang isinya membeberkan dan memanipulasi masalah pribadi Cornelia Istiani di milis Psikologi Transformatif (Selain di milis R-Mania, Vincent Liong, dan Komunikasi Empati). Esei yang dibuka dengan kalimat: "Buat Cornelia Istiani yang kucintai
" ini sama sekali tidak bermuatan 'Cinta' melainkan upaya membusukkan Istiani di depan umum.
Dalam cermatan saya, selain esei ini merupakan sublimasi rasa sakit hati karena Vincent ditinggal oleh Istiani, terdapat proyeksi-proyeksi kelemahan yang sejatinya ada dalam diri Vincent, tapi justru dalam esei ini diproyeksikan pada orang lain.
Kelemahan yang NYATA ADA DALAM DIRI VINCENT | DIPROYEKSIKAN Vincent dalam tulisan | DIAGNOSA DAN KESIMPULAN SEMENTARA |
Ketidakmampuan berpikir logis ini jelas ada pada diri Vincent. Seperti bisa dilihat pada kegagalan yang bersangkutan dalam menempuh studi. Kenapa kemampuan ini bisa ada dalam diri Vincent? Karena yang bersangkutan malas belajar dan memiliki hedonisme tinggi. Dianggapnya segala sesuatu bisa di-bypass, misalnya menebak-nebak isi buku, karena malas membaca dan dianggapnya tebakan itu sama dengan membaca. | DIPROYEKSIKAN MENJADI: Pikiran selalu bicara tentang apa yang dianggap logis menurut sudutpandang yang dianut dengan tidak memperdulikan perasaan seperti dengan mudahnya Hautesurveilance mempermainkan perasaan orang dan tanpa merasa atau dengan sengaja memutuskan hubungan dengan diri sendiri yang subjective ; semua diamati objective saja secara tidak bertanggungjawab (tanpa kesadaran bahwa diri sendiri itu ada di dalam arena / subjektif) | Vincent sebenarnya tidak bisa menerima bahwa dirinya tidak mampu berpikir logis, sementara orang seperti Hautesurveilance dan Istiani adalah orang yang mampu berpikir logis. Kelemahan diri yang tidak dapat diterima Vincent ini, kemudian diproyeksikan menjadi serangan pada orang yang memiliki kemampuan yang tak dimiliki Vincent |
Kebiasaan menebak-nebak dan menganggap tebakannya pasti benar, membuat dia juga dengan mudah menuduh-nuduh orang tanpa data jelas yang dimilikinya | DIPROYEKSIKAN MENJADI: Kamu harus menekan perasaanmu sendiri (menyangkal diri) untuk memenuhi tuntutan kebenaran versi pemikiran, logika sudutpandang tsb demi terpenuhinya harapan-harapan di masa depan yang kau perhitungkan dengan logika yang ditanamkan oleh pihak Hautesurveilance dan Pabrik_T (Nurudin Asyhadie) dengan penjelasan penjelasan ideal tentang bentuk care yang 'seharusnya'. | Vincent sebenarnya tidak tahu apa-apa mengenai Hautesurveilance dan Pabrik T (Nurudin Asyhadie), namun karena tidak punya alasan untuk kekecewaan akibat putusnya hubungan Vincent dengan Isti, maka dijadikanlah Hautesurveilance dan Pabrik T (Nurudin Asyhadie) sebagai alasan. Sekaligus untuk menutupi tanggungjawab dari Vincent sendiri terhadap apa yang membuat Isti meninggalkannya. |
Pada kenyataannya Vincent Liong tidak mampu menjawab semua pertanyaan kritis dari Hautesurveilance, Pabrik T, dan sejumlah member psikologi transformatif, berkenaan dengan kompatiologi. Dalam hal ini Kompatiologi bukan hanya sudah takluk, namun terkapar di arena milis Psikologi Transformatif | DIPROYEKSIKAN MENJADI: Yang sejak awal dimulainya proses brainwashing tsb kira-kira tiga bulan lalu via chatting gara-gara mereka merasa tidak ada jalan lain menaklukan kompatiologi selain dengan memanfaatkan kelemahanku yaitu ikatan cintaku dengan kamu, dan karena kamu memang punya kelemahan yaitu traumamu tentang mantan suamimu itu. | Jelas di sini Vincent Liong bukan hanya memutar-balik fakta, tapi juga menunjukkan ketidakmampuannya bertanggungjawab. |
Karena tidak terbiasa membuat konklusi dengan logika, melainkan dengan menebak-nebak, maka Vincent Liong sering berhalusinasi dan mengkhayal. Celakanya, khayalannya itu dianggapnya kenyataan. Khayalan-khayalan Vincent Liong yang bisa ditemui di milis Psikologi Transformatif ini antara lain bertema: - Pahlawan Kesiangan: yang merasa dengan kompatiologinya mampu membuat orang-orang memiliki kemampuan seperti yang sering dianggap orang ada pada anak indigo. - Khayalan bahwa dirinya adalah penguasa yang bisa petentang-petenteng membuat orang lain takut padanya, seperti pernah dia tunjukkan secara tidak bertanggungjawab ketika memberi surat peringatan pada Hudoyo Hupudio, Manneke dan Pabrik T. | DIPROYEKSIKAN MENJADI: Lalu apakah yang aku lakukan Cornelia Istiani? Aku akan menunggumu, mau berapa lama kamu memainkan skenario pemikiran logika kepahlawanan yang ditanamkan oleh pihak Hautesurveilance dan 'Pabrik_T' (Nurudin Asyhadie) kepada kamu demi impian mencapai masa depan yang baik menurut versi ajaran tsb. Aku akan mengingatkan via sms bahwa aku masih mencintaimu hari demi hari, hingga kamu sadar bahwa cinta itu tulus ikhlas dan pasrah. Cinta itu bukanlah ketakutan yang membuat kita harus menghayal, berpikir, berhitung tentang resiko-resiko di masa depan dengan alat ukur yaitu sudutpandang, keyakinan, dogma yang ditanamkan kepada kita oleh yang berkepentingan. | Di sini jelas Vincent memiliki masalah bukan hanya berkaitan dengan logika, tetapi juga dengan khayalannya yang dikira realita. Ketika khayalannya tidak ditemukan di realita, maka marahlah dia pada realita itu. Kemarahan yang dibungkus kata-kata manis seperti: Care, Cinta, dsb. |
Salah satu bakat yang menonjol dalam diri Vincent Liong adalah menjadi pengemis. Itu bisa dilihat pada bagaimana dulu dia mengemis-ngemis minta rekomendasi agar dirinya bisa kuliah di psikologi. Namun, ngemisnya ini seringkali dibungkus sehingga orang yang tidak jeli tidak akan menyadari bahwa Vincent adalah pengemis | DIPROYEKSIKAN MENJADI: Kamu akan melepaskan seluruh ketakutan itu, datang kepadaku dengan tulus ikhlas pasrah seperti Istiani yang dulu, yang lugu dan pintar-pintar- tidak akan mentanyakan lagi kepadaku apakah aku akan meninggalkan kamu, apakah aku akan membohongi kamu, tulus, ikhlas, pasrah Istiani. Aku juga tidak bertanya bagaimana kamu menghianatiku dengan menjadi kerbau dicucuk hidung oleh pihak yang berniat menjatuhkan aku. Lalu kita jalani hidup kita sebagai pasangan bersama-sama. | Sebenarnya di sini Vincent sedang mengemis cinta agar Istiani kembali padanya, namun karena gaya ngemisnya ini perlu dibungkus arogansi agar dirinya tidak ketahuan ngemis, maka dibuatlah kata-kata kasar yang merendahkan Istiani. |
Vincent adalah orang yang takut akan masa depannya. Terbukti: 1. Sebelum masuk dan mengikuti ujian masuk Matematika di Atmajaya dia sudah ketakutan dan ngemis rekomendasi 2. Sejak DO dari Atmajaya, sebenarnya Vincent Liong punya ketakutan besar tidak bisa cari uang sendiri. Seperti sering ditanyakan langsung oleh Vincent pada saya dan sejumlah kompatiolog. | DIPROYEKSIKAN MENJADI: Ketika seorang pelaku pembajakan pesawat dengan tujuan jihat ditanya oleh korbannya tentang; Mengapa mereka menyertakan para korban yang tidak bersalah untuk turut mati bersama mereka? Maka para sukarelawan jihat tentu menjawab; "Tenang saudaraku, kita akan mati sebagai martir dan (di masa depan kita bersama) diterima di surga di sisi allah." Apakah mereka mencintai semua orang? Ya. Apakah mereka rela berkorban? Ya. Semua itu baik, tetapi sayangnya: Mereka takut pada ketidakpastian masa depan
Mereka tidak tulus, ikhlas dan pasrah. | Ini salah satu bukti Vincent Liong suka mengkhayal, Kapan ada dialog antara teroris dan sandera seperti itu? Apa Imam Samudra, Amrozy dll itu pernah punya alasan seperti diungkapkan Vincent? Inilah BUKTI bahwa Vincent suka mengkhayal dan menganggap yang dikhayalkannya adalah realita. |
Relasi Vincent-Cornelia sudah bermasalah sejak April 2007. Jauh sebelum Hautesurveilance masuk ke milis Psikologi Transformatif. Kompatiologi jelas sudah jatuh. Dan karena pengecut maka mereka pada ngacir dari milis Psikologi Transformatif. | DIPROYEKSIKAN MENJADI: Kepada Hautesurveilance yang setahu saya selain belajar ilmu pikiran, juga belajar tenaga dalam dan ilmu-ilmu energi dan metafisika yang beraliran agak kanuragan yang masih mementingkan untuk merasa menang dengan menjatuhkan pihak lain, lalu memanfaatkan segala kemampuannya dengan melibatkan team paranormalnya untuk pamer kemampuan. Seperti bagaimana telah berusaha menjatuhkan Vincent Liong dengan memperalat Cornelia Istiani, kemenangan anda adalah semu karena anda berhasil merusak rumahtangga orang tetapi anda tidak berhasil menjatuhkan kompatiologi. Anda berusaha merusak rumahtangga orang karena rasa tidak puas anda gagal menjatuhkan kompatiologi, ketidakrelaan anda mengakui keberadaan kompatiologi yang dalam hati kecil anda sudah anda akui. | Vincent sebenarnya tidak tahu sedikitpun mengenai hautesurveilance, selain nama "Widhi". Namun di sini kembali Vincent sok tahu dengan keberadaan Hautesurveilance. Juga merupakan pelemparan kesalahan dari Vincent Liong sehubungan dengan relasi Vincent-Cornelia. |
Vincent adalah orang yang mau menang sendiri, terlihat dari caranya berdebat di milis. Maupun dari apa yang saya lihat sendiri di kehidupan sehari-hari, termasuk di keluarganya, termasuk terhadap orang tuanya sendiri Vincent adalah orang | DIPROYEKSIKAN MENJADI: Saya bukanlah seorang yang seenaknya sendiri, ingin menangnya sendiri seperti yang anda sugestikan kepada diri anda, untuk menyemangati perjuangan anda berusaha menghancurkan rumahtangga saya. Ada tanggungjawab yang harus saya pikul karena ada orang-orang di sekitar saya. | Barangkali sahabat dan kakaknya Vincent Liong, yaitu "Mr. Chader" yang pernah menulis secara bijak: "Teman yg baik, bersedia memegangkan cermin untuk sahabatnya." Perlu dipanggil untuk memegangkan cermin buat Vincent Liong |
Vincent kalah, lalu membusukkan orang yang mengalahkannya | DIPROYEKSIKAN MENJADI: Bagi teman-teman harap berhati-hati dengan kelompok "Nurudin Asyhadie" seniman yang suka mempermainkan rumahtangga orang lain demi berolahraga pikiran... | |
Selain bentuk-bentuk proyeksi yang ada pada esei "Perhitungan Logika Untung-Rugi dan Perasaan yang Ikhlas-Pasrah", ternyata Vincent Liong masih belum puas membusukkan Cornelia Istiani, sehingga menulis esei kedua yang sangat fiktif, berjudul: Now -1[2]. Esei itu ditulis pada hari Senin 6 Agustus 2007 dan kembali diposting ke milis Psikologi Transformatif (juga ke milis R-Mania, Vincent Liong dan Komunikasi Empati).
Esei berujudl 'Now-1' ini kembali dibuka dengan kalimat: "Buat Cornelia Istiani yang kucintai
" namun sama dengan esei berjudul "Perhitungan Logika Untung-Rugi dan Perasaan yang Ikhlas-Pasrah", isinya Cuma pembusukan pada Cornelia Istiani.
Kali ini Vincent Liong memamerkan kemampuan berkhayalnya dengan menarasikan apa yang disebutnya sebagai 'kehidupan sebelumnya'. Berikut narasinya:
Now 1
Satu kehidupan sebelum yang sekarang.
Kamu tampak seperti yang sekarang hanya rambutmu lebih
panjang dan dikuncir. Ras monggolid seperti cerita
cina yang dimana orangnya hidup dalam tenda-tenda ciri
khas bangsa gurun atau padang rumput yang hidup
berpindah-pindah. Saat itu aku jauh lebih tua dari
kamu, kamu sebagai anak perempuan yang berbakti, dan
aku sebagai ayah yang kamu cintai sampai seperti suami
sendiri. Suatu hari aku pergi sendirian ke tempat yang
jauh lalu karena sakit aku mati dan tidak bisa kembali
lagi tanpa memberi kabar apa-apa.
Narasi fiktif ini jelas dibuat (dan diyakini) Vincent Liong benar-benar terjadi. Kenapa narasi ini dibuat? Udang di balik rempeyeknya kelihatan pada lanjutan narasinya:
Kamu menunggu
kepulanganku hingga tua dengan setia dan tetap tidak
mendapat jawaban bagaimana nasibku hingga kau mati
juga.
......
Kalau bicara karma, Hautesurveilance (Widhi) itu ada
dalam 'kehidupan ini' (Now 1) sebagai orang yang
pernah aku kenal meski tidak terlalu dekat, yang
kebetulan singgah dalam perjalanannya, yang berusaha
mendekatimu dan menolongmu ketika aku pergi dan tidak
pernah kembali tsb. kau tetap bersikeras untuk
menunggu sehingga Hautesurveilance sebal padaku,
menganggapku mentelantarkanmu karena kalian sama-sama
tidak tahu bahwa aku mati di negeri orang tanpa ada
yang mengetahui dan menemani. Sesuatu yang terjadi di
luar kuasaku, mati.
Nah, dalam lanjutan narasi itu, jelas ada pelemparan tanggung jawab yang bukan hanya fiktif, tapi juga pengecut. Mengarang-ngarang cerita untuk menyembunyikan ketakmampuan diri bertanggung jawab.
Tapi barangkali kita bisa membongkar lebih jauh kepengecutan dari Vincent Liong. Coba perhatikan apa yang pernah ditulis Vincent pada esei "Perhitungan Logika Untung-Rugi dan Perasaan yang Ikhlas-Pasrah"
Cinta itu bukanlah ketakutan yang membuat kita harus
menghayal, berpikir, berhitung tentang resiko-resiko
di masa depan dengan alat ukur yaitu sudutpandang,
keyakinan, dogma yang ditanamkan kepada kita oleh yang
berkepentingan.
Tentu logika yang sama bisa juga ditujukan pada narasi Vincent tentang masa lalu (fiktif). Apakah jika Vincent mengatakan bahwa: Cinta itu bukanlah ketakutan yang membuat kita harus menghayal, berpikir, berhitung tentang resiko-resiko di masa depan, apakah lantas bisa dibenarkan jika Cinta itu adalah ketakutan yang membuat kita harus menghayal, berpikir, berhitung tentang resiko-resiko di masa LALU?.
Ketika Vincent mengkritik orang yang melarikan diri dari kekinian dengan melarikan pada khayalan di masa depan, ternyata Vincent melakukan pelarian sama menuju masa lalu. Vincent TIDAK MAMPU BERTANGGUNG JAWAB ATAS MASA KINI DAN LARI DENGAN MENGKHAYAL, BERPIKIR, BERHITUNG RESIKO DI MASA LALU!
Ini menunjukkan bahwa sosok bernama Vincent Liong ini:
1. Cacat pikiran. Tidak mampu berpikir logis.
2. Cacar moral. Tidak mampu bertanggungjawab secara moral
Khayalan Vincent Liong masih dilanjutkan dengan menarasikan Now-2 atau kehidupan yang terjadi dua kehidupan sebelumnya. Mari kita lihat dan kita buktikan bahwa Vincent mengalami cacat pikiran dan moral. Simak narasi berikut:
Now 2
Dua kehidupan sebelum yang sekarang.
Kamu dan aku menikah sebagai suami isteri di umur yang
tidak berbeda. Kita tinggal dan bekerja serumah
sebagai peneliti atau semacam itu yang berhubungan
dengan pengembangan ilmupengetahuan. Kita tinggal di
benua eropa, kita juga punya rumah bergaya eropa.
Tidak banyak masalah yang membuat karma baru di
kehidupan yang ini. Kita bertemu sebagai orang
seprofesi, menikah punya anak seperti keluarga biasa,
tua dan mati. Dalam kehidupan ini keintiman tercipta
karena memang kita tinggal dan bekerja banyak di dalam
rumah berdua saja tanpa ada intervensi pihak lain.
Now 3, -4, -5, ... tidak jauh berbeda dengan Now 2.
Hal pertama yang perlu dipertanyakan adalah: Bagaimana kehidupan dengan setting mongoloid kuno yang nomaden bisa terletak satu kehidupan sebelum kehidupan sekarang sementara kehidupan bergaya Eropa modern justru terletak di dua kehidupan, tiga kehidupan, empat kehidupan sebelum sekarang????
Nah, kita bukan hanya mendapatkan buki bahwa fiksi ini sebagai fiksi sudah cacat setting, namun konfirmasi bahwa Vincent cacat pikiran dan moral juga bisa kita dapatkan. Jelas cerita itu Cuma dikarang untuk menyembunyikan apa yang mesti dipertanggungjawabkan oleh Vincent di masa sekarang.
Bentuk ketidakmampuan bertanggungjawab itu yang makin bisa dilihat pada analisa Vincent Liong (yang semakin menunjukkan bahwa Vincent cacat pikiran):
......
Maafkan aku Cornelia Istiani karena dulu aku
meninggalkanmu, aku akan berusaha menebus kesalahanku
dengan berusaha melepas fear-mu yang begitu banyak
satu demi satu hingga akhirnya di dalam bungkus kado
yang kesekian aku menemukan kamu. Meninggalkanmu saat
itu bukanlah kuasaku, tetapi alam yang mengambilku
dari hidup ini tanpa sempat mengucapkan salam
perpisahan denganmu.
Jelas di atas Vincent meminta pemaafan untuk sesuatu yang fiktif dan bukan atas apa yang senyatanya dilakukan. Itupun, permintaan maaf itu masih dibungkus arogansi seolah-olah Vincent melakukan sesuatu yang menolong Istiani.
[1] Link: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/28696
[2] http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/28777
Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel today!
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
SPONSORED LINKS
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar