Mas Sinaga Harez Posma,
Dalam email ini tampak sekali anda masih membatasi diri anda di posisi
sebagai believer entah itu sifatnya metafisika, ilmiah maupun
keagamaaan. Believer beda dengan orang tekhnikal.
Kundalini misalnya, dalam kebanyakan buku dan penjelasan yang ada
dijelaskan sebagai hal yang bersifat believe, bukan tekhnikal, maka
dari itu menjadi ajaib. Kalau sudah tahu tekhnikalnya maka siapa saja
juga bisa asal tahu SOP nya. Makanya dalam kompatiologi itu pada bisa
mencontek ilmu dengan mengukur posisi ilmu lain dan meniru kondisinya.
Dalam email saya sebelumnya saya sempat menjelaskan perbedaan
paradigma believer dengan paradigmatekhnikal dengan jelas sekali.
http://groups.
anda membalas sbb:
http://groups.
Sinaga Harez Posma wrote:
"""""
Dear Vincent,
Saya tidak akan menanggapi lebih jauh diskusi dengan anda di topik
ini. Banyak tidak nyambungnya.
buang-buang waktu, pikiran dan tenaga untuk mencet tombol keyboard
(setidaknya bagi saya) he...he...he.
salam,
harez
"""""
Nah,pak Harez, setelah penelitian anda di bawah ini atas suatu kasus
dinyatakan ilmiah atau tidak ilmiah, maka tetap akan sulit dibuat
tindaklanjutnya karena segala usaha yang dilakukan hanya sampai pada
membenarkan suatu believe tetapi pola tekhnikalnya tidak akan didapat
karena terlalu tersugesti oleh ke-Wah-an believe tsb.
Kalau pada kompatiologi memang ada yang awalnya suka masalah
metafisika tetapi pada akhirnya metafisika tidak terpakai lagi
bilamana tidak ada juntrungan kegunaan yang jelas selain buat
entertaiment diri sendiri karena ketidaknormalannya. Metafisika,
fisika, dlsb bukanlah sesuatu yang berbeda karena masing-masing hal
hanyalah satu kondisi di dalam kegiatan pengukuran dengan konteks yang
bisa diasosiasikan. Misalnya asosiasi dari bahasa non metafisik ke
bahasa metafisiknya.
Silahkan ber-tarik-ulur dengan diri anda sendiri soal masalah believe
and technical ini. Dari dulu anda muter di sini mas Harez. Psikologi
juga banyak mentok di situ.
Bocoran: Kompatiologi lagi mau dikembangkan ke salahsatu bidang
jurusan diantara jurusan-jurusan dalam fak kedokteran karena sifat
kompatiologi yang tekhnikal tsb. Kami sudah dapat tawaran untuk
penelitiannya, orangnya sempat lunch bersama saya dan minggu depan
hari rabu kami lunch lagi. Kami tidak membahas secara terbuka di
maillist agar praktisi-praktisi kami tidak diteror lagi, mungkin kami
akan merekrut orang baru yang belum diketahui identitasnya.
Ttd,
Vincent Liong
Email sebelumnya..
http://groups.
--- In psikologi_transform
<sinagahp@..
Disain Pengujian Pengaruh Suatu Intervensi Terhadap Keberadaan Makhluk
Halus
Dari berbagai bacaan dan diskusi yang saya cermati, antara lain saya
mendapatkan gambaran sebagai berikut:
1. Dunia gaib/roh/spirit merupakan salah satu dimensi dimana
manusia memiliki banyak keterbatasan untuk memahaminya. Keterbatasan
ini memebuka peluang terjadinya "pembodohan" atau bahkan "penipuan".
2. Ada kemungkinan bahwa seseorang selalu "disertai" dengan
keberadaan "makhluk halus" disekitarnya, entah itu namanya khodam,
jin, malaikat pelindung, roh leluhur, dan sebagainya.
3. Ada individu-individu yang memiliki kepekaan yang lebih
dibandingkan dengan individu lain pada umumnya, entah itu disebut
memiliki extra sensory perception, sixth sense, third eye, mata batin,
dan sebagainya. Kepekaan ini pun memiliki gradasi, artinya ada
tingkat-tingkat kepekaannya.
4. Ada program-program intervensi yang dikatakan/diakui dapat
meningkatkan kepekaan, sehingga seseorang dapat memiliki kepekaan yang
lebih dibanding dengan individu lain pada umumnya, sebagaimana telah
saya sebutkan pada butir 3.
5. Ada program-program intervensi yang dikatakan/diakui memang
menambah keberadaan "makhluk halus" di sekitar orang yang mengikuti
program tersebut, tetapi ada juga program-program intervensi yang
mengingkarinya. "bersih dari hal-hal mistik" demikian kata yang
mengingkari.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, saya mencoba untuk mengemukakan
"Disain Pengujian Pengaruh Suatu Intervensi Terhadap Keberadaan
Makhluk Halus". Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah
setelah dilakukan suatu intervensi, keberadaan makhluk halus di
sekitar individu yang menjalani intervensi, berubah, bertambah,
berkurang, sama saja, dan sebagainya.
Untuk melakukan pengujian, diperlukan satu TIM PENGUJI, yang terdiri
dari beberapa orang yang memiliki kepekaan yang lebih dibandingkan
dengan individu lain pada umumnya sebagaimana saya sebutkan pada butir
ketiga. Sedapat mungkin anngoita tim terdiri dari unsur yang
bervariasi, lebih baik lagi kalau dapat mewakiliki unsur berbagai
agama/kepercayaan.
KALIBRASI
Untuk memastikan kepekaan yang lebih dari anggota tim penguji,
terlebih dahulu dilakukan kalibrasi melalui suatu uji coba kepekaan.
Tim penguji secara bersama-sama akan dipertemukan dengan sejumlah
orang (subyek penelitian) yang sebelumnya tidak dikenal oleh seluruh
anggota Tim penguji. Pada tiap pertemuan, hanya ada tim penguji dan
satu orang subyek penelitian. Secara independen, masing-masing anggota
tim penguji akan menuliskan "pengamatan/
keberadaan makhluk halus yang menyertai seorang subyek penelitian.
Demikian dilakukan untuk semua subyek penelitian dalam tahap uji coba ini.
Setelah semua subyek dinilai, kemudian hasil penilaian tersebut di
evaluasi. Bisa dilakukan secara kualitatif, bisa juga secara
kuantitatif (inter-rater reliability)
dipilihlah anggota-anggota tim penguji yang dinilai memiliki kepekaan
yang setara (yang penilaiannya tidak ekstrim kiri/kurang maupun
ekstrim kanan/berlebih)
LANGKAH PENGUJIAN
* Subyek penelitian yang akan diberikan intervensi (entah
intervensinya berupa attunement, dekon-rekon, pembukaan mata
ketiga/batin, meditasi, dan sebagainya) terlebih dahulu dinilai oleh
Tim Penguji. Masing-masing Tim Penguji secara independen menilai
keberadaan makhluk halus pada tiap-tiap subyek, baik jumlah, bentuk
maupun karakteristik lainnya. Penilaian ini kita sebut saja sebagai
penilaian pre-test.
* Subyek penelitian mengikuti program intervensi, entah itu yang
diakui cuma dalam hitungan jam, hari, maupun minggu (tergantung
masing-masing program intervensinya)
* Setelah mengikuti program intervensi, masing-masing subyek
kemudian dinilai kembali oleh Tim Penilai, sebagaimana dilakukan pada
penilaian pre-test, hanya saja penilaiannya kita sebut sebagai
penilaian post-test
* Masing-masing anggota Tim Penguji kemudian memberikan
penilaian/gambaran apakah ada perbedaan antara penilaian pada pre-test
dengan penilaian pada post-test. Setelah itu, secara bersama-sama
seluruh anggota tim penilaian mengadakan evaluasi secara
bersama-sama, untuk menilai apakah program intervensi tersebut
memiliki pengaruh terhadap keberadaan makhkuk halus di sekitar subyek
penelitian.
* Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan pendekatan kualitatif dan
atau kuantitatif.
CATATAN
Disain ini hanyalah merupakan kerangka dasar saja, bisa dikembangkan
dengan mempergunakan kelompok kontrol misalnya. Atau kalau mau lebih
lengkap, bisa juga dipakai disain 4 kelompok seperti solomon design.
Berdasarkan hasil pengujian, berbagai klaim yang diajukan oleh pembuat
program intervensi dapat dievaluasi kebenarannya. Apakah memang
program intervensi A benar-benar tidak melibatkan atau menyebabkan
keberadaan makhluk halus? Apakah program intervensi B benar-benar
melibatkan/menambah keberadaan makhluk halus? Apakah program
intervensi C benar-benar dapat mengurangi keberadaan mkhluk halus?
Dengan informasi/evaluasi/
mudah-mudahan "pembodohan" dan "penipuan" dapat dikurangi, entah
sekecil apapun.
Dapatkah disain pengujian ini diwujudkan? Siapa tahu saja ada yang mau
membentuk TIM PENGUJI KEBENARAN/KEJUJURAN PARANORMAL,
ha....ha....
Masukan dan tanggapan sangat diharapkan. Terima kasih sebelumnya.
salam,
harez
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar