--- In psikologi_transform
<hudoyo@...> wrote:
>
> PADA SAAT ADA PENIMBUNAN
>
> Untuk memahami konflik, kita harus memahami hubungan, dan pemahaman
hubungan tidak bergantung pada ingatan, pada kebiasaan, pada apa yang
pernah ada atau apa yang seharusnya ada. Itu bergantung pada kesadaran
tanpa-memilih dari saat ke saat, dan jika kita menyelaminya secara
mendalam, kita akan melihat bahwa di dalam kesadaran/keelingan itu
tidak terdapat proses penimbunan apa pun. Pada saat ada penimbunan,
terdapat titik yang dari situ [orang] memeriksa, dan titik itu
terkondisi; maka, bila kita memandang hubungan dari titik yang kaku,
tentu ada kesakitan, tentu ada konflik.
>
> The Collected Works, Vol. VI - 222
> Dari: JKrishnamurti.
>
> HUDOYO:
> Yang dimaksud dengan 'penimbunan' di sini adalah ingatan,
pengalaman, pengetahuan, konsep-konsep, ide, kepercayaan, iman, dan
segala sesuatu di dalam batin, yang semuanya membentuk 'aku'.
'Penimbunan' seperti itu selalu terkondisi, bukan kebenaran yang
sejati. Di situ terdapat 'titik yang kaku', yang adalah si 'aku'.
Itulah sumber dari segala konflik batiniah.
>
> Menurut Buddha, dalam batin orang yang belum bebas (puthujjana)
SELALU ada pikiran: "Ini milikku, ini aku, ini diri/rohku"; dalam
batin orang yang bebas, TIDAK ADA LAGI pikiran: "Ini milikku, ini aku,
ini diri/rohku."
>
> ============
Jadi yang ada siapa ya?
AKU? (la maujuda ilallah ) -> MGLK
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar