com, sinaga harez posma <sinagahp@...> wrote:
Rekan-rekan Yth.,
Sebagaimana pernahdiposting di milis psiindonesia oleh Mas Luluk dan Mas Jo, HIMPSI Jayabekerja sama dengan sebuah NGO di Eropa (TdH) mengadakan proyek kerjasama dalam Program Bantuan Penanganan Trauma akibat Tsunami di Aceh.Kerjasama ini akan berlangsung selama 3 tahun (Feb 2007 - Des 2009)dengan nilai proyek sekitar 550.000-Euro.
Proyek ini pada dasarnya adalah memberikan `TREATMENT PTSD' (Post Traumatic Stress Disorder)di Aceh, khususnya kepada anak2 dan para ibu yang mengalami `trauma'akibat terkena musibah tsunami. Teknik yang akan dipergunakan adalahEMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing). Francine Shapiro, penggagas EMDR, antara lain menjelaskan EMDR sebagaiberikut:
EyeMovement Desensitization and Reprocessing (EMDR) is a psychotherapytreatment that was originally designed to alleviate the distressassociated with traumatic memories (Shapiro, 1989a, 1989b).
Padasitus EMDR tersebut di atas, juga dikemukakan sejumlah "kehebatan"EMDR. Namun, di Wikipedia, pada paragraf pertama tentang EMDR antaralain dikemukakan:
EyeMovement Desensitization and Reprocessing (EMDR) is a controversialpsychotherapeutic approach developed by Francine Shapiro to resolvesymptoms resulting from exposure to a traumatic or distressing event,such as rape. Although some randomized clinical trials havedemonstrated EMDR's efficacy in the treatment of post-traumatic stressdisorder(PTSD), Complex Post Traumatic Stress Disorder, the mechanisms oftreatment are in dispute.
Kontroversiyang dihadapi antara lain adalah "kadar keilmiahan" EMDR dipertanyakan.
Hal itu antara lain dapat terlihat pada tulisan Bunmi O. Olatunji yangberjudul "Eye Movement Desensitization Reprocessing (EMDR): Science orPseudoscience?" (Lihat: < http://theness.com/articles.asp?id=68 >)
Berbagai sikap/penilaian negatif terhadap EMDR juga dapat terlihat pada tulisan-tulisan sebagai berikut:
Terlepasdari kontroversi yang ada, saya ingin menggarisbawahi isi dari salahsatu artikel di The Journal of Transpersonal Psychology (1996, Vol. 28.No. 2) yang berjudul "Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR) and Spiritual Unfolding".Artikel yang terdapat di halaman 129-153 tersebut ditulis oleh LaurelParnell, seorang psikolog klinis yang saat itu telah 6 tahunmempergunakan EMDR.
Pada artikelnya tersebut,Parnell melihat kemiripan antara EMDR dengan meditasi Vipassana (hal139). Kemiripan itu antara lain adalah (hal 139).
BothVipassana meditation and EMDR appear to enhance the development of"bare attention." According to Goldstein (1976), "bare attention meansobserving things as they are, without choosing, without comparing,without evaluating,without laying our projections and expecatations onto what ishappening; cultivating instead a choiceless and non-interferingawareness" (p.20). The quality of bare attention allows one to be morefully grounded in the present. One can be open to the "here-and-now"without adding anything else to it.
Bandingkanuraian tersebut dengan penjelasan yang sering dikemukakan oleh VincentLiong. Kemungkinan EMDR sebagai salah satu wujud terapi "energi"(termasuk keterkaitannya dengan kundalini), dapat dilihat di: <
http://website.lineone.net/~dr.mgm/eet.html >.
Lebih lanjut, pada halaman 145, Parnell mengemukakan:
As a result of EMDR processing, clients may have spontaneous transpersonal or "beyond the ego" experiences.These experiences of something beyond the personal self takedifferent forms and may include other states of consciousness suc astranscendence and ecstasy, psychic experiences and transcend space andtime, spiritual experiences of enlightment, deep self-awareness,mysticism, epiphanies, moving spiritual insights, profound experiencesof love and compassion for self and others, forgiveness, dramaticenergy releases, experiences of bliss and sensory enhancement,experiences of peace and equanimity, and a deep sense of well-being."
Pada halaman 148, Parnell antara lain mengemukakan tentang pengalaman supranatural (paranormal) yang dialami kliennya:
Some of my clients during our EMDR sessions have had spontaneous openings to what can be called psychic or paranormal experiences.Suddenly, clients have experienced "seeing" dead loved ones surroundedby light and communicating with them. Such experiences have assuagedgrief and left the clients feeling deep peace of mind.
Pada bagian kesimpulan dari tulisannya itu (halaman 151), Parnell antara lain mengemukakan:
EMDR can be powerful and effective tools for facilitating the healing of psychological wounds and enabling clients to connect with a transpersonal dimension in their lives. However, this method is not appropriate for every client.Clinicians should view it as one of many tools that they have availableto use when they, in their clinical judgement, dtermine it could servethe client's needs.
Pada bagiankesimpulan tersebut, Parnell mengemukakan kembali keterkaitan antaraEMDR dengan Vipassana dan juga metode-metode yang ada dalam AdvaitaVedanta.
Sejauh pengetahuan saya, entah apa penyebabnya, apa yang dikemukakan dalam artikelParnell tersebut, relatif tidak dikemukakan dalam uraian maupun situs-situs pendukung EMDR.
Pertanyaan yang timbul:
Sudahsiapkan HIMPSI Jaya dan Tim apabila hal-hal seperti yang dikemukakanoleh Parnell tersebut di atas terjadi pada proyek di Aceh tersebut ?
Kalaupertanyaan berdasarkan uraian/analisa versi "dukun", sudah siapkahHIMPSI Jaya dan Tim menghadapi ekses sebagai akibat adanya pertempuranantara "Spirit Aceh" melawan "Spirit India" ?
Woowww.... kali ini HIMPSI Jaya rada-rada "nyerempet" nih ..... :)
salam,
harez
---------------------------------
Be a PS3 game guru.
Get your game face on with the latest PS3 news and previews at Yahoo! Games.
--- End forwarded message ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar